Part 1Kairi menggeram. Gadis berambut biru itu duduk di bangku kelasnya sambil menggeliat-geliat pelan. Dalam kelas yang lengang saat jam istirahat itu, wajah Kairi terlihat gelisah. Sesekali dia melirik ke samping, memperhatikan seorang anak laki-laki berwajah manis yang meletakkan kepalanya di atas meja dan menguap lebar.
"A-Anda baik-baik saja Tuan Adam?" tanya Kairi.
Anak laki-laki itu, Adam, memiringkan kepalanya ke arah Kairi. Kedua bola matanya berair, dan kelopak mata dengan bulu-bulu yang lentik itu tampak naik-turun secara perlahan. Dengan malas, dia pun membalas Kairi, "Ya, aku baik-baik saja, Kairi. Hanya setengah mengantuk setelah semalaman menulis laporan untuk Pak Tua, mengerjakan PR dan..."
Adam menutup matanya. Anak itu mulai mendengkur pelan. Dalam keadaan tidur, tanpa sadar perutnya berbunyi lirih. Nyengir, Adam menggumam pelan, "...sepertinya aku sedikit mengantuk dan lapar."
"A-Ah, kalau begitu biar saya belikan Anda makanan di kantin!"
Adam tertawa pelan. "Tak usah, tak apa-apa."
"Tapi, Anda belum makan semenjak kemarin malam bukan? Bagaimana kalau nanti Anda sakit?"
"Kairi...," panggil Adam tegas. Anak laki-laki itu tiba-tiba membuka kedua matanya lebar-lebar tanpa menunjukan rasa kantuk sama sekali. Dia menatap Kairi dalam-dalam.
"A-Apa?" Kairi tampak panik. Bola matanya yang berwarna biru langit tampak berkedip-kedip.
"Kapan terakhir kali kamu makan?"
"K-Kenapa Anda tiba-tiba menanyakan hal itu?"
Adam mengangkat kepalanya, membenarkan posisi duduknya. "Bukan apa-apa, aku hanya lupa kapan terakhir kali kamu makan. Kemarin malam? Atau kemarin siang? Atau..."
Adam terdiam, tampak berusaha mengingat-ingat.
"Kamu... Jangan-jangan sudah dua hari ini tidak makan?"
"T-Tidak kok...," jawab Kairi. Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan melirik ke samping.
Adam dapat merasakan kebohongan dalam jawaban Kairi. Maka, dia pun mendekatkan kepalanya. Anak laki-laki itu menatap Kairi tanpa berkedip sama sekali dan menggumam pelan, berusaha untuk mendesak Kairi agar berkata jujur.
Gadis berambut biru itu mulai berkeringat. Wajahnya memerah dan dia tampak berusaha menelan ludahnya.
"Benar begitu? Kalau begitu, kenapa aku tadi sepertinya mendengar perutmu berbun–"
"I-Iya! Iya! Saya belum makan selama tiga hari ini!" Kairi berteriak panik. Gadis itu tiba-tiba bangkit berdiri dan tanpa sengaja mendorong meja dan kursi dengan tubuhnya hingga bergeser satu-dua meter.
"U-Uh, Kairi... Tenanglah..." Adam berusaha menenangkan Kairi. Anak itu menoleh ke kanan dan kiri, panik ketika pandangan teman-teman satu kelas tertuju ke arahnya dan Kairi.
"Lagipula, saya tidak lapar, kok! Meski perut saya berbunyi, saya masih bisa bertahan sekitar satu hari lagi karena saya adalah seorang Ne–"
"Kairi!!" sela Adam sambil meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya.
"Ups!" Tangan Kairi bergerak menutup mulutnya.
"U-Uh... maaf semuanya karena kita sudah bikin keributan," ucap Adam sambil tertawa kering kepada teman-teman sekelasnya.
Seluruh siswa satu kelas pun berhenti menatap Adam dan Kairi. Sebagian dari mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka sebelumnya seperti tak terjadi apa-apa, dan sebagian lainnya tampak berbisik-bisik membicarakan Adam dan Kairi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alternative #2 - Entity
Science FictionSihir, ledakan dan tipu muslihat. Adam-masih seperti biasa-sibuk menjalani kehidupannya sebagai seorang remaja dan juga anggota mafia. Kairi mencemaskan tubuhnya yang sedikit demi sedikit mulai berubah. Daru ditawari untuk ikut dalam sebuah 'proyek...