[Kenangan ini dimiliki oleh: psychomagination (Kacang Hidup)]
***
Aku memiliki sedikit kisah dari sekian banyak kisah yang kumiliki selama tujuh belas tahun napasku terus berhembus di bumi ini. Kisah yang kata orang dan kataku mainstream, banyak yang mengalami, dan anehnya berulang kali terjadi--mungkin, bukan pada diriku melainkan pada diri orang lain. Apa? Kalau bukan sakit hati, ya ... sakit jiwa. Jelas bukan, melainkan fase di mana hati ditaburi bunga bangkai berwujud bunga mawar--indah awalnya, busuk akhirnya. Sedikit kisah, yang akan segera kumulai tulis. Jadi, bacalah, bacalah.
***
Masa remaja. SMA. Putih abu-abu. Hal yang kata orang masa di mana itu merupakan masa-masa paling indah. Bukan indah karena mengenakan seragam putih abu-abu, melainkan indah karena berbagai macam rasa hadir di masa itu; suka, duka, lelah, stres, bahagia, apalagi jika mengenal 'tradisi' pacaran yang menjamur, atau saat di mana kau memiliki sedikit rasa suka terhadap lawan jenis, tetapi kau tak mampu mengungkapkannya--itu karena kau malu, bodoh, atau memang mau menjaga diri, entahlah. Masa SMA pun masa di mana kesenangan mendapat KTP, SIM, dan lainnya, tercipta. Namun, aku belum mendapatkannya walau sudah cukup umur. Biarlah, tetapi aku senang mengetahui kalau aku sudah bisa membuat KTP dan SIM.
Masa SMA ini, aku juga seperti remaja kebanyakan lainnya, labil dan pernah suka terhadap seseorang. Selama setahun setengah aku menyimpan rapat rasa suka ini. Aku tak tahu awalnya bagaimana aku bisa suka pada dia, bagaimana aku bisa sejauh itu menyimpan rasa, bagaimana aku selalu menutup perasaan yang terus menggedor-gedor hatiku--memaksa untuk keluar dan menamppakkan diri--apa alasan yang kumiliki sampai aku bisa sangat menyukainya. Apa karena dia wakil ketua OSIS di sekolahku? Atau karena dia seorang qori' dan penghafal Qur'an? Entahlah. Kurasa, aku menyukainya tanpa alasan.
Dia--seseorang yang kusukai--tak memiliki wajah tampan seperti kakak kelasku yang lainnya. Dia itu biasa saja, tetapi entah kenapa ada bagian dari dirinya yang seperti magnet hingga mampu menarik diriku. Bagian yang tak dapat kudefinisikan karena aku sendiri tidak tahu hal apa itu. Semua itu bertahan hingga setahun setengah, hingga seseorang dengan kenyataan dan pernyataannya menyayat-nyayat hatiku.
"Kak, tau kak Rian?" Tanya gadis di depanku. Dia adik kelas yang baru masuk di sekolahku.
Mendengar namanya saja sudah membuat jantungku berdebar. Aku mengangguk,"Iya, kenapa?"
Gadis itu menyodorkan ponselnya. Sekilas kubaca dan nyeri dihatiku tercipta.
"Kamu, pacaran sama dia?" Aku bertanya, menahan sekuat mungkin agar suaraku tak bergetar karena efek dari pacuan kerja jantungku yang tiba-tiba sangat cepat. Pun aku masih ingat, saat itu tanganku tiba-tiba terasa dingin. Ya, aku tak percaya pernah menyukai seseorang hingga seperti itu.
"Iya, kak."
Selesai. Aku beranjak dan pamit untuk kembali ke kelasku.
Seperti itulah sedikit kisah yang kumiliki. Saat ini, aku telah berada di kelas dua belas dan perasaan yang saat itu kumiliki sirna sudah. Saat ini, aku hanya tengah fokus dan berpikir untuk sekolah dan masa SMA yang sebentar lagi akan kutinggalkan, tergantikan dengan masa perkuliahan yang kubayangkan sebentar saja sudah membuatku pusing. Iya, seperti itulah. Tak ada lagi rasa-rasa, serahkan saja. Bukannya aku tulang rusuk yang akan ditemukan pemiliknya? Jadi menunggu dan berdoa untuk ditemukan, itulah tugas sampinganku. Tugas utama adalah memantaskan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
NUT'S CHALLENGE: Balada Anak Kampoeng
Não FicçãoKetika kita hidup, pasti ada salah satu kenangan yang mungkin sampai saat ini menjadi kenangan tak terlupakan. Balada Anak Kampoeng menyajikan kenangan-kenangan dari KAMI, Keluarga Kacang. Dari mulai pengalaman gagal masuk OSP, pengalaman patah hat...