Keluh Kesah

57 8 1
                                    

Jika Tuhan mengizinkan, aku ingin pergi. Dimanapun. Kemanapun. Asalkan aku diterima ditempat tersebut.
Aku tetap berada disini. Dimana sekolah adalah neraka dan rumah adalah surga palsu.

Seperti biasa, aku pergi kesekolah sebagai seorang siswa. Diperkosa oleh tugas-tugas sulit, menumpuk dan harus dikumpul tepat waktu.

Bisakah guru-guru itu mengerti sedikit? Tak masalah bagiku jika mereka memberi tugas individu, tapi sebagian besar dari tugas itu adalah tugas kelompok.

Aku tak suka tugas kelompok, karena teman-teman sekelompokku tidak menyukaiku. Awalnya kupikir mereka sahabatku, tapi tiba-tiba mereka berubah dan menjauhiku.

Ini mengingatkanku pada kejadian disekolahku sebelumnya. Aku juga dijauhi oleh teman-temanku secara tiba-tiba. Mungkin mereka tidak menyukai beberapa sifatku seperti egois, keras kepala, terlalu dewasa atau sifat yang tak bisa ku ketahui, tapi ayolah tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang sempurna.

Anehnya, hanya aku yang di tuntut untuk mencapai kesempurnaan itu.

Sekolah benar-benar melelahkan. Bukan hanya karena tugas, tapi juga karena perlakuan orang-orang disana padaku. Mereka menatapku dengan aneh, menghindariku, bahkan membicarakan ku di belakang.

Semua orang yang ku anggap teman sudah tidak ada lagi. Hidup tidak memberi jawaban kenapa hanya aku yang seperti ini, sama seperti awan yang setiap detik berlalu tapi selalu saja membisu.

Di rumah pun tak ada bedanya, bahkan membuat ku lebih depresi. Ayah dan Ibu sering bertengkar. Ibu sering menuduh Ayah berselingkuh, namun kenyataannya aku malah menemukan SMS mesra di ponsel Ibu yang bukan dari Ayah. Yap, yang terjadi justru kebalikannya. Sungguh memuakkan.

Aku punya seorang adik perempuan. Dia cantik dan sangat mirip dengan Ayah. Tak heran jika Ayah sangat menyayanginya. Berbalik seratus delapan puluh derajat dengan sikapnya padaku.

Ayah selalu menganggapku tidak berguna, tidak berharga, bahkan dianggap tidak pernah ada di kehidupannya.
Saat ia mempunyai masalah dalam pekerjaannya, ia meluapkannya padaku atau Ibu. Dengan kata-kata kasar, bahkan seisi kebun binatang disebutnya dengan nada tinggi tanpa harus menarik napas.

Aku tidak bisa melakukan segala hal dengan benar. Aku sering memergoki orang disekitar menertawakanku karena kecerobohan yang ku perbuat.

Aku pura-pura tak peduli dan berlalu meninggalkan mereka.
Entah apa kesalahanku pada dunia ini. Kenapa semua terjadi padaku. Aku merasa sudah melakukan semua hal layaknya manusia biasa. Tapi kenapa selalu salah dimata mereka??

Diluar aku terlihat tegar dan mengacuhkan mereka. Padahal, hatiku hancur berantakan seakan tak ingin kembali utuh seperti semula.

Tidak ada tempat untukku pergi. Tidak ada tempat untukku berlindung. Tidak ada yang datang menyelamatkanku dari situasi ini. Harusnya aku tak disini. Aku ingin pergi sejauh mungkin. Dimanapun. Kemanapun.

Aku ingin mati saja. Tapi dunia orang mati pun nampaknya tak ingin aku ada di dalamnya. Aku pernah hampir tertabrak truk dan aku pasrah saja untuk apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi tiba-tiba truk itu berbelok dan justru menabrak pohon di seberang jalan lalu meledak.
Beberapa orang di sekitar jalan terluka kecuali aku. Dan aku juga pernah berdiri di bawah papan reklame yang terbuat dari besi. Tiang penyangga papan itu agak rapuh sehingga papan reklame tadi terjatuh dan hampir menimpaku. Tiba-tiba angin yang sangat kencang datang dan menerbangkan benda berat itu. Papan reklame tersebut justru mengenai banyak orang lain dan menewaskan seorang balita. Aku menyesali kejadian tersebut. Seharusnya kepalaku yang pecah.

Anywhere!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang