Chapter 1

4K 333 4
                                    

:::: Aku masih bergelung di bawah selimut tebalku ketika aku merasakan sosok itu, suamiku tercinta, memelukku erat dari belakang. Lalu mencoba membangunkanku dengan sebuah kecupan hangat di pipi, di tulang rahang, di leher. Ia membisikkan kata-kata manis di telingaku, seperti biasanya. "Aku cinta padamu," ucapnya seraya kembali mengecup pipiku dengan lembut. Aku membuka mata dan tersenyum. Perlahan aku beringsut, memutar tubuhku ke arahnya, dan menatapnya. Tapi, seketika aku terlonjak. Itu ... bukan dia! Itu bukan suamiku!::::

Dan aku terbangun. Aku terduduk tiba-tiba dengan nafas terengah-engah dengan peluh membanjiri tubuhku. Josh, suamiku yang tengah tertidur pulas di sampingkupun ikut terbangun karena gerakanku yang tiba-tiba. Lelaki berkulit bersih itu beranjak menyalakan lampu lalu menyentuh pundakku.

"Ada apa?" ia bertanya dengan suara sedikit panik seraya menyeka peluh di keningku.

"Maaf aku membangunkanmu," ucapku dengan nada penuh penyesalan. Tapi, aku menyadari bahwa suaraku bergetar.

"Astaga, ada apa denganmu?" Josh beranjak turun dari tempat tidur, berlari ke ujung kamar lalu beberapa detik kemudian ia kembali dengan membawakanku segelas air minum.

"Minumlah, sayang," ia menyodorkan gelas itu tepat di depan mulutku. Aku meraihnya dengan tanganku yang masih gemetar, lalu meneguknya sampai habis.

Aku merasakan Josh mengelus lengan tanganku dengan lembut. Ada kesan cemas pada sentuhannya.

"It's okay. Aku hanya mimpi buruk, kembalilah tidur," jawabku seraya meletakkan gelas di tanganku ke atas meja rias di dekat tempat tidur. Lelaki itu menatapku dengan tatapan matanya yang lembut. Aku tersenyum. "Hanya mimpi buruk, percayalah, akutak apa-apa," ucapku lagi. Josh mengangguk-angguk. Ia membantuku kembali berbaring lalu mendekapku erat. Dan aku mencoba tidur dalam pelukannya.

Tidak, aku tak bisa tidur, sampai keesokan paginya.

***

"Pagi sayang," aku menyapa dengan renyah ketika lelaki itu melangkah dengan malas-malasan menuju meja makan. Ia masih mengenakan baju tidur.

"Kau bangun jam berapa?" ia bertanya seraya menyisir rambutnya dengan jari. Aku tersenyum.

"Pagi sekali. Lihat, aku sudah membuatkanmu sarapan," aku menunjuk ke arah meja makan yang telah dipenuhi hidangan hasil masakanku. Aku mendekatinya, menggamit lengannya lalu menarik tubuhnya menuju kamar mandi. "Cuci mukalah dulu. Setelah itu kita akan sarapan, oke," ucapku. Josh tersenyum. Ia sempat mendaratkan ciuman ringan di keningku sebelum masuk ke kamar mandi.

***

"Kau ingin kemana hari ini?" Josh bertanya seraya memasukan sepotong roti ke mulutnya. Kami mengobrol di sela-sela sarapan pagi kami. Aku tak segera menjawab.

"Entahlah, tapi sepertinya aku ingin bermalas-malasan saja hari ini," jawabku.

"Kau tak ingin jalan-jalan?"

Aku menggeleng, tanpa sadar.

Josh menatapku lembut. "Kau baik-baik saja 'kan sayang?" ia bertanya.

Aku mengangguk. "Aku baik-baik saja. Kita sudah berkeliling kota ini. Kita sudah ke pantai, ke museum, ke pameran, ke pertunjukkan seni, ke banyak tempat. Jadi, bisakah kita bermalas-malasan saja hari ini?" ucapku lagi.

Tatapan Josh tak beralih dariku.

Aku tertawa kecil. "Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku.

Lelaki bermata indah itu menarik nafas panjang. Ia meletakkan sendok garpunya, dan dengan tangan terlipat di atas meja, ia menatapku, dalam.

"Kau aneh, Hayun," ucapnya.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang