📷 Pic - Espresso Con Panna 📷
----"Ka-muu, ngapain kesini?"
"Kamu nggak liat kalo aku tuh pelanggan yang mau nongkrong di sini?" Daniel menatapku dengan muka sok 'polos' sambil bertopang dagu dan mengedipkan matanya berkali-kali.
"Genit amat sih!! Kenapa dari semua pelanggan yang datang, aku harus berhadapan dengan 'makhluk halus' di depanku ini!"
"Sorry yaa, hatiku nggak bakal aku 'jual' ke orang kaya kamu!!" Aku menjulurkan lidah kearahnya dan dia malah terkekeh melihat ekspresiku. "Heran juga yaa masih ada yang nge-fans sama cowo kaya kamu. Seleranya fansmu jelek amat tuh."
#HanyaIlustrasi
"Iyalah, karna aku sadar diri aku cogan, yang jelas pasti punya fans. So, everyone can called me, Mr. Tamvan," Daniel memainkan alisnya yang membuatku menghela napas panjang. Jujur saja, aku benci melihat ekspresinya yang terlihat sok itu! "Sini-sini mana nota pemesanku."
"Niih, baca aja sekalian!" Aku langsung menyodorkan nota pesanan Daniel kearahnya.
"Sudah kuduga, kamu emang sebegitunya sebel sama aku yaa?" ujarnya langsung menunjuk namanya di nota pesanan itu dan memperlihatkannya padaku. Daniel tersenyum masam.
"Kethek Utan"
{Note : Bahasa Jawa yang artinya Monyet}"Apanya yang salah? Emang kamu mirip sama kethek di HPku nih!" ujarku sambil menunjukkan gambar dari galeri ponselku dan membandingkannya di sebelah muka Daniel. Aku tersenyum geli, setelah melihat wajah dan pose ngambek Daniel pertama kalinya setelah setahun kita tak bertemu.
"Lucunya cuma kalo pas ngambek, cute gitu. Eh, apa barusan aku bilang 'cute'? Sadar, Cath!! Aduuh!!"
#HanyaIlustrasi
Daniel yang menyentil keningku membuat tersadar dari lamunanku. "Kamu belum jawab pertanyaanku, apa kamu sebegitunya sebel sama aku?" ujarnya mengulang pertanyaan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Is Never Enough [Re-make]
Teen Fiction(PG) Kukira hidupku "sempurna", bahkan setelah Daniel ada di sisiku. Ternyata "dia" datang lagi, dengan senyuman hangat yang sama, mata coklat yang berbinar. Seakan membawaku ke masa lalu. Mungkinkah kamu ingat? Saat, "persahabatan" kita...