"Woi awas!!"
Bruukk
"Aaawww." Bola basket terlempar dan mengenai kepala Reva. Membuat Reva meringis memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing akibat bola basket yang terlempar tadi.
"Lo gapapa Rev?" Tanya Anna pada Reva.
Reva yang tadi meringis kesakitan kini berjalan mengambil bola basket yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Woi!! Bisa main basket ga sih! Kalo ga bisa main basket ga usah main!!" Bentak Reva pada lelaki yang sedang berlari ke arahnya.
Setelah lelaki itu berada di hadapan Reva. Reva melampar bola basket yang ada di tangannya sekuat tenaga ke arah lelaki yang kini berada tepat di depannya. Dan tepat mengenai perut lelaki itu. Sehingga membuat ia meringis kesakitan memegangi perutnya yang terkena bola basket yang di lempar sekuat tenaga oleh Reva.
"Makan tuh bola basket!" Ucap Reva. Ia memandang sinis lelaki yang kini tengah meringis kesakitan akibat ulahnya.
Inilah salah satu sifat Reva. Kejam. Terkadang ia bisa selembut kapas dan terkadang juga ia bisa menjadi sekejam singa betina yang sedang kelaparan.
"Ya ma─" Belum sempat lelaki itu melanjutkan perkataannya. Anna datang, dengan seribu pertanyaan yang ia lontarkan kepada Reva.
"Reva, Reva kamu gapapakan? Mana yang sakit? Yang ini ya? Apa yang ini? Ah semuanya ya Rev? Reva jawab dong." Tanya Anna panjang lebar dengan satu tarikan nafas. Membuat Reva memutar mata sebal. Beginilah Anna, dia akan rempong melebihi emak-emak rempong.
"Eh lo! Tanggung jawab ni─" Anna yang tadinya ingin memarahi habis-habisan lelaki itu dan ia sudah menuding-nudingkan jari telunjuknya di depan wajah lelaki itu.
Segera mengurungkan niatnya dan menurunkan jari telunjuknya setelah melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Anna menatap lelaki yang ada di depan hadapannya dan Reva dengan tatapan berbinar. Bagaimana tidak? Lelaki itu adalah seorang kapten basket dan salah satu most wanted di sekolahnya. Lelaki itu Adrian Dwi Saputra.
"Eh Adrian, maaf ya Adrian. Tadi kita yang salah kok jalan ga liat-liat. Lagi pula Reva juga gapapa. Iya kan Rev?" Anna mengedipkan matanya beberapa kali. Memberi kode pada Reva untuk menjawab 'Iya'. Reva melanga tak percaya dengan kelakuan sahabatnya ini.
"Enak aja lo gapapa-gapapa. Sakit nih kepala gue." Ucap Reva menunjuk kepalanya yang terkena lemparan bola basket. "Dan lo!" Reva menuding-nudingkan jari telunjuknya tepat di depan hidung Adrian. Membuat Adrian menautkan kedua alisnya.
"Awas lo! Liat pembalesan gue nanti!" Ancam Reva. Ia pergi dan berlalu dari hadapan Adrian.
"Maaf ya Adrian, Reva emang gitu orangnya." Ucap Anna pada Adrian.
"Tapi sebenernya dia ba─""Anna ayo!!" Ucap Reva memotong perkataan Anna dan menyeret Anna pergi menjauh dari hadapan Adrian.
"Dahh Adrian, sampai bertemu lagi." Anna melambaikan tangannya kepada Adrian. Dan tidak lupa dengan kiss byenya, Anna juga memberikan kiss byenya pada Adrian di sela-sela Reva menyeretnya.
Adrian berdidik ngeri bercampur jijik.
"Dasar cewek gila! Cantik-cantik kok genitnya ngalahin tante-tante." Ucap Adrian"Tapi yang satu lagi─" Adrian menimbang-nimbang kata yang pas untuk gadis yang bersama dengan Anna tadi. Adrian memandangi punggung mereka yang sudah hilang dari hadapannya.
"Mirip kak Ros. Sekarang gue tau apa yang mereka rasain." Ucapnya.
Adrian mengingat episode-episode kartun kesukaan adiknya itu di marahi dan di pukuli oleh kakak perempuannya, membuat Adrian meringis sendiri mengingatnya.
Hal yang membuat Adrian bingung dengan kartun yang menggambarkan dua anak laki-laki kembar itu adalah bagaimana bisa rambut mereka tidak tumbuh-tumbuh dari bayi hingga sekarang? Dan kakaknya hanya memiliki satu rambut menculang ke atas.
Yang membuat Adrian paling bingung adalah kartun itu sudah di tayangkan dari Adrian kelas 6 SD, dan sekarang Adrian sudah kelas 2 SMA. Perlu Adrian perjelas lagi. Kartun itu sudah ditayangkan dari Adrian kelas 6 SD hingga 2 SMA! Mengapa mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak? Seharusnya mereka sudah beranjak sedikit besar, mungkin SD atau SMP.
"Gue harus lebih menghargai kartun itu." Ucap Adrian berjalan kelapangan basket.
*****
"Apaansih lo Na bukannya belain gue. Malah belain si Adrian." Reva mengerucutkan bibirnya atas kelakuan Anna.
"Abisnya Adriannya kegantengan sih Rev." Ucap Anna. Ia tersenyum sumringan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Giliran ketemu cowo ganteng aja, semuanya terlewatkan." Cibir Reva melirik sinis pada Anna.
"Enggak kok kamu ga akan pernah terlewatkan sayang ku." Rayu Anna mencolek dagu Reva. Membuat Reva berdidik ngeri bercampur jijik. Bagaimana tidak? Anna sering sekali merayunya menggunakan kata-kata sayangku, cintaku dan masih banyak lagi.
Dia juga sering mencolek-colek dagu Reva atau mengedipkan mata genitnya pada Reva. Reva tau Anna menganggapnya hanya bercanda. Tapi bagaimana kalau ada orang yang melihat mereka dan mengira bahwa mereka menjalin hubungan terlarang atau lesbian?
"Geli gue sama lo Na." Cibir Reva pada Anna.
Reva mengalihkan pandangannya kearah pintu kelas yang masih terbuka lebar. Berharap sebentar lagi orang yang di tunggu-tunggunya akan muncul dari balik pintu.
Dan benar saja, orang yang Reva tunggu-tunggu muncul dari balik pintu berwarna coklat yang masih terbuka lebar. Saat pandangan mereka bertemu membuat mereka tak mampu menahan senyumnya.
"Giliran ketemu Rizky aja semuanya terlewatkan." Anna mencibir menirukan gaya cibiran Reva tadi.
Reva tidak menghiraukan cibiran Anna. Yang menjadi fokusnya sekarang adalah laki-laki yang duduk di depannya. Cemberut. Itulah yang sekarang tergambar di wajah Rizky. Rencananya berhasil.
"Kenapa Ky?" Tanya Reva polos.
"Anak Osis ga ada yang dateng ke rapat hari ini! Parah kan?! Masa ga ada satu orangpun yang dateng! Aku udah nunggu setengah jam tapi sama sekali ga ada yang dateng!" Ucap Rizky dengan satu tarikan nafas.
"Lho kok bisa Ky?" Sekarang giliran Anna yang bertanya polos.
"Ga tau. Liat aja nanti anggota-anggota Osis." Ucap Rizky.
"Mungkin karena rapatnya pagi-pagi Ky. Lo ga boleh marah-marah dulu dong!" Timpal Anna
"Ya jelas gue boleh marah dong Na! Gue udah nunggu setengah jam, tapi ga ada yang dateng. Apa kayak gitu yang namanya Osis?"
"Ya mana gue tau. Yang Osis di sinikan lo bukan gue." Ucap Anna.
"Terus tadi ngapain lo ga ngebolehin gue marah Anna!" Rizky mendengus sebal dengan sahabat kekasihnya sekaligus temannya.
Tobat-tobat gue punya temen kayak lo Na. Batin Rizky
"Tapi kata Anna ada benernya juga Ky. Kamu ga boleh marah marah dulu. Siapa tau mereka kejebak macet." Jelas Reva dengan senyumnya yang mampu menenangkan fikiran Rizky.
"Iya kamu bener." Rizky membalas senyum Reva.
*****
Masih pendek? Hp aku lagi error jadinya pendek:' doain aja cepet sembuh. Makasi:)
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen Fiction""Takdir ?" Apakah takdir harus sejahat ini? Mengapa takdir merebutnya dari ku? Kumohon kembalikan dia kepada ku." - Revania Azzahra Putri