Ya ampuunnn… ini bukan berita besar kali ya? Kenapa harus di blow up kayak gitu sih? Orang baru? Biasa aja lagi ah. Namanya juga perusahaan. Cari pegawai untuk mengisi posisi lowong kan gak aneh. Ini telinga Cussy ampe berdenging-dengin gara-gara mendengar berita yang repetitif kayak iklan norak yang sekalimat diulang ampe bibir jontor. Aiiissshhh….
“Emang apa istimewanya sih?” tanya Cussy pada Weni.
“Kamu tahu Lee Min Ho?” tanya Weni.
“Nggak. Kan aku nggak pernah update kalo Korea.”
“Kamu sih payah. Liat di internet. Lihat wajah Lee Min Ho. Nah yang bakalan dateng ntar kayak gitu tuh.”
“O,” sahut Cussy polos. “Nggak minat ah. Kok kedengarannya seperti brondong ya.”
“Brondong, kalau hot dan full experience sih nggak masalah deh,” komentar Weni.
“Weks! Maunya!” Cussy mencibir.
Dan Cussy hampir melupakan berita itu kalau saja keesokan paginya dia datang ke kantor disambut oleh kehebohan yang lebih seru di kantornya.
“Cus! Kamu sudah lihat pegawai baru?”
“Belum. Kenapa? Memang mau datang kapan sih dia? Trus mau ditaruh di mana?”
“Katanya pagi ini mau datang. Dan denger-denger dia mau dijadiin asistenmu, Cus.”
“WHAT???” Cussy terbelalak. “Asisten? Aku nggak butuh asisten di saat sibuk kayak gini! Ini aja aku sudah kurang waktu buat ngurusin semuanya, eh masih ditambah momongan baru. Kayak aku kelebihan waktu aja.”
Sedetik kemudian Cussy berderap menuju ke ruang HRD. Satu-satunya yang dia inginkan hanyalah sebuah kata bernama PENJELASAN!!! Bila dia mau mendapat limpahan pegawai baru harusnya pihak HRD lah yang menghubunginya. Bukan dalam bentuk kabar burung yang nggak ketahuan sumbernya gini!
Kantor Pak Rudy seperti biasa tampak angker bagi kebanyakan pegawai karena di kantor inilah nasib dari semua karyawan ditentukan. Reward dan punishment dikeluarkan dari kantor ini. Namun mengabaikan semua itu Cussy pun mengetuk pintu dengan tak sabar. Sedetik kemudian seraut wajah cantik Winda, sekretaris Pak Rudy, muncul dari balik pintu.
“Eh, Mbak Cussy. Baru aja aku mau menghubungi Mbak.Pak Rudy ada perlu sama Mbak Cussy,” sambutnya dengan keramahan semu yang membuat Cussy tergoda pengen nabokin.”Oh ya, Pak Chandra juga sedang ada di ruang Pak Rudy. Kebetulan banget semua sedang menunggu Mbak Cussy.”
“Hm… begitu?” Cussy bertanya skeptis. Merasakan firasat nggak enak tentang kehadiran Pak Chandra, orang nomor satu di perusahaan ini. “Bisa langsung ketemu Pak Rudy?”
Dan nggak pakai lama Cussy sudah memasuki ruang angker Pak Rudy dan mendapati brondong itu di sana. Hanya sekali lihat saja Cussy sudah bisa memutuskan bahwa Glen, nama karyawan baru itu, yang nota benenya adalah anak Pak Chandra yang lagi iseng pengen belajar bekerja, merupakan seorang trouble maker dengan T besar!
“Mbak Cussy,” sapa si brondong, mengulurkan tangan untuk dijabat Cussy.
Semprul! Dia nyengir seolah mengejek begitu? Cussy hampir meledak penuh emosi yang sedari tadi ditahannya kala menyambut uluran tangannya. Dan jelas-jelas itu brondong baru tamat sekolah sangat perlu dididik sopan santun, termasuk etika dalam berjabat tangan secara profesional! Karena nggak ada di kamus bisnis manapun yang mencantumkan bahwa jabat tangan bisa dilakukan beberapa detik lebih lama dengan remasan yang menunjukkan aura maskulin dan chauvinist! Sumpah, biar kehidupan asmara Cussy telah berakhir secara mengerikan enam bulan lalu, namun Cussy masih belum lupa perbedaan mana jabat tangan bisnis dan mana jabat tangan bermuatan erotis!