His POV
"... bukan salah lo, bukan salah siapa-siapa. Kalau ini salah seseorang, ya paling si adek-adek kelas itu. Dan gue biasa aja, lo nggak perlu merasa bersalah."
.
.
.
Gue, tanpa gue sadari, masih menghitung hari.
Ini hari kedua.
Hari-hari gue sebenarnya seperti biasa, gue sekolah, pulang, tidur, ganti hari, sekolah, dan sekarang, gue lagi jalan pulang, biasa.
Tapi ada satu hal yang mau nggak mau gue rasa nggak biasa.
Sampai hari ini--dua hari--gue dan Sabrina nggak bertegur-sapa. Entah siapa yang mulai. Mungkin Sabrina? Karena kemarin saat gue melihat dia--saat ada Mile di depan kelas gue--dia langsung mengalihkan mukanya? Atau gue?
Tambahkan juga kita udah nggak biasa pulang bareng. Entah siapa juga yang mulai.
Ini memang baru dua hari. Tapi ya ... rasanya aneh.
Oke, gue yang aneh. Dan bahkan teman sekelas gue bilang gue aneh.
Mungkin, karena gue masih memikirkan keputusan gue dua hari yang lalu itu. Keputusan yang nggak disetujuin secara lisan tapi secara tingkah laku.
Oke, mungkin gue sedikit bodoh--tentunya bukan dalam akademis.
Mungkin gue belum terlalu memanfaatkan otak OSN gue.
Tapi mau gimana? Gue nggak tahu adek kelas yang ngelabrak siapa dan gue nggak mungkin tahan ngelihat pemandangan Sabrina dengan luka baru di pipinya.
Dia terus. Kasihan otak gue.
Oh iya, omong-omong soal Mile, yang dia nembak gue, gue sempet kaget sih. Soalnya ya ... dia gue anggap sekedar adek kelas dan siapa juga yang bakal nyangka cewek kelas dua itu berani nembak gue? Tapi jujur aja, walaupun agak mengagetkan, gue nggak terlalu mikirin, sih.
Karena pikiran gue terkadang jatuh ke pemilik nama Sabrina itu.
Gue membaringkan tubuh gue di kasur setelah melempar tas gue ke pojok kamar. Gue memandang langit-langit sampai sebelumnya sadar ponsel gue bergetar.
From: Ibu Sabrina
Angga, Sabrina udah nyampe ke rumahmu kan?
Gue langsung mengganti posisi gue menjadi posisi duduk.
Hah?
Oh, iya. Jadwalnya dia ke sini hari ini.
Karena rutinitas pulang bareng entah apa kabarnya, Sabrina ke sini juga pastinya nggak bareng gue.
Tapi biasanya ibunya Sabrina SMS-nya pas Sabrina-nya udah sampai ke rumah gue.
Itu anak kemana?
Gawat. Kemungkinan dia kehilangan energi di tengah jalan itu ada.
Gue pun langsung keluar dari rumah dan mencari manusia itu. Gue menelusuri jalan dari rumah gue ke dia.
Nihil.
Dia kemana? Atau mungkin mampir ke minimarket dulu?
Gue pun berjalan menuju minimarket dan melihat ke dalamnya.
Nihil.
Gue pun keluar dari minimarket itu dan terus menelusuri jalan. Entah harus kemana.
Manusia itu kemana, sih? Argh, apa harus otak gue mikirinnya dia mulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Riddle Upon Us
Teen FictionSabrina, cewek cuek yang tiba-tiba sebangku dengan cowok yang gayanya sok. Semua cewek memuja cowok itu sebagai cogan dan anak OSN yang jenius. Dan segala kebetulan membuat mereka sering bertemu. Tapi bagaimana kalau Sabrina melihat sifat asli atau...