ARCAPADA

47 1 1
                                    

If tomorrow was the end of the world, what would you do today?
------------------------------------------------

Ting tong!...Ting tong!...

Dengan malas Blake beranjak dari sofa depan televisi menuju pintu apartemen ketika didengar bel pintunya berbunyi. Blake merasa jengkel dengan tamu tak diundang ini, dia tidak merasa mempunyai janji dengan siapapun karena ingin menikmati akhir pekannya dengan santai dan bermalas-malasan di apartemen.

Dibukanya pintu depan dengan sedikit kasar, "Berhenti menekan bel pintuku, apa mau..." kalimatnya terputus dan tubuhnya mendadak kaku ketika melihat orang yang ada dibalik pintu.

"A..Adam..." lidahnya terasa kelu ketika mengucapkan nama itu, seluruh sendi menegang dan tangannya menggenggam erat gagang pintu, seakan tubuhnya akan jatuh bila tidak bertumpu dipintu.

"Hai Blake, kenapa lama sekali buka pintunya?" ucap Adam dengan ceria, seakan-akan dia hanya habis pergi keluar sebentar dan bukan sudah pergi meninggalkan Blake 3 tahun yang lalu.

Ya, kalian tidak salah dengar, laki-laki didepan pintu ini adalah mantan kekasih Blake yang pergi menghilang 3 tahun lalu dan hanya meninggalkan catatan untuk Blake kalau dia harus pergi karena ada seorang laki-laki yang membutuhkannya dan harus diurusnya.

Mereka berkenalan di masa awal kuliah, kebetulan Blake dan Adam sama- sama aktif di UKM seni musik dan karena merasa cocok, mereka langsung dekat. Kedekatan yang awalnya adalah teman, meningkat dengan cepat menjadi kekasih. Mereka serius dengan hubungan itu, bahkan setelah selesai kuliah mereka merencanakan akan menikah. Selama 2 tahun Blake dan Adam hidup bersama di apartemen Blake dengan bahagia hingga tiba-tiba Adam menghilang, hanya meninggalkan catatan kecil. Adam berhenti dari kuliah, no hp maupun sosial medianya semua tidak aktif, menghilang begitu saja ke tempat yang tidak terjangkau peradaban.

Ketika Adam menghilang, Blake mencarinya seperti orang gila, namun semua teman mereka juga tidak tahu kemana Adam pergi. Awalnya Blake merasa marah dengan kepergian Adam yang tanpa penjelasan langsung kepada Blake dan hanya meninggalkan secarik kertas, kemudian rasa marah berganti dengan rasa sedih dan bingung, Blake bertanya-tanya kepada dirinya sendiri apakah ini salahnya sampai Adam pergi, apakah Adam marah padanya? Dan lambat laun, semua pertanyaan itu terasa tidak penting lagi dan semua terasa hampa bagi Blake. Blake akhirnya harus bisa menerima kenyataan kalau Adam sudah pergi demi laki-laki lain. Blake menyelesaikan kuliahnya dengan dengan penuh perjuangan setelah bangkit dari keterpurukan sejak Adam menghilang.

"Ehem..Blake, kau tidak mempersilahkanku masuk?"

Suara Adam menyadarkannya dari kenangan masa lalu, "Mau apa kau datang kesini lagi Adam?" tanya Blake dingin dan tetap memasang muka datar, tubuhnya bersandar pada pintu untuk menopang agar tidak jatuh melorot karena lemas dan jemarinya menggenggam erat gagang pintu sampai tanpa disadari membuat buku jarinya memutih karena eratnya dia memcengkeram.

"Aku datang karena ingin bertemu denganmu" jawab Adam namun Blake mendengar ada setitik nada ragu dan gugup di suara Adam.

"Untuk apa? Dan kenapa baru sekarang?" tanya Blake lagi sambil memperhatikan Adam yang berdiri didepannya. Badan Adam tampak lebih kurus namun masih terlihat otot-otot di lengannya walau tertutup dengan kaos. Wajahnya yang memiliki tulang rahang keras persegi dengan tulang pipi menonjol, alis tebal dengan jambang yang tercukur rapi di sekitar rahangnya menambah kesan sexy dan dewasa, ditunjang bibir tipis merah yang terlihat menggoda dan lesung pipi di sebelah kiri yang akan muncul ketika dia tersenyum, membuat wajahnya terlihat maskulin namun juga feminim. Rambut coklatnya terpotong pendek dan rapi sangat sesuai untuk wajahnya.

SHORT STORY ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang