PART 7

7.2K 185 22
                                    

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik

Lima detik.

Selama itu Nafta menahan nafasnya. Di detik kemudian ia mulai tersadar, dan menghirup oksigen sebanyak mungkin ke dalam dadanya. Ia heran, hanya karena Alvon mengatakan hal seperti itu, Ia hampir lupa bagaimana cara untuk bernafas. Bukan hanya perkataanya, bagaimana cara Alvon menatap dirinya, ia menangkap ada sesuatu yang belum bisa dimengerti oleh hatinya. Ia merasa itu bukanlah tatapan biasa dari seorang Alvon .

Sementara Alvon saat ini sedang menikmati keindahan wajah milik gadis itu. Dari mata beningnya yang bulat, hidungnya yang lancip, serta bibirnya yang mungil. Mata Alvon berhenti tepat di bibir Nafta. Bibir gadis itu menggoda dirinya untuk menyatukan dengan bibir miliknya.

Jantung Nafta mulai berdebar tak karuan saat wajah Alvon mulai mendekat menghilangkan jarak diantara mereka berdua. Sehingga ia dapat melihat semakin jelaswarna biru dari mata laki-laki itu. Sorot warna biru yang menenangkan.

Dengan perlahan wajah Alvonmulai mendekat,kemudian menyapukan bibirnya dengan lembut di atas bibir Nafta. Gadis itu terdiam, tak tahu reaksi apa yang harus dilakukannya. Ia malah merasa nyaman dengan ciuman tersebut, hingga tanpa sadar ia memejamkan kedua matanya, merasakan betapa lembutnya bibir laki-laki itu. Tanpa sadar pula ia mulai membalasnya. Sementara dadanya terus berdegup di luar batas kewajaran. Dengan perlahan ia membuka kedua matanya saat gerakan bibir Alvon tiba-tiba berhenti.  Matanya menatap sebuah seringaian dari wajah Alvon. Ekspresi licik yang paling ia benci darinya.

“Menyebalkan” desis Nafta kesal. Ia mencoba mendorong tubuh Alvon dari atas tubuhnya. Dan itu percuma, tenaganya terlalu kecil untuk merobohkan tubuh besar  milik Alvon.

Sementara Alvon tak bergeming dari posisinya semula. Ia merasa bahagia saat Nafta mau membalas ciuman yang diberikannya. Apakah itu berarti Nafta telah membuka hati untuknya ? senyumnya kembali merekah mengingat akan hal itu.

“Nafta..” panggil Alvon dengan lembut.

Nafta menghentikan gerakan tangannya yang mencoba mendorong tubuh Alvon. Matanya menatap lurus ke dalam manik mata laki-laki itu. “Jangan menemuinya lagi !” Nafta mengerti apa yang dimaksud Alvon, namun ada sesuatu hal yang membuatnya heran. Dan ia mencoba untuk memberanikan menanyakan itu.

“Maksudmu Edward ?” Nafta mengambil jeda, serta melihat ekpresi Alvon yang sulit untuk dibaca. “Kenapa kau melarangku ?” lanjutnya kembali.

Alvon mendesah pelan sebelum menjawabnya. Kemudian ia memejamkan kedua matanya sebentar. Dan kembali menatap Nafta yang masih berada di bawahnya. “Kau ingin tahu kenapa ?”

Nafta hanya mengangguk pelan.

“Karena...aku-” ucapnya terpotong saat dering ponsel milik Alvon mengejutkan mereka berdua. Dengan kesal akhirnya ia berdiri tegak dan tangannya merogoh ke dalam saku celananya, mencari sumber suara yang sangat mengganggu di saat-saat seperti ini. Ia menatap layar ponsel dengan kesal. Kemudian menekan salah satu tombol dan menempelkanya pada telinga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Your ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang