Part 1 : Pertemuan Masa Lalu (1)

4K 102 2
                                    

"Kejar aku kalau bisa!" tantang seorang gadis pada gadis lain yang memiliki rupa yang sama dengannya.

"Kembalikan buku jurnalku Lily!" teriak si gadis lain dengan kepayahan. Saudara kembarnya benar-benar keterlaluan. Padahal Lily tahu dengan jelas bahwa Sarah tidak memiliki stamina sebanyak dirinya.

Lily menyeringai pada Sarah, ia mempercepat larinya dan meninggalkan Sarah jauh di belakang. Sarah terus berupaya mengejar kembarannya itu. Sarah berjanji Jika ia menangkap Lily maka ia akan membuat perhitungan.

Sarah berupaya mempercepat larinya agar bisa memperpendek jaraknya dengan Lily, namun ia justru tersandung dan jatuh terjerembab. Sarah mengaduh kesakitan, kemudian menatap Lily dengan jengkel.

Lily tertawa mengejek dan tak lama hilang dari pandangan Sarah.

"Sial!" gerutu Sarah kesal sambil memukul rumput. Beberapa detik kemudian terdengar derap langkah seseorang. Sarah menengok ke belakang.

"Bagaimana? Kau sudah mendapatkan kembali buku jurnalmu?" tanya seorang pemuda dengan napas terengah-engah.

Sarah cemberut, "Tidak. Gara-gara rumput sial ini aku terjatuh dan kehilangan Lily."

Pemuda itu mengulurkan tangannya. "Kau sudah cukup hebat Sarah. Bertahan mengejar Lily keliling sekolah ini dua kali. Aku saja kelelahan."

"Tetap saja aku tidak bisa menangkap dia, Keir. Stamina Lily memang seperti monster," balas Sarah sambil menerima uluran tangan Keir.

"Tapi Lily kan tidak memiliki otak sejenius dirimu," sanggah Keir sambil tersenyum.

Sarah menaikkan sebelah alisnya. "Heh dasar," ia terdiam sejenak. "Oh ya panggil aku Ka Sarah. Bagaimanapun aku lebih tua darimu Keir."

Keir mengecup punggung tangan Sarah sambil tersenyum jahil. "Tidak, Sarah."

Sarah menatap Keir dengan nanar dan mengejar pemuda itu. Keir hanya tertawa-tawa sambil menghindar dari Sarah.

---**---

Lily bersenandung kecil sambil berlari. Ia menatap buku jurnal milik Sarah dengan penuh kemenangan. Siapa suruh mengacuhkan aku saat berbicara dan malah sibuk menghitung tidak jelas di buku ini, batin Lily.

Namun, beberapa menit merasakan kemenangan rasa bersalah malah muncul dan menghinggapi Lily. Seharunya Lily tidak kabur dan meninggalkan Sarah yang terjatuh tadi. Lily harusnya berhenti dan menolong Sarah.

Bagaimanapun hanya Sarahlah yang Lily miliki saat ini. Kali ini Lily sudah bertindak keterlaluan terhadap Sarah. Lily menggertakkan giginya dan memutar balikkan arah langkahnya.

"Aku harus meminta maaf pada Sarah!" tekad Lily.

Lily berlari dengan sangat cepat. Sesekali ia melirik jam tangannya untuk mengetahui waktu. Sebentar lagi kelas selanjutnya akan dimulai. Sarah pasti sudah berada di kelas saat ini.

Lily semakin mempercepat larinya, jika tidak ia akan terlambat ke kelas selanjutnya. Lily memutuskan untuk melompati tembok tinggi yang berada tak jauh dari hadapannya untuk menghemat waktu. Lily mempersiapkan ancang-ancang sebelum melompati tembok tinggi bercat silver itu.

Dalam sekali lompatan Lily berhasil melompati tembok tersebut dengan sempurna. Untuk beberapa detik Lily merasa seolah dirinya sedang terbang.

Satu hal yang luput dari perhitungan Lily yang sempurna. Ia tidak memperhitungkan ada seseorang di balik tembok itu. Seorang pemuda dengan rambut berwarna oranye. Warna yang sangat unik. Saat mata mereka bertemu Lily bisa melihat dengan jelas mata yang menatapnya dengan begitu lekat. Apa warnanya? Biru laut dalam? Hijau? Kuning? Atau cokelat? Lily tidak bisa menyebut dengan pasti apa warna mata pria itu.

Sekarang bukan waktunya melamun! teriak batin Lily. Terlambat. Lily tidak bisa menghentikan dirinya, ia akan jatuh dan menimpa pria itu.

"Awas!" ucap Lily memperingati walaupun ia tahu bahwa sudah terlambat.

Tanpa terduga pria itu justru tersenyum dan merentangkan kedua tangannya.

Apa ia mencoba menangkapku? Bodoh sekali! Tidak ada gunanya, batin Lily.

Brukkk!!!

Sesuai dugaan Lily ia pasti akan terjatuh. Namun ternyata tidak sesakit yang ia duga. Lily mendarat pada sesuatu yang empuk. Tunggu. Empuk?

Lily menengadahkan kepalanya, begitu melihat ke atas ia mendapati mata pria tadi tengah menatapnya. Dan pria itu sedang tersenyum.

Ya Tuhan, aku jatuh menimpa pria itu!

Buru-buru Lily berusaha bangkit dan menjauh dari pria itu secepatnya.

"Maaf," ucap Lily sambil berusaha berdiri.

Pria itu tersenyum nakal, ia mengulurkan kedua tangannya dan melingkari tubuh Lily. Mempererat dekapannya pada Lily dan membuat gadis itu berada dalam pelukannya. Kepala Lily terbenam pada dada bidang pria tersebut. Lily dapat mencium dengan jelas wangi pria itu. Wangi yang begitu menenangkan dan membuat Lily kecanduan.

"Sebentar saja biarkan seperti ini," pinta pria itu sambil tetap memeluk Lily.

Bagaimana bisa Lily membiarkan tetap seperti ini? Ia berada di posisi yang awkward. Tubuh Lily menindih tubuh pria itu. Samar-samar Lily dapat merasakan otot-otot yang ada di balik setelan baju pria itu. Baju yang dikenakan pria itu tidak bisa menutupi tubuh atletis yang ada di dalamnya. Dan lagi jantung Lily berdegup dengan sangat berisik. Namun Lily tidak sanggup untuk menolak dekapan pria itu.

---**---

To be Continued

Vote dan komennya jangan lupa ya 😊😊😊😉😉😉😉😉

Pieces of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang