4. Masa Lalu

2.7K 146 8
                                    

"Gak, aku gak ada masalah sama dia" jawab Harist dingin "kalo gak ada masalah terus kenapa kamu mukul dia?" tanya Dea ragu "karna aku iri sama dia"

"Iri?"

"Iya aku iri karna dia bisa bercanda sama kamu sedangkan aku? Untuk mengajakmu saja itu sangat sulit bagiku"

Dea menatap iris bola mata Harist "sangat sulit untuk ngegapai kamu dan aku gak bakal ngelepas kamu semudah itu" Harist tersenyum penuh arti.

Matanya yang tajam mampu membuat Dea terdiam, tajam seperti mata elang.

"Kamu...bohong yah?" Harist tertegun "mata kamu ngebuktiin kalo kamu bohong" lanjut Dea.

"Gak ada yang perlu dijelasin lagi Dea" Harist tersenyum dan mengecup puncak rambut Dea lembut, Dea mengangguk menurut padahal didalam hatinya ia masih penasaran dengan masalah apa yang terjadi diantara Harist dan Farel.

~BELL BERBUNYI~

"Ayo pulang?" ajak Harist dan berdiri menarik lembut tangan Dea, lagi-lagi Dea menurut.

Harist dan Dea berjalan menelusuri koridor menuju kelas Dea terlebih dahulu untuk mengambil tasnya.

"Udah ngambil tasnya?" tanya Harist "udah" jawab Dea, mereka menaiki tangga menuju lantai dua yang rata-rata terdiri dari kelas XI Ipa 1 sampai XI Ipa 5 dan lantai ketiga untuk kelas XII, gedung Ipa.

Harist hanya terfokus kepada handphonenya, ia tak memperdulikan orang yang berada disebelahnya telah hilang saat didepan kelas XI Ipa 2.

*note: Harist kelas XI Ipa 4.

Harist mengambil tasnya sambil terus terfokus pada hadphonenya "aku yang nganter kamu pulang yah, Dey?" tanya Harist kepada... Bayangan Dea, mungkin(?).

"Dea" panggil Harist dan mendongakkan kepalanya "Deyy?!" Harist berlari memeriksa kelas XI.3 tapi nihil Dea tak ada disana.

Harist berlari kekelas XI.2 untuk mencari Dea, kali ini Dea berada disana dengan 3 orang wanita yang menatapnya tajam.

'Masalah apalagi ini?!'

Harist menyipitkan matanya, ia terdiam ditempat, ia mengenal wanita tersebut. Wanita yang berada tepat didepan Dea.

Wanita tersebut mulai melayangkan tangannya ke udara, sebelum wanita tersebut meneruskan aksinya Harist sudah terlebih dulu menahan tangannya.

"Lepasin! Gue mau buat perhitungan sama ini bitch!" ia menoleh terkaget menatap Harist yang telah menahan aksinya "Ha...harist..." ujarnya terbata-bata, Dea hanya menangis disana.

"Jangan ganggu pacar gue!" Harist menekan setiap kata-kata yang ia lontarkan "ta...tapi rist, bukannya kamu masih sayang sama aku" Harist melepaskan tangannya dari tangan wanita tersebut dengan kasar.

"Dan jangan panggil pacar gue bitch! Karna yang bitch sebenernya itu lo!" kali ini Harist menekan kata 'bitch' dan 'lo' wanita itu menangis "dasar air mata buaya"

Harist menarik tangan Dea lembut dan merangkulnya, Dea masih menangis tersedu-sedu.

***

"Maaf karna aku gagal ngelindungin kamu" Harist dan Dea sekarang berada didalam mobil milik Harist, ia mendekap hangat tubuh Dea.

Dea masih menangis dalam dekapan Harist "diem ato gue cium?" Dea langsung terdiam memberhentikan tangisannya dengan tiba-tiba.

Dea melepaskan pelukan tersebut menatap Harist tajam, Harist hanya terkekeh "ancamannya jahat ish"

"Gak jahat amat kok" ujar Harist menggoda "auk ahh!" Harist tersenyum dan menghapus jejak air mata yang sudah lama membanjiri kedua pipi dea dengan menggunakkan kedua ibu jarinya.

"Jangan percaya sama apa yang Fina omongin tadi" ujar Harist tersenyum menatap mata Dea.

'Fina?' batin Dea bertanya, ia mencoba mengingat siapa wanita tersebut dan mengapa Harist mengenalnya.

Deg

Dea mengingat nama gadis tersebut, ia ingat saat Vano menyebut nama tersebut saat memisahkan Harist dan Farel.

Wanita itu... Masa lalu Harist, sekaligus cinta pertama Harist.

"Kak Fina... Cinta pertama kamu?" pertanyaan itu seketika terlontarkan dari mulut Dea, Harist terdiam seribu bahasa.

"Aku cinta kamu selamanya"

"Kamu lucu deh"

"Aku sayang kamu"

"Bonekanya lucu yah, rist"

"Maunya sama kamu"

"Maaf, aku...aku...aku..aku lebih milih Farel daripada kamu"

Kata-kata yang pernah terlontarkan dimulut Fina terus menerus berputar layaknya kaset rusak.

Harist terdiam seribu bahasa dan langsung melajukan mobilnya tanpa ingin menjawab pertanyaan Dea.

"Rumah kamu dimana?" tanya Harist "di Komplek Kenanga blok F nomor 265" jawab Dea, Harist kembali terdiam.

"Komplek Kenanga blok F nomor 256, jangan nyasar lagi yah"

Lagi, lagi, dan lagi kata-kata yang pernah terlontarkan oleh Fina terus terngiang di telinga Harist.

But... Wait... Komplek Kenanga blok F dengan nomor 265? Nomor 256? Dea dan Fina satu komplek?!

Harist menginjak rem dengan cepat "ehh? Kok berhenti sih?" tanya Dea saat Harist tiba-tiba meng-rem secara mendadak.

'Untung aja komplek lagi sepi kalo rame udah kecelakaan kali yah?' batin Dea.

"Gapapa, rumah kamu yang mana?" tanya Harist kembali melajukan mobilnya secara perlahan "itu yang itu" tunjuk Dea.

Sesampainya disana, Dea ingin segera turun "makasih yah kak" ujarnya Dea, baru saja ia ingin membuka pintu mobil Harist telah menariknya kedalam pelukan Harist.

"Jangan tinggalin aku demi orang lain kecuali keluarga kamu sendiri..."

"Aku gak bakal ninggalin kamu kak" Dea membalas pelukan Harist.

'Aku pastiin bakal selalu ngelindungi kamu dan aku pastiin kamu bakal jadi milikku, aku janji Dea aku janji' batin Harist, ia melepaskan pelukannya.

"Pulang sana bocah" kekeh nya "ish apaan sih! Aku bukan bocah!!!" ketus Dea "besok aku jemput yah" Dea mengangguk dan tersenyum lalu ia keluar dari mobil Harist.

Harist melesatkan mobilnya saat Dea telah masuk kedalam rumahnya.

BERSAMBUNG

Gimana eps kali ini? Seru? Keren? Emejing? Gak yah:" hiks, yang penting voment yah guys.

Oh yah, gue belum mau next yang lainnya sebelum 'My Boyfriend' tamat, jadi yang nunggu cerita Pendek sama With You sabar yah hehe.

Sekian dan terimakasih, gue pen ngilang lagi bhay wkwk:v.

Kemarin di eps 2 votenya 10-20, sekarang 20-25 vote. Kalo tembus 20 or 25 gue bakal next nya cepet.

Yodah bhay, jan kangen gue yah wkwk:v

(823 words)

My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang