Extra 3 [end]

58.2K 2.9K 278
                                    

Key yakin akan ada banyak hal yang menanti setelah tiga tahun ini melarikan diri dari masalahnya. Mencoba hal-hal baru dan menyenangkan demi menekan kesedihannya jika teringat dua kali kegagalan pernikahan yang dialaminya. Dengan ia pergi pun memang tidak ada yang berubah selama ini. Baginya kebencian tidak bisa diselesaikan dengan kebencian. Ia tetap menjalin komunikasi baik dengan Hana dan keluarganya. Pun juga tahu setiap perkembangan keponakannya, Keiko.

Ia tertawa kecil, memandang foto balita yang tersenyum menggemaskan di layar tablet-nya. Memandang gadis kecil itu seperti melihat kloningan Hana versi kecil. Key langsung menyayanginya. Terlepas anak itu juga menuruni lesung pipit sang ayah yang sampai saat ini pun belum lepas dari ingatannya.

Hana bahkan menyematkan namanya pada si kecil itu. Meskipun sahabatnya itu masih segan sampai sekarang untuk menceritakan Keiko, tapi Key dengan lebih dulu menanyakan perkembangannya. Bagi Key hidup berlanjut ke depan, bukan jalan di tempat atau lari ke belakang.

Seandainya sampai sekarang ia masih belum sanggup menerima fakta Keiko adalah putri Hiro. Maka Key akan menyayangi anak itu sebagai putri Hana, sahabatnya. Sebagai sahabat, Key bersyukur Hana menemukan labuhan hatinya. Ia sudah menduga dari awal kalau Dava memang akan mengimbangi kekeraskepalaan Hana. Dan ia benar saat akhirnya prinsip anti-komitmen sahabatnya akhirnya runtuh. Ia bahkan hadir di pernikahan Hana dan Dava waktu itu.

Ia sudah bertekad akan menjadi Key yang baru, yang lebih tegar dan mandiri dari sebelumnya. Mungkin selamanya ia tidak akan bisa melupakan, tapi mencoba memaafkan dan melanjutkan hidup bersama kenangan lebih baik, bukan? Lagipula, ada lebih banyak kenangan manis yang bisa diingat daripada sepenggal kenangan buruk di sisa hidupnya.

"Balita yang lucu. Jadi, ini alasan kamu pulang ke Indonesia tanpa pemberitahuan begitu saja, Tetangga?"

Key terperanjat. Mendapati pria yang selama tiga tahun ini merecoki hidupnya muncul dari balik selimut. Dikiranya penumpang pesawat di sampingnya tertidur, jadi ia tidak berniat menegurnya.

"Kamu!"

Pria itu menyeringai. Key mendesah, mengurut pelipisnya yang selalu berdenyut dan tekanan darahnya yang naik jika berurusan dengan pria di sampingnya itu.

Pria gila. "Dari mana kamu bisa tahu aku ambil penerbangan ini? Oh, pasti bibi Sandra. Dan... nggak, bukan itu. Kenapa kamu bisa di sini? Kamu nyusul aku?"

Pria itu tidak mengacuhkan pertanyaannya, justru sibuk merapikan rambut panjang setengah ikal yang terjatuh di dahi. Ia terkekeh sambil mengikat rambut hitamnya ke belakang. "Ge-er. Kamu nggak tahu saya suka backpacker-an?"

Key mengernyit. Setahunya pria itu hanya tetangga flat yang berisik dan cerewet. "Kenapa aku harus tahu?" Key bersedekap.

Kekehan keras keluar dari mulut pria bercambang halus itu. Diaturnya pitch kursi sehingga posisinya menjadi setengah berbaring. Ia mengenakan penutup mata hitam dan menyamankan posisi duduknya di kursi pesawat. Mengabaikan Key yang tidak habis pikir dengan keberadaannya.

"Yang penting kamu sudah tahu sekarang. Masih ada banyak selain itu yang kamu nggak tahu, nanti saya kasih tahu satu-satu. Jadi, sekarang tidur dan jangan berisik. Perjalanan masih panjang. Mari kita nikmati saja, Tetangga," gumamnya.

Key kehabisan kata-kata melihat sikap pria itu. Ia akan membalas, tapi memilih diam yang sepertinya cara terbaik. Ia tersenyum samar dan mengalihkan pandangan ke luar jendela pesawat. Langit malam tidak terlalu tampak karena kacanya tertutup embun. Mungkin sama seperti apa yang dirasakannya sekarang. Sekian berjalannya waktu, ia berharap perlahan lukanya akan menutup. 

Kembali diamatinya tablet miliknya. Telunjuk lentiknya menggeser layar foto Keiko ke kanan. Ia tersenyum tipis. Satu-satunya foto Hiro yang masih ia simpan dan dibawanya setelah dulu meninggalkan semua barang-barang yang berhubungan dengan pria itu di rumah. 

'Nggak ada yang berubah, Baby Key. Nggak akan ada yang pergi.'

Apa semuanya masih sama seperti sebelum tiga tahun yang lalu seperti kata Han-Han? Kamu masih nunggu aku? Benarkah? Benarkah nggak ada yang berubah?

Dan bagaimana... kalau aku yang berubah, Hiro?

  ~o0o~  

Ya ampun, kayaknya pada pengen tahu kisah Key, ya? Sebenernya saya jadi kepikiran mau bikin sekuel aja kalo gitu karena di sini Key emang sedikit porsinya(selagi ngerevisi). Mwahaha. Tapi nggak dalam waktu dekat ini. Masih ada banyak (utang) cerita (malah bikin cerita baru) #dihajarsekampung. Kalo Hana : The Pregnant Bridesmaid. Kalo Key kayaknya ini deh.

 Kalo Key kayaknya ini deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Wkwk Tunggu saja yaaa. Tapi abis semuanya kelar. Wakaka 

Soalnya kalo bikin sekuel aftermarried-nya Hana-Dava kayaknya ya gitu-gitu aja. Saya cuma berharap mereka semua (para tokoh) akan membekas dalam imajinasi kalian. Dan yang tahu bagaimana hidup mereka berlanjut ya sesuai versi kalian sendiri. Cerita ini hanya sepenggal konflik dalam hidup mereka. Wkwk Biarlah ena-ena dan tetek bengeknya cuma tersimpan di imajinasi saya. mwahahahahahaha 

Bye-bye! *muaahh*

The Pregnant Bridesmaid [Wedding Tales #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang