Aku dengan Pangeran Dongeng Pertama

134 9 4
                                    

Hari ini bukan penyesalan juga bukan hari yang harus disesali, karena ada hambatan sebelum sampan datang pada penumpang pinggir danau yang akan menyebrang. Hari ujian praktek seni budaya menghambat kehadiranku menuju tempat perlombaan ekstrakulikuler di sekolah tetangga, aku sepertinya harus memfokuskan ke-gemasan ini pada akting buta, tuli, dan bisuku.

Bagaimana tidak gemas, saat jam pagi sebelum ujian dimulai aku mendapat kabar dari Desi teman organisasiku bahwa Abu akan datang juga untuk menonton lomba, konon bukan sekedar ingin menonton lomba katanya ingin tahu siapa itu "keyfa" dan bagaimana orangnya, ucap Desi di teras kelas 9A dengan udara sejuk dibawah pohon mangga yang sedang berpucuk menunggu buah.

"Horeeeee..... !" ucap aku sambil lari ke kelas kemudian tersakit ria menabrak ujung meja...

"Huuu, siapa yang menaruh meja disini." ucap aku dengan nada sedikit lawak.

"Bukan siapa yang menaruh meja disini,tapi siapa yang berjalan hanya menggunakan kaki namun matanya tersimpan di kaos kaki." ucap meja menurut imajinasiku..hheheheh

Oke, jam ujian dimulai! semua teman-teman berganti kostum, berdandan siap-siap bermuka dua dengan keelokan pada naskah-naskah fiksi dan fakta yang telah diserat dalam olahan kayu dalam bentuk selembaran putih yang dipermukaanya telah bertahta para pena.

Aku berkostum ala "idiot" dengan lingkaran hitam pekat dimata, setelan baju kodok punya verlita sahabatku dan kerudung putih merah punya Keylin adikku, kurang beruntungnya aku hari ini mendapat giliran tampil nomor empat padahal hati berteriak kasmaran pada lomba di sekolah tetangga....

Akhirnya nomor empat juga, kami tampil memerankan drama yang penuh perjuangan.

Tada! ujianku selesai dan semua teman-teman terhibur. Aku benar-benar tidak sabar saat itu menanti jam pulang, berlama-lama aku diam melihat penampilan kelompok lain, masih lama juga, termenung

"aku harus berbuat sesuatu kalo gini caranya." ucap aku dalam hati

"Amanda! kamu sudah tampilkan?" ucap aku

"ia sudah memangnya kenapa?" ucap Amanda

"kita jdi lihat lomba di sekolah tetngga?" ucap aku

"ayoo, mau OTW sekarang?" ucap Amanda dengan nada antusias dan senyum menyeringai.

"serius mau sekarang? yaudah ayo sekarang yuk." ucap aku dengan nada antusias dan senyum cemerlang ala bintang iklan namun penuh arti didalamnya.

Akhirnya aku dan Amanda segera bergegas meminta izin pada guru untuk pulang terlebih dahulu karena mau menonton lomba disekolah tetangga.

Jeng..jeng..jeng!

Bu guru memberi izin..aaaaaaa perasaanku benar-benar seperti sedang berada di bawah menara eiffle bersama pangeran dongeng. Aku dan Amanda berjalan secepat anak berumur dua tahun berlari, sampai di depan gang kami memberhentikan si biru, sampai dirumah berganti kostum ala-ala senior ekskul, minum air putih untuk mengisi energi, berpamit pada orang tua dan memberhentikan si biru lagi dan ujungnya sibiru berhenti di depan gang sekolah tetangga. Sampai jugaa.... *uhuk, si biru itu angkot hehe

"Assalamualaikum, kalian udah lama? maaf ya telat tadi ada ujian praktek dulu dikelas." kucap aku sambil mengatur nafas.

"waalaikumsalam...ia nih kita dari tadi jam 10.00-an..oh gtu ya." ucap salah satu teman organisasi

Oh,no! kedatangan-ku sepertinya disambut hangat oleh para musisi alami dengan nada seperti gemercik hujan..hhha tidak-tidak, itu memang hujan, aku becanda, aku dan teman-teman yang lain mundur ke teras kelas, dan disinilah aku PERTAMA kali bertemu 'Abu' dengan saling kenal, karna pada awalnya ketika kami bertemu kami tidak tahu bahwa orang yang bermata sedikit sipit, tinggi tubuh standar, dan tahi lalat dipelipis adalah Keyfa dan seorang yang bermata asia tenggara dengan tubuh tinggi, hidung tidak pesek adalah Abu.

Aku mulai percaya bahwa cintaku kali ini adalah sinopsis dari banyak tulisan yang ditulis oleh para penulis dengan rangkaian kata sejuk yang mendamaikan kalbu yang menjadi sejuta histori bagi para manusia yang bercinta dengan aturan Tuhan.

Hati seperti drum yang digebuk para drummer dengan stik yang terbuat dari rangkaian tangkai bunga dan daun yang dibuat menjadi setengah lingkaran seperti flowercrown ratu-ratu di film Disney tanpa lengkungan. dag...dig..dug..dag..dig..dug hati-ku berirama, tanganku seperti tak bertulang, lemak ditubuhku seperti tak menyerap juga menjaaga panas tubuh saat Abu menyapaku dengan halus, sopan, dan senyuman yang menlelehkan snowgirl.

"Assalamualaikum..keyfa kan?" ucap Abu dengan penuh karisma

"Waalaikumsalam..ia keyfa, ini abu kan?" ucap Aku

Sudah pasti itu Abu, kami berbincang tentang pesan singkat yang dibahas tadi malam didepan teras kelas diringi hujan yang seolah hidup nan biola dan piano yang mengiri putri dan pangeran di istana dengan penari latar dan para tamu undangan yang berdansa khalayak ini nyata, segalanya harus dijalani dengan aturan Tuhan. Tuhan selalu menegurku dan kamu dengan sopan, lewat semayup panggilan keagungannya tanda harus sembahyang. cinta perlu batas, saat itu kami dan teman-teman yang lain bergegas menuju tempat dimana sumber panggilan itu, menjalankan apa yang harus dijalankan sampai akhirnya aku ingat sesuatu yang aku lupakan.

Prinsip, ya prinsip. Kata yang sering didengar bukan? aku lupa dengan prinsip karena kehadirannya kembali dihidupku, aku melupakannya. prinsip yang aku bangun selama bertahun-tahun sangat tak ingin aku pupuskan dalam waktu sesingkat ini...

Cinta tak melulu soal memiliki, mencintainya cukup aku lakukan dalam hubungan sebatas aku dan Abu yang bersatu karena aturan Tuhan jika memang harusnya begitu.

Selesai sudah kisah hari ini, hari yang tak pernah aku sesali dalam hidupku untuk mengenal sosok Abu. Kisah Abu yang berubah untuk tuhannya, kisah aku yang sejalan dengannya, seperti deretan hati yang tak akan sirna...

Abu baru mengenaliku, apa ia kami akan saling menunggu? semuanya seperti tipu daya dalam hatiku saat memikirkan ini, aku takut faktanya Abu tidak sama sekali mencintaiku, namun senyum yang abu berikan seperti sosok yang mengenyahkan kepesimisan ini. Akankah aku berjalan lagi pada bukit-bukit kasmaran ini? akankah Abu sama denganku? Akankah abu menjemputku di tebing curam?
-----
November,
Hari ini Abu Ulang tahun, aku memberikan sebuah kado yang berisi kaset video aku yang mengucapkan ulang tahun kepadanya, aku memberikan kado itu dengan menitipkannya pada Bibi Abu yang sedang menjaga toko milik Ibu Abu.

Kini giliran Aku, hari kedua belas dibulan juni,

"selamat ulang tahun Keyfa." Ucap beberapa manusia di muka bumi.

Yap! Hari ini ulang tahun-ku yang ke-15, Abu bahkan tak tahu hari ini aku ulang tahun apalagi berharap kado darinya, didoakan saja rasannya sudah bersyukur.
-----

Tujuh bulan sudah, akhirnya semua harapan seolah meluruh. Yap! Saat kita sudahi rasa lelah ini. Mari berhenti, Abu. Tidak ada waktu dan kesempatan untuk memikirkan satu sama lain. Kita terlalu sibuk mengurus hal lain.

Hati yang telah menggelinding kejurang tidak pasti akan selamanya di sana, ia bisa bangkit kembali ke puncak mesti harus merangkak.

Pada akhirnya setiap individu yang datang selalu memberi makna pada tulisan yang tak bernyawa, karena tak akan ada yang wafat dari ingatan sebagaimana abadinya memori.

Singkat sekali cerita ini, masa SMP berlalu begitu cepatnya dan tibalah diepisode baru, "Masa SMA", demikian pula aku sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Abu sejak awal-awal masuk SMA, faktanya aku dan Abu sekolah di tempat yang sama. Begitu saja terkikis rasa ini seolah tak bersisa. Sampai akhirnya aku dan Abu seolah biasa, bertemu dengan saling melontarkan senyuman, nyatanya dia bukan tempat permanen untuk aku singgahi.

Persinggahan pertama dengan seorang Abu.

Dan pada ahkirnya bahagia tak melulu soal kebenaran, kadang kita hanya butuh ilusi untuk menjadi tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stopover HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang