Bab 7. The Wedding Plans

41 4 1
                                    

                         ●●●●

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. Sudah Dua bulan berlalu sejak sidang dan pembuatan skripsi yang melelahkan kini Tiffany telah menjadi seorang sarjana ekonomi. Impiannya selama ini akhirnya terwujud. Setelah mendapatkan gelar sarjana ia membantu orang tuanya mengurus perusahaan. Ia berharap semoga setelah menjadi seorang sarjana dan membantu orang tuanya maka perusahaan yang ia jalani kini menjadi semakin hebat.

Saat Tiffany sedang sibuk dengan berkas-berkas lembar pekerjaannya, handphonenya berbunyi pertanda ada pesan yang masuk. Bukan sebuah pesan melainkan sebuah chat Line.

LINE

"Tiffany, maaf gue ganggu Lo"

"Nggak, Ra. Emang ada apa?"

"Bisa ketemuan gak? Ada yang mau gue omongin. Penting."

"Ngomong aja sekarang di chat. Nggak papa."

"Ga bisa. Nanti Lo malah pusing kalo balas chat gue. Lo juga lagi sibuk. Kita langsung ketemuan aja, ya? Bisa, kan?."

"Iya. Kita janjian dimana? Jam berapa?"

"Di kafe biasa langganan gue. Jam 3 sore."

"Aku gak bisa Ra kalo jam segitu. Jam 5 aja, ya?"

"Oke."

"Maaf ya Ra. Soalnya jam segitu aku masih sibuk."

"It's nothing. No problem. Seharusnya gue yang minta maaf udah ganggu Lo kerja."

"Oh..ga papa. Kamu ga ganggu kok."

"Ya udah ya. See you later."

"See you later (2).

●●●●

Di sebuah kafe yang cukup ramai. Terlihat seorang perempuan yang sedang duduk disebuah meja dekat jendela kafe. Ia memandang pemandangan luar kafe dan sesekali menatap layar handphonenya. Menatap layar handphone yang wallpapernya foto perempuan tersebut dengan sahabatnya. Ia sedang menunggu seseorang.

"Ra, maaf. Kamu udah lama ya nunggu?"
"Ga juga. Sekitar Dua puluh menit yang lalu."
"Maaf banget ya, kamu jadi nungguin aku."
"Santai aja. Kita gantian sekarang. Biasanya kan kalo kita janjian ketemu, Lo yang sering nunggu ampe molor gara-gara gue kelamaan."
"Iya. Hehe."
"Nah, sekarang gue. Duduk dulu, Tiffany."
"Eh, iya."
"Lo mau pesen apa? Biar gue pesenin."
"Ga usah. Aku pesen sendiri aja. Mbak..." Panggil Tiffany cukup keras saat memanggil seorang pelayan kafe.
"Iya, Anda ingin pesan apa?"
"Saya pesan Soft drink sama Salad buah."
"Itu saja, mbak? Apa ada yang lain?"
"Tidak, itu saja."
"Mohon tunggu sebentar, ya. Pesanan Anda akan segera siap."
"Iya."
"Lo sekarang beda banget deh. Bener-bener berubah jadi wanita karir."
"Hah? Apaan sih? Aku ini masih pemula, bukan wanita karir yang luar biasa."
"Biar pemula kayak Lo itu pun udah hebat tau gak."
"Iya, makasih. Kalo karir kamu sebagai apoteker, gimana Ra?"
"Ya gitu. Lumayan. Gue seneng sama kerjaan gue jadi apoteker."
"Oh iya, kamu bilang ada yang penting? Emang apaan?"
"Ga terlalu penting sih. Nih." Ujar Naura sembari memberikan sebuah kertas yang berupa undangan pesta perkawinan.
"Hah? Kamu kawin, Ra? Kok ga ngasih tau aku? Kapan kamu nikah? Terus juga kapan-."
"Ssttt... diem!! Stop!". Kata Naura dan menutup mulut Tiffany dengan telapak tangannya.
"Diem dulu bisa, kan? Gue bisa jelasin semuanya asalkan Lo diem."
"Hmm." Angguk Tiffany setelah mendengar perkataan Naura.
"Dengerin gue ya, denger baik-baik, yang kawin ataupun nikah itu bukan gue tapi Tante gue."
"Tante kamu?"
"Iya. Tante Salma. Satu-satunya Tante gue yang udah nikah Lima kali terus cerai juga Lima kali. Lo tau, kan?"
"Oh.. Tante kamu yang itu. Kok cowoknya lebih muda, ya?". Tanya Tiffany saat membaca isi undangan tersebut.
"Ya gitu. Cowoknya seumuran kita. Tante gue itu emang suka cowok berondong."
"Oh. Ya, ga papa kan Ra kalo udah jodohnya? Cinta itu mengenal rasa, bukan mengenal usia."
"Iya. Lo bener. Semoga aja jodoh sampai mati. Yang ada aja udah pada cerai. Kalo sekali lagi Tante gue itu cerai terus nikah lagi, asli deh jadi janda Tujuh kali."
"Haha..santai aja, Naura. Yang penting Tante kamu bahagia. Doa aku, semoga Tante kamu langgeng terus pernikahannya. Be a forever."
"Iya, makasih Ny doanya."
"Sama-sama."

Secret Memories [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang