Bulan tidak tampak malam itu, dan diiringi oleh nyanyian hujan yang menghentam bumi ini, terlihat dari kejauhan wanita paruh baya berjalan bertarung melawan hujan yang deras dan ditemani oleh gerobak sampah yang di tariknya, malam tidak bersahabat malam itu, tetapi wanita it uterus saja berjalan dan terus berjalan tanpa ada yang bisa menghalanginya.
Wanita itu terus saja berjalan dan mengais-ngais sampah, yang sangat penting baginya, walaupun itu merupakan hal yang sangat jijik bagi kebanyakan orang, tetapi ia tidak pernah malu untuk melakukannnya, ia beranggapan apa yang saja kerjakan ini adalah halal, bukan sesuatu kriminal yang harus jijik ia lakukan.
Malam semakin larut wanita itupun merasa lelah apa yang ia kerjakan hari ini, iapun melanjutkan perjalanannya menuju rumah, ia tidak memiliki rumah yang layak ia hanya tinggal di sebuah perkampungan kumuh yang di kelilingi oleh sampah.
"Assalamualaikum," ucap wanita itu setibanya dirumah dan membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam" jawab seorang gadis remaja, yang menyambut kedatangannya.
"kamu kenapa belum tidur nak?" tanya wanita paruh baya itu
"aku menunggu Ibu pulangh, aku khawatir dengan keselamatan Ibu"
"Ibu tidak apa-apa nak, buktinya ibu sekarang telah bersamamu sekarang ini"
"sekarang ibu mandi dan minum teh ini!" gadis itu menghampiri Ibunya dengan membawa handuk dan segelas teh hangat.
Malam perlahan-lahan mulai berganti dan fajarpun mulai menyingsing, belum lagi matahari menampakkan dirinya, wanita paruh baya itu telah tampak sibuk membereskan hasil mulungnya semalam, dan mempersiapkan gerobaknya kembali untuk bertarung melawan sampah. Pagi itu terlihat dua anaknya yang telah bersiap untuk pergi bersekolah, dan berpesan kepada kedua anaknya "nak sekolah yang benar ya agar menjadi orang yang sukses, tidak seperti Ibu lagi". Sebelum berangkat kesekolah sang anak selalu mencium tangan Ibunya.
Pagi itu terlihat cerah sekali, tetapi wanita itu harus melewati jalan yang berlumpur akibat guyuran hujan tadi malam, tetapi ia tidak pernah menyerah dengan apa yang harus ia terima. Matahari semakin tinggi memanaskan bumi ini, wanita itupun terus bekerja, yang ada difikirannya hanyalah kesuksesan anaknya kelak, bukan untuk dirinya sendiri, panas, hujan bahkan badaipun ia siap untuk melawannya.
Tak terasa sore menjelang, dan gundukan sampah yang ia hasilkan hari ini telah memenuhi gerobak yang ia bawa, dan ia terus saja bekerja bertarung melawan sampah, saat ia mengais sampah dan tiba-tiba kakinya mengenai pecahan kaca yang membuat sobekkan yang cukup lebar di kakinya, dan saat itu ia termenung dan teringat kepada kedua anaknya, yang saat itu waktunya mereka pulang sekolah, dan tak disangka setibanya ia dirumah, ia melihat kerumunan orang berada dirumahnya, dan tanpa ia sangka sang anak bungsu terbaring lemah dengan lilitan di kepala.
"apa sebenarnya yang terjadi nak?" wanita itu bertanya kepada anak sulungnya yang saat itu duduk di samping adiknya yang terbaring lemah.
Dalam tangisan dan meratapi apa yang terjadi pada anaknya, wanita itu di kejutkan oleh dua buah tangan yang menyentuh bahunya, dan dengan sekejap ia melihat seseorang berpakaian rapi.
"maaf Ibu jangan bersedih, saya mohon maaf atas kesalahan saya yang telah menabrak anak Ibu, dan ini merupakan ungkapan tanggung jawab saya" ucap seorang wanita muda, sambil menyodorkan sebuah amplop yang berisikan uang.
"ini apa?, kamu mau menyogok saya?" ucap sang Ibu sambil membentak wanita muda itu.
"ini bukan menyogok Ibu, tapi ini ungkapan maaf dan benatuk tanggung jawab saya kepada Ibu dan keluarga, akibat kelalaian saya anak Ibu harus menyalami seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bingkisan Kecil Untuk Ibu
Fiksi UmumSaat di sekolah sang kakak terlihat tidak berkonsentrasi, dan saat itu sekelompok anak-anak bandel yang beranggotakan 4 orang cewek, yang menjadi pusat perhatian disekolah itu menghampirinya, salah seorang dari kelompok itu membawanya kesebuah gubuk...