SATU

390 166 141
                                    

Canberra, 24 September 2025

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Canberra, 24 September 2025

Sarayu Harsa Nirmala. Perempuan berambut hitam sebahu itu mengambil langkah elegan nan anggun, menuju satu-satunya kursi kosong di pojok perpustakaan.

"Whoa shizz!" seru salah seorang mahasiswa lokal yang langsung memejamkan mata tepat ketika melangkah di dekat meja Sara, seolah lupa bahwa dia harus tutup mulut rapat-rapat. Bukan hal besar, jadi Sara mengabaikannya.

Detik berikutnya, perempuan itu berusaha berfokus pada buku yang baru dipilihnya, tapi ekor matanya tak bisa mengabaikan novel karangan Harper Lee, tergeletak di hadapannya bersama seorang laki-laki yang tengah menatap Sara terang-terangan. Ada waktu dimana dirinya merasa terintimidasi dengan tatapan dingin dan menusuk itu, namun To Kill a Mockingbird telah membuatnya lebih percaya diri. Novel yang terbit tahun 1960 itu sudah sangat langka, jadi tak mungkin Sara membiarkan susunan kertas indah di hadapannya menghilang begitu saja.

"Excuse me, is that yours?" tanyanya pada pemuda dengan tatapan dingin tadi.

Tiga detik,
Lima detik,
Sepuluh detik,
Astaga, detik keberapa dia akan menjawab?

Sara berdeham canggung, melindungi harga dirinya yang tercampakkan hanya dengan tatapan tanpa jawaban.

"Well, sorry. I am a language student here."

Masih hening.

Bukan saja tatapan laki-laki ini yang membuat nyali Sara hampir ciut, tapi juga seluruh penjuru perpus yang melihatnya dengan penasaran.

Apasih? Memang sekeras apa suaranya, sampai jadi pusat perhatian dalam kurun waktu kurang dari lima menit.

Sara tak mau kalah begitu saja, apalagi menyangkut tentang novel yang sudah dicarinya berbulan-bulan. Dia sedikit mencondongkan tubuhnya, berusaha bertanya sepelan mungkin. "I just wanna know where you could get that book, i'm looking for it about five months."

Pemuda tadi memundurkan kursinya, seperti hendak bangkit. Namun Sara cepat-cepat ikut berdiri, menahannya sebelum pergi.

Kalau bukan karena subjek penelitiannya adalah tulisan yang mendapat Pulitzer Award, Sara tidak akan memaksa pemuda ini. Novel tadi merupakan salah satu buku yang memiliki kisah paling indah dalam sejarah sastra dunia, karena jalan ceritanya yang menarik dan membahas kehidupan seorang pengacara dengan berbagai masalah kehidupan secara nyata dan mendetail. Jadi Sara rela melakukan apapun untuk mendapatkan isi dari novel tersebut. Jika perlu, dia akan menyelesaikan bacaannya hari ini juga.

"I really need that book, please... i'm begging." Sara memohon dengan tulus. 

Pemuda bermata hitam pekat itu berdiri, menatap Sara yang hanya memilik tinggi tidak lebih dari dagunya walau sudah memakai heels. "You just waste your time, even if you kneel down, i won't give it to you. Just step off."

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang