Side 1: HIM
Kevin sudah terbiasa melakukan hal ini. Sejak lima tahun lalu, pertama kali dia memotong-motong kelinci tetangga dengan tenang tanpa rasa takut sama sekali. Darah yang berwarna merah segar itu tak sedikit pun mengganggu penglihatannya. Si pemilik kelinci—anak usia duabelas tahun, setahun lebih tua darinya—langsung berteriak dan nanar melihat hewan kesayangannya mati secara sadis. Teriakan itu menjadi tanda akhir dari aksi Kevin. Kematian kelinci itu menjadi akhir dari keluarga si pemilik kelinci untuk menyandang status sebagai tetangga keluarga Kevin.
Keluarga Baker adalah satu dari seratus keluarga terkaya yang tinggal di daerah Plainville. Rumah mereka lebih mirip seperti museum dari kejauhan, dengan arsitektur bergaya Yunani kuno yang terlihat megah dan anggun. Warisan turun-temurun yang bahkan tidak habis hingga tujuh keturunan, perusahaan-perusahaan di berbagai bidang hingga lintas negara, jelas membuat keluarga Baker hidup dalam kelimpahan harta yang tidak terkira. Hal itu membuat kasus Kevin Baker—yang mencincang-cincang kelinci tetangganya—hilang begitu saja tanpa ada tindak lanjut dari pihak berwenang sebagai bagian dari perlakuan tidak menyenangkan.
Keluarga Baker yang kaya tidak terlihat bahagia seperti pada umumnya. Kebahagiaan mereka hanyalah disebabkan oleh uang, uang dan uang. Semua yang terlihat hanyalah kebahagiaan yang semu. Kevin tidak pernah mendapatkan apa itu pelukan seorang ibu, atau rangkulan seorang ayah, sejak usianya bayi (mungkin saja seperti itu). Sejak dia mulai mampu mengingat manusia yang ada di hadapannya, hanya ada David yang berumur paruh baya yang selalu mengurusnya. Imigran dari benua Eropa itu yang mengurus semua hal mulai dari mencuci pakaian, menyiapkan makanan, dan tetek-bengek lainnya dari kehidupan Kevin.
Kevin tidak pernah tahu siapa ibunya, karena yang dia tahu adalah bahwa ayahnya selalu bercinta dengan pelacur-pelacur yang berbeda, hampir setiap ayahnya sedang berada di rumah yang merupakan peristiwa langka. Bisa dibilang, ayahnya pulang ke rumah hanya untuk mencicipi pelacur-pelacur baru yang dia temui. Ah, ayahnya juga pernah membawa laki-laki ke rumah, bercinta dengan laki-laki itu di depan tivi ruang keluarga, dan merasa tidak terganggu meskipun Kevin berlalu-lalang di ruangan itu. Kevin tidak perlu repot-repot bertanya dengan ayahnya tentang ibunya, karena frekuensinya mengobrol sama seperti kelahiran badak bercula satu ataupun harimau sumatera. Sementara David yang bisa dibilang mempunyai keterikatan di hati Kevin selalu mengaku bahwa dia tidak mengenal ibunya Kevin sama sekali karena dia diperkerjakan di sini saat umur Kevin mulai menginjak satu tahun.
Meski merasa seperti anak yang lahir tiba-tiba begitu saja, paras yang dimiliki Kevin menunjukkan bahwa dia adalah anak biologis dari Lukas Baker. Darah latin yang mengalir di dalam tubuhnya membuat Kevin dan Lukas bak pinang dibelah dua. Apalagi di usia 16 tahun saat ini, di mana pubertas membawa perubahan yang signifikan kepada tubuh Kevin. Otot-ototnya yang berisi baik karena latihan dan asupan nutrisi, rambut yang sedikit bergelombang di kala tebal, kulit kuning kecoklatan yang eksotis, serta tinggi tubuh yang cukup jangkung membuat remaja wanita yang beruntung melihat keberadaan Kevin pasti akan berteriak girang. Belum lagi jika para remaja wanita melihat Kevin bertelanjang dada, dengan otot-otot perut dan dada bidang yang bisa saja membuat mereka mimisan.
Dengan kondisinya yang sudah seperti surga dunia, Kevin punya momok ketakutan sendiri. Ketakutan yang sama dirasakan oleh David sejak merawat Kevin sedari kecil. Hal yang selama ini selalu disembunyikan dari keluarga Baker yang kaya dan terpandang. Ketakutan bahwa mereka punya sisi psikologis yang berbeda dari orang-orang.
Kevin menyadarinya saat berusia 8 tahun, meskipun David berani bersumpah bahwa Kevin sudah memiliki tanda-tanda sejak usianya tiga tahun. Kevin merasa terpuaskan saat tanpa sengaja melihat ayahnya menghabisi seorang pelacur yang terus-terusan mengganggu ayahnya dengan mengaku bahwa dia hamil. Kevin melihat ayahnya sendiri gelap mata, di bawah temaramnya lampu gantung ruang tamu rumahnya, ayahnya menghabisi wanita jalang itu dengan menusuknya berkali-kali dengan sebuah pisau Swiss Army. Darah bercucuran sembari ayahnya menusuk orang itu di perut, di dada, di payudara, kemudian beralih ke mata dan berakhir di kemaluan wanita itu. Setelah merasa puas, pria berumur empat puluh tahun itu kemudian memanggil pembantu rumah lain untuk membereskan apa yang dia perbuat. Layaknya tenaga yang sudah ahli, dalam waktu lima menit semua bukti pembunuhan itu lenyap begitu saja.
Tak butuh waktu yang lama untuk Kevin mulai melakukan hal yang sama seperti ayahnya, meskipun dia tak melakukannya kepada manusia seperti ayahnya. Butuh waktu yang lama hingga usia 14 tahun baru Kevin dapat melakukannya kepada manusia. Saat itu Kevin sedang berjalan-jalan sendiri di daerah kumuh di sebelah barat rumahnya. Dia melintasi jalanan becek begitu saja, membuat cipratan air mengenai segerombolan anak-anak yang sedang bermain bola. Kevin tak pernah diajarkan untuk meminta maaf, sehingga membuat anak-anak itu tersinggung dan bersiap untuk menghajar Kevin. Kemudian, semua terjadi begitu saja. Tidak ada yang tahu bagaimana persis terjadinya, saat baru dua atau tiga pukulan mendarat di tubuh Kevin, seluruh anak yang berkerumun di situ langsung berteriak melihat salah satu temannya terluka—bukan hanya terluka, tapi leher nyaris putus. Semua memandang Kevin dengan nanar, sampai salah satu dari masyarakat wilayah kumuh itu menyadari kemiripan Kevin dengan ayahnya. Tidak ada yang bisa mereka lakukan melihat kematian korban pertama Kevin itu. Kasus ini pasti tidak akan pernah diusut.
.
.
.
Sebulan yang lalu, saat musim panas dimulai, tiba-tiba saja Kevin meminta permohonan yang tak pernah terjadi sebelumnya.
"David, aku ingin sekolah di sekolah yang sebenarnya. Aku bosan homeschooling."
David yang sudah tahu tentang sifat anak asuhnya ini tentu saja kaget setengah mati mendengar permintaan itu.
"Tapi, Tuan. Homeschooling dan sekolah umum tidak jauh berbeda. Lingkungan sekolah tidak seindah rumah ini, dan juga pelajaran di sana pasti akan membosankan bagi anda."
"Aku lebih bosan di rumah ini, David. Aku ingin melihat tempat lain. Aku ingin bertemu dengan orang lain."
David menelan ludah. Tuan ingin bertemu orang lain, bagaimana kalau dia melakukan hal yang sama seperti ayahnya kepada orang-orang yang tak bersalah? Kevin tidak pernah sadar dengan apa yang dia perbuat. Pisau Bowie yang dia beli itu adalah saksi bisu dari apa yang pernah Kevin lakukan. Tapi otak Kevin? Otaknya mengubur dalam-dalam setiap pembunuhan yang pernah Kevin lakukan, membuat anak itu tidak mampu mengingat dengan baik apa yang pernah ia lakukan, kecuali ketakutan yang tiba-tiba muncul saat tangannya berlumuran dengan darah. Darah binatang, dan darah manusia.
"Apa kau takut aku jadi kehilangan diriku lagi, David?" tanya Kevin memecah keheningan David. Orang tua itu memandang David dengan nanar. Anak ini... Dia belum terlalu banyak tahu apa yang sebenarnya...
"Aku akan berusaha mencarikanmu sekolah yang terbaik," sahut David lembut. Kemudian dia mengelus kepala Kevin, berharap semoga saja ada keajaiban yang terjadi kepada anak ini.
.
.
.
Author Notes
Hello semuanya... Kenalkan aku Ozee (bukan nama sebenarnya). Setelah banyak cerita-cerita yang aku buat satu-part-aja-terus-hapus, kali ini aku ingin serius menuliskan cerita tentang ini.
Seperti yang tertulis di judul, dan keliatan di blurb, cerita ini adalah cerita boys love, tapi maafkan diriku yang belum meletakkan sedikitpun bumbu boys love di chapter pertama ini. Dan juga, maafkan aku kalau cerita ini nantinya terlalu bertele-tele dan membuatmu mengantuk. Oh ya, maafkan juga kalau banyak darah-darah di cerita ini (semoga saja, karena ekspektasi terkadang tidak sesuai realita).
Aku harap kalian semua ngasih vote dan comment yah, biar aku tetap semangat nulis cerita ini. Ini adalah cerita kedua aku tentang boys love. Cerita pertamaku terlalu cupu untuk dipublish, tapi gak tertutup kemungkinan suatu saat nanti aku publish.
Btw, aku ini bi yang lagi berusaha untuk jadi fudanshi saja *gak nanyaaaaa*
Salam ozone dari ozee... ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Sides [BxB]
Mystery / ThrillerSIDES By Ozone Ozee Genre: Psychological, Romance, Thriller Rating: 13++ (Violence and Sexual Content) +++ Kevin dengan gesit dan mudahnya memiting Hayden dari belakang. Tangan kanannya yang memegang pisau Bowie sudah siap di depan leher anak laki-l...