CH 1

8 0 0
                                    

Banyak orang yang mengatakan jika SMA adalah masa terindah sepanjang hidup mereka. Romansa kehidupan remaja dan pergolakan masa muda. Setelah menyelesaikan masa itu, banyak orang kemudian dihadapkan pada kehidupan nyata, saat tanggung jawab menjadi sebuah kewajiban dan hak menjadi hal yang harus diperjuangkan. Terlebih bagi mereka yang hidup dalam kebutuhan khusus, saat selesai SMA maka berarti mereka diwajibkan untuk menjalani kehidupan nyata sebagai orang dewasa tanpa perlindungan negara.

Jaya adalah salah satu dari mereka yang berkebutuhan khusus, di usianya yang menginjak 18 tahun, tinggi tubuhnya mencapai 2 meter. Saat lulus SMA, Jaya sadar bahwa dia akan dihadapkan pada pilihan berat antara melanjutkan kuliah atau bekerja. Naya memintanya untuk melanjutkan sekolah setinggi mungkin, namun dirinya memiliki pemikiran lain, tubuhnya yang besar dan kuat dapat dia pekerjakan untuk mendapatkan uang tambahan bagi keluarganya.

Jaya sangat memerlukan uang saat ini, hal ini dikarenakan kondisi tubuhnya yang harus menjalani terapi hormon setiap dua bulan sekali. Untuk mencegah dirinya menjadi 'pria tanpa kebanggan', Jaya memerlukan terapi untuk menjaga jumlah hormon testoteronnya stabil. Setiap sesi terapi, Naya memerlukan uang hingga belasan juta rupiah, dan itu sangat berat untuk keluarga mereka. Jaya dapat terus melanjutkan terapi hormon karena Naya menjual aset berharga keluarga mereka sedikit demi sedikit. Kini, aset keluarga mereka hampir habis terjual, bahkan Naya yang dulu hidup kaya raya kini hanya dapat hidup sederhana.

"Jay, lu kenapa bengong doang? Nggak seneng lu udah lulus SMA?", tiba-tiba Raya muncul menganggetkan Jaya. Kembarannya itu muncul dengan baju penuh coret-coretan warna warni.

Jaya termenung melihat Raya, matanya memancarkan kesedihan yang mendalam saat melihat kakak kembarnya. Secara sekilas, Raya terlihat seperti anak super kaya dengan tas seharga belasan juta dan sepatu seharga beberapa juta. Namun Jaya adalah orang yang paling tahu bagaimana Raya mendapatkan itu semua. Demi membantu Jaya dan ibu mereka, Raya bahkan rela menjual dirinya kepada banyak pria hidung belang kalangan elit. Jaya tahu bahwa ibunya menutup mata atas apa yang Raya lakukan, karena untuk mengobati Jaya, Naya juga melakukan hal yang tidak jauh berbeda dengan anaknya.

Setiap Jaya mengingat hal tersebut, dirinya menjadi benci dengan keadaannya sendiri. Jika saja dia tidak mengalami sakit sialan ini, jika saja kedua orang perempuan yang paling dia sayangi membiarkan dirinya menjadi impoten saja! Kemarahan tersebut hampir membuat dirinya memukul-mukul kepalanya sendiri jika tidak segera dicegah oleh Raya. Dalam kesunyian kelas, Jaya mulai menangis tersedu-sedu meratapi nasip keluarganya.

"Maafin gw Ya, maafin gw!" Tangis Jaya tersedu-sedu. Jika saja dia tidak mengalami sakit sialan ini, tentu Raya adalah calon istri impian semua orang. Raya memiliki wajah yang sangat cantik khas perempuan dengan mata berbentuk almond sempura, hidungnya mancung dan kecil, kulitnya putih tanpa cacat. Nilai jual utama miliknya adalah dia perempuan yang sangat tegar dan mandiri, dia juga cerdas walaupun tingkahnya sedikit liar.

Raya tersenyum pahit mendengar permintaan maaf Jaya. Dia mengerti alasan mengapa Jaya meminta maaf padanya, dan ini adalah sekian juta kali Jaya meminta maaf. Semenjak Jaya mengalami sakit, Raya dapat dikatakan kurang mendapatkan perhatian dari Naya. Perhatian yang kurang membuatnya tumbuh menjadi perempuan nakal, dia kerap pulang larut malam dan terjerumus kedalam lembah prostitusi. Namun dibalik itu semua, dia sama sekali tidak pernah menyesali apa yang terjadi dengan dirinya. Setidaknya dia dapat membantuk adik semata wayangnya itu, dan mahkotanya juga telah dia berikan kepada orang yang sangat dia sayang.

"Jay, lo pikir ini semua gw lakuin demi lo? Lo kira ini tas, handphone, sepatu dateng sendiri?" Ucap Raya menyilangkan kedua tangannya dipundak Jaya. Keintiman diantara mereka membuat Raya merasa tegar.

"Ga usah nyalahin diri lo sendiri Jay, gw udah dewasa dan gw tau apa yang gw lakuin. Lo kira gw seneng ngeliat lo tertekan kayak gini? Gw ga mau apa yang udah gw lakuin sia-sia Jay kalo ngeliat lo kayak gini!" Raya berbicara dengan ketus. Sekalipun begitu, dirinya merasa jijik dengan hal yang dia katakan. Munafik lo ya, ucap Raya dalam hati.

"Udah deh, mending turun yok ke bawah! Anak-anak pada nyariin lo tuh" Raya kemudian mencium kepala Jaya dan menarik tangannya untuk bangun. Tubuh raksasa Jaya seperti hilang tenaga saat tangan kecil Raya menariknya.

Jaya dan Raya menuruni tangga dan melangkah cepat agar tidak melewati momen kelulusan mereka, sesekali Jaya harus menunduk menghindari tembok diatas kepalanya. Saat semua orang melihat Jaya dan Raya, mereka langsung mengajak mereka untuk bergabung. Sasaran utama mereka tentu saja Jaya, Murid kelas mereka lalu memaksa Jaya untuk melepas bajunya, baju raksasa milik Jaya segera dijadikan sebagai kain tanda tangan, dan tidak lupa setelah mencoret-coret baju, mereka segera foto bersama.

Saat hari mulai sore, satu persatu murid-murid meninggalkan sekolah. Teman-teman sekelas Jaya sudah mulai pergi satu persatu menyisakan sahabat-sahabatnya saja. Raya sendiri sudah pulang terlebih dulu karena dia akan pergi dengan teman-teman perempuannya. Jaya hanya tersenyum saat melihat teman-teman dekatnya itu menyemprotkan pilok satu sama lain, menyebabkan tubuh mereka beraneka warna.

"Bro lo ga mau dipilok nih?" ucap Satria, dia adalah teman Jaya semenjak SD. Alasan mengapa dia bisa berteman dengan Jaya hingga saat ini adalah dulu waktu SD, dia adalah salah satu orang yang suka pada Raya. Namun saat SMP dia ditolak.

"Ga deh, repot kalo gw harus bersihin badan gw" Kata Jaya memperlihatkan tubuhnya yang besar. Jika dia sampai dipilok, maka dia tidak bisa membayangkan repotnya membersihkan diri.

"Tangan lu kan panjang dan gede banget! Masa bebersih aja repot!" Satria tidak mau kalah. Sekalipun pertumbuhan tubuh Jaya sudah jauh berkurang, tetapi pertumbuhan tangannya tidak normal dibandingkan bagian tubuhnya yang lain. Jaya memiliki panjang tangan hingga mencapai lutut, dengan tubuhnya yang besar dan bongkok, orang mengatakan dirinya mirip gorila.

Fisik Jaya memang memiliki banyak perbedaan dari manusia pada umumnya. Sebagai pengidap acromegaly, dia memiliki wajah dengan tulang yang besar, rahangnya lebar dan jidatnya menonjol. Sekalipun begitu, semenjak selesai operasi dan terapi hormon, Jaya mengalami pertumbuhan otot yang luar biasa, tubuhnya berotot secara alami dan keseimbangannya yang dulu goyah mulai kembali normal.

"Jay, lu abis sekolah mau gimana? Perusahaan bokap gw mau ngerekrut lo. Bokap bilang kalo fisik lo itu cocok banget buat usaha jasa pengamanan. Asal lo setuju besok juga lo udah bisa gawe" Ucap Yahya. Yahya juga teman dekat Jaya, ayahnya adalah pemilik salah satu perusahaan jasa keamanan besar di indonesia. Perusahaan milik ayahnya itu fokus pada bidang penjagaan aset, bisa dikatakan mafia dalam bentuk legal.

Jaya sudah berkali-kali memikirkan hal tersebut. Jika dia bisa bekerja pada ayah Yahya, maka Jaya dapat memastikan jika uang bukan masalah bagi keluarganya. Dia sudah menceritakan tawaran tersebut kepada Naya, namun Naya menolak dengan keras ide Jaya. Jaya adalah anak laki-laki satu-satunya milik Naya, dan dia tidak ingin Jaya bekerja pada perusahaan gelap seperti perusahaan ayah Yahya. Jaya sempat tidak habis pikir dengan ibunya, bagaimana mungkin dia membiarkan Raya keluyuran malam namun tidak membiarkan dirinya bekerja pada bidang keamanan.

"Gw pikir-pikir dulu bro, kayaknya emak gw ga setuju" Terang Jaya. Yahya hanya mengangguk mengerti.

"Gimme' a call bro kalo lo terima tawaran bokap" ucap Yahya seraya mengambil tasnya dan pamit untuk pulang duluan.

Tidak lama, hanya tersisa Jaya sendiri di lapangan. Pikirannya bercabang menuju segala arah, yang pasti dia tidak tahu akan kemana masa depannya. Pikirannya yang kosong dikagetkan pada sebuah bayangan hitam di kejauhan. Rupanya satpam tengah berkeliling mencari sisa-sisa murid yang masih ada di sekolah, Jaya segera mengambil tasnya dan berjalan keluar sekolah.

Adieamus OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang