Gua Pamit

45 3 7
                                    

Hari ini hari senin, hari dimana anak sekolah bersemangat untuk pergi kesekolah untuk memulai pelajaran yang baru.

Rayhan juga tampak sangat bersemangat hari ini, dia tak berhenti tersenyum sangking bersemangatnya.

Rayhan mengayuh sepeda-nya dengan semangat, dia sudah tidak sabar untuk masuk sekolah dan bertemu dengan sahabatnya, Zen. Selang beberapa menit dia mengayuh sepeda, dia hampir sampai kesekolah-nya, dan pada saat itu juga, dia melihat Zen berjalan hendak memasuki gerbang sekolah.

"ZEN!!!" teriak rayhan, hingga membuat para siswa yg lain harus berhenti sejenak. Zen pun menoleh dan menatap Rayhan bingung.

Rayhan pun menyebrang untuk menyusul Zen, tanpa disadari truk gandeng melintas ke arah Rayhan, siswa dan siswi yang melihatnya berteriak agar Rayhan jangan menyebrang. Zen yang melihatnya pun mencoba untuk menyuruh Rayhan jangan menyebrang, tapi Rayhan tidak perduli teriakan teman-temannya.

Alhasil















Rayhan pun tertabrak truk gandeng, para siswa yang melihatnya berteriak histeris, sedangkan truk gandeng dengan santainya tetap berjalan dengan keinginan author.

Melihat hal itu Zen, sahabat karib Rayhan, berlari ke arah Rayhan, dan meminta pertolongan kepada siswa siswi lain agar memanggil guru dan membawa Rayhan kerumah sakit.

"Rayhan, lo harus kuat, bentar lagi guru datang dan membawa lo kerumah sakit, jadi lo harus kuat"

"Sudahlah Zen, lo gausah khawatir, kalo author masih ingin gue hidup, gue gabakalan mati"

"Tapi Han, lo harus kuat, lo harus melawan rasa sakit ini han, gua tau, kalo author yang merencanakan ini semua, tapi lo harus kuat, lo gaboleh kalah sama si author itu"

"Zen, gua dah gk kuat lagi, mana gurunya? Katanya mau bawa gua ke rumah sakit? Lo mau gua tetep kuat, tapi lo malah nyeramahin gua, mau lo apa?"

"Han, sabar, tunggu sebentar lagi, mereka pasti datang, lo harus kuat, lo harus hidup, gimana lo mau nepatin janji masa kecil lo kalau lo nyerah gini"

"Bodo amat, yang buat cerita kan author, sekarang gua bentar lagi mau mati, dan gua harus mikir tentang janji itu? "

Mobil seorang guru datang kepada mereka, melihat hal itu zen langsung membopong sahabatnya masuk kedalam mobil tersebut, dan dibantu oleh siswa lainnya. Sang guru menyuruh Zen ikut kerumah sakit untuk menemani Rayhan, dan soal absen, guru tersebut yang akan mengurusnya.

***

Saat tiba dirumah sakit, perawat datang dan membawa Rayhan, selang beberapa menit dokter datang untuk memeriksa Rayhan.

Zen menunggu, dan terus menunggu. Sudah lebih dari 30 menit dokter tak kunjung keluar dari kamar Rayhan.
Setelah menunggu beberapa menit, sang dokter pun keluar. Zen yang melihatnya langsung menghampiri sang dokter dan menanyai bagaimana kondisi sahabatnnya.

"Gimana dok kondisi Rayhan?, dia baik-baik saja kan dok?"

"Hmm, saya tidak bisa banyak berkata-kata, tapi kondisi Rayhan sangat buruk, hanya author yang bisa mengubahnya, Rayhan sudah tak bisa diselamatkan, dia masih hidup, tapi bentar lagi mati", sang dokter pun meninggalkan Zen yang berdiri mematung karna mendengar kabar tersebut.

"Tidak mungkin, arggghh kenapa ini harus terjadi?!" Teriak Zen di lorong rumah sakit.

Zen masuk kedalam ruangan Rayhan, dilihatnya Rayhan menatapnya lemah tak berdaya.

"Zen, kayaknya authornya gamau buat cerita"

"Ka-kalau dia gamau buat cerita, seharusnya dari awal gausah bikin!!, gua gak suka begini Han, gua benci begini han, kenapa diaolog gua daritadi alay mulu, gua malu han, malu" teriak Zen sembari menutup mukanya yang sudah dibasahi oleh air mata kemaluan.

"Zen lo gausah nangis, sebelum gua mati, gue mau berpesan ke elo, jangan nge-benci author yang ngebuat cerita ini, karna tanpa dia, kita tidak akan ada disini, kita tak mungkin bersahabat kalo bukan author yang buat" tutur Rayhan lembut.

Zen pun menatap Rayhan tak percaya, mengapa Rayhan sebaik ini?, Rayhan pun menatap Zen sendu, mereka pun saling tatap, seakan mereka berbicara melalui tatapan mereka, bulir bulir air mata jatuh dari kedua pipi sahabat karib itu.

"Zen, Gua pamit"

"Han, lo-" sebelum melanjutkan kata katanya, Rayhan sudah menutup mata, tak bernafas, dan tak bernyawa, Rayhan sudah mati.

***

Pemakaman Rayhan berlangsung lancar, Zen tak berhentinya menangis dari awal acara hingga akhir acara, tanpa pengunjung sadari, Author menatap mereka dari jauh, tersenyum penuh kemenangan, ekspresi puas tergambar di wajah cantik sang author.

Zen yang menyadari keberadaan author pun berjalan menghampiri author, dia menatap author seakan ingin membunuhnya.

Sesampainya disana Zen menatap author tajam.

"Gua tau, lo kan gadis yang membuat janji dengan Rayhan?, kalo itu benar, kenapa lo buat Rayhan jadi begini?!, kenapa lo buat dia mati?, dia Cinta sama lo, dan Cinta nya itu bukanlah Cinta yang salah, dan-" sebelum Zen melanjutkan kata katanya, sang author pun menyela ucapannya.

"Lo bilang, Cinta dia bukanlah cinta yang salah?, ya gua setuju, cinta itu gaada yang salah, mencintai seseorang itu bukanlah tindak kejahatan, cinta gak pernah salah" Zen terdiam, dan aurhor pun melanjutkan

"Tapi gua gk cinta sama dia, gua gak suka sama Rayhan, gua nge-hargai dia yang ingin menepati janji itu, tapi gua gak siap, gua gk punya pilihan lain selain membuat Rayhan mati dicerita ini"

"Oke kalo itu keputusan lo, gua pergi, jangan pernah panggil gua lagi untuk berperan di cerita ini lagi, gua gk kuat, apa yang lo lakuin ke gua itu sungguh tak bisa dimaafkan" zen pun pergi meninggalkan author yang menatapnya dingin.

Author pun pergi, meninggalkan kuburan lelaki yang membuat janji dengannya di masa kecil.

"Bagai sang putri yang berjanji dengan pangeran berkuda putih, aku akan selalu mengingat janji ini, dan kau juga harus menjaganya dengan baik, dan pada saat kita besar nanti, kita akan bertemu lagi, dan mengucapkan janji yang kita jaga hingga nanti, dan pada saat itu juga kita akan bertemu, aku akan membawa Raja sang penakluk hati, dan kau akan membawa Ratu sang pujaan hati, karna putri tak akan pernah jatuh cinta kepada pangeran berkuda putih"

Author mengingat akan janji itu, tetapi Rayhan tidak, author tau, kalo dia adalah cinta pertama Rayhan, dia tak mau rayhan jadi sakit hati setelah mengingat janji ini, itulah alasan author mengakhiri kisah ini.

Cinta Yang Salah
~End~

A.n
Haii, pasti bingung ya kenapa ceritanya jadi ganyambung dan garing kek krupuk?
Saya sebagai author gk berminat nulis cerita lagi.
Alasannya?
Alasannya saya lagi gamau buat cerita.
Masalah?
Bodo amat, yang buat cerita saya, suka-suka saya dong :3
Dah lah, saya capek, terserah mau voment atau ga.

Love,

Monichi

SeikatsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang