"Vi,""Hmm"
"Vi"
"Hmm
"Vina Yuraliaaaaa" rengekku dengan sahabatku satu satunya ini. Yang dipanggil masih juga fokus mengemudi dan bersenandung. Menyebalkan. Tapi aku sayang sihh.
"Apa Raita sayangkuhhh yang imutnya dari lahir. Tapi gak tinggi tinggi??"
"Gak usah bilang gitu napa?! Aku nih lagi bingung tau." Aku suka sensitif kalo menyangkut tinggi.
"Bingung kenapa coba? Ini kan udah sama aku yang cakep dari sonohhnya. Kalo bingung itu pegangan coba," dia menyuruhku memperagakan yang diucapkannya, bodohnya aku malah melaksanakannya. hehe. "Bego kamu Raa. Pasti kamu bingung gara gara Rakha Rakha itu yaa?? Aduh Ra, temen TK kita itu mana inget sama kita?Inget gak kita udah main didepan rumahnya, dia gak keluar juga? Aku sempet liat dia, dia ada dijendela. Tapi dia tetep gak mau temenan sama kamu kan? Cinta pertama emang anehh yaa. Udah deh, berhenti jadi Secret Admirer itu Ra"
Ya,Vina adalah satu satunya keluargaku saat ini. Dia temanku, yang memiliki nasib sama sepertiku. Bedanya, tak lama setelah orang tuanya berpisah kedua orang tuanya meninggal. Dan disaat itu pula perusahaan orang tuanya bangkrut. Aku tahu perasaannya. Sakit. Tidak bisa melanjutkan sekolah, tidak bisa membayangkan bagaimana masa depan. Dan nasibku yang sedikit lebih baik darinya. Akhirnya, aku yang membantunya bangkit, kami saling memberi semangat.
Dan saat ini, dia yang menjadi alasanku untuk bertahan hidup. Dia sahabatku, saudaraku, dan orang tuaku. Dia yang selalu memberi nasihat, semangat,melindungiku. Terima kasih ya tuhan, aku bersyukur masih memiliki dia."Ihh, apa salahnya coba? Lagian ya jdi Secret Admirer itu kan hebat? Bisa bertahan sakit, liat dia sama yang lain. Trus gak berharap bisa jadian sama dia."
"Masih bertahan dari sakit?Kamu berapa kali patah hati? Gak ada yang pernah respon perasaan kamu kan?" Vina mengangkat sebelah alisnya, tanda dia tidak yakin denganku.
"Masih lahh. Kamu gak yakin amat sama aku. Tapi kan aku gak pernah pacaran, jadi sakitnya gak seberapa. Aku mah oke oke aja."
"Yah, aku sih ngingetin aja. Awas aja kamu drop gara gara dia. Aku bawa pake ambulans kamu." Aku paling takut dengan ambulans, karena bayanganku itu adalah kendaraan hanya untuk mayat. Hiii.
"Aku tuh ketauan sm temennya Rakha. Nah aku takutnya dia malah cerita ke Rakha. Hancur deh semuanya." Mengingat Devin tadi membuatku tidak tenang.Lagi.
"Tuh kan!! Apa ku bilang. Ketahuan kan?! Terus terus gimana?" sepertinya Vina yang lebih shock daripada aku. Untungnya dia masih fokus mengemudi.
"Enggak sih. Dia malah janji gak bakalan bilang siapa siapa. Tapi aku sedikit ragu. Masa sih dia bakalan tutup mulut sama sahabatnya sendiri?"
"Aduhh Raaaa. Kok bisa sih? Kamu gak diapa apain kan sama dia? Rahasia kamu satu tahun Ra, bisa kebongkar sia sia gitu aja," tuhkan lagi lagi dia heboh
"Ternyata aku ceroboh banget Vi, dia udh liat aku 2 kali masuk ruangan itu. Dan tadi itu yang ke 3 kali, tapi dia nunggu penjelasan aku tentang semuanya."
"Haduhh Raita, yaudah. Gimana kalo kamu jelasin ke dia. Biar jelas, dia bakal beneran komitmen sama ucapannya, dan kamu juga tenang."
"Iya, Siapp bu boss." Ucapku seraya berhormat kepada Vina.
"Iya anak buahh." Dia menepuk pelan pucuk kepalaku. Namanya juga pendek, pasti gampang ditepuk tuh kepala.
------------------------------------------------------
Sehabis aku beribadah, handphoneku berdering. Nomor yang tidak ku kenal. Siapa yang mendapatkan nomor ku? Sedangkan aku aja gak punya teman disekolah. Aku jawab sajalah, siapa tahu penting.