# Prolog #

391 33 6
                                    

Berjalan di tengah keramaian dengan setumpuk buku yang tengah kau bawa pasti sangat menjengkelkan. Itulah yang gadis ini rasakan. Aulia Maharani, kau bisa memanggilnya Aulia atau lebih singkatnya lagi Aul.

Aulia mendengus, meratapi gerombolan anak-anak yang masih memenuhi lorong. Tak ada yang mau memberinya jalan. Ia tak ingin buku-buku yang ia bawa ini sampai bertebaran ke sembarang tempat. Jadi ia berpikir sejenak, mencari sebuah ide.

Ia memekik senang saat memikirkan hal konyol yang akan ia lakukan ini. Masa bodo dengan cemooh yang akan menghujatnya, asalkan amanat guru yang memberinya setumpuk buku ini dapat terlaksana.

"ADA DAVID!! DIA ADA DI LAPANGAN!"

Benar saja, semua gerombolan yang merupakan siswi itu langsung menghambur meninggalkan lorong. Aulia tersenyum bangga atas otaknya yang cerdas itu.

Siapa sih yang tidak ingin menemui David? Cowok most wanted sekolah ini. Tapi sepertinya hanya Aulia yang tidak menaruh rasa suka terhadap David. Mungkin karena satu alasan. David itu badboy.

Semua orang tau itu. Aulia tak habis pikir, kenapa orang seperti David bisa banyak yang suka? Jawabannya hanya satu, ketampanannya.

Aulia mengeratkan pegangan tangannya terhadap buku-buku yang ia bawa dan hendak berjalan pergi dengan senyum yang masih mengembang di bibirnya.

"Tunggu!"

Entah mendapatkan pemikiran dari mana, Aulia merasa kalau panggilan itu tertuju kepadanya. Aulia memutar badannya dan mendapati orang yang benar-benar membuat jantungnya seperti ingin keluar dari tempatnya.

Itu David. Baru kali ini Aulia melihat David berjalan tanpa teman-temannya. Ah, Aulia tidak ingin memikirkan itu. Yang ia pikirkan saat ini, apa David mendengar teriakannya tadi?

Aulia menoleh ke sekitarnya. Dan seketika lorong menjadi sepi, hanya ada ia dan David. Padahal tadi masih ada beberapa orang di sekitarnya.

"Em, lo manggil gue?" Aulia bertanya dengan ragu. Tapi David tidak menjawab. David malah berjalan mendekati Aulia. Aulia tidak tahan dengan keadaan ini.

David memandangi Aulia dari atas hingga ke bawah. Memandangi gadis itu dalam-dalam. Lalu sebelah alisnya sedikit terangkat saat berkata, "Lo cewek yang suka di sebut-sebut Kepala Sekolah setiap upacara 'kan? Kalo nggak salah-Aulia bukan?"

Segitu terkenalnya 'kah Aulia? Ya, Aulia memang suka di sebut-sebut oleh Kepala Sekolah saat bagian amanat di dalam upacara hari senin. Katanya Aulia itu pantas di jadikan panutan. Gadis pintar dan cantik dengan segudang prestasi.

Aulia mengangguk patah-patah. Ia menjadi takut saat ini. Seandainya saja ide konyol itu tidak datang, Aulia pasti tidak akan terjebak dalam masalah ini. Berhadapan dengan cowok nakal sekolahnya.

Merasakan tatapan takut dari Aulia, David tertawa pelan. Bahkan hampir tidak terdengar.

"Calm, gue nggak bakal gigit cewek manis kaya lo." Mata David menyiratkan sesuatu saat menyebut Aulia sebagai cewek manis. Aulia semakin takut di depan David. Bahkan wajah takut Aulia semakin terlihat.

Aulia tersenyum samar. Ia mencoba bicara dengan tidak gugup. "Eh, gue- Gue harus ke kelas. Ini, ada, Eh- Buku. Buku yang harus gue kasih." Percuma, ia tetap gugup. Tanpa menunggu jawaban David, Aulia berjalan cepat. Bahkan sangat cepat.

David memandangi kepergian Aulia hingga punggung gadis itu tidak lagi terlihat. Ujung bibirnya terangkat saat ia sedikit tersenyum. Senyum yang menyiratkan sebuah arti.

"Boleh juga."

°°°

Heart To HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang