Kesepuluh

291 24 108
                                    

Dengan langkah yang tergesa-gesa Wullan keluar dari kamarnya menuju garasi. Sekarang sudah jam 2 subuh. Tadi Wullan mendapat telephon dari seorang temannya yang bernama Chiko untuk segera pergi ke club. Jika kalian berpikir Wullan adalah gadis nakal kalian salah besar. Alasan Wullan sangat terburu-buru untuk pergi ke club hanya satu yaitu karena Andi.

Wullan mengemudikan mobilnya seperti orang kesetanan hanya untuk menyusul Andi. Bahkan Wullan tak peduli lagi dengan keselamatannya yang dia pentingkan saat ini adalah kondisi Andi.

"Ko, di mana Andi sekarang?" Tanya Wullan saat dia telah sampai di club. Perjalanan yang biasa di tempuh selama 50 menit Wullan lewati dengan hanya waktu 20 menit. Sungguh Wullan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi apalagi di tambah jalanan kota Bandung yang tidak macet.

"Dia masih di dalam loe cepetan berentihin dia sebelum buat ulah yang lebih besar lagi!"

Mendengar itu Wullan langsung berlari masuk ke dalam Club. Terlihatlah Andi yang sangat mabuk berat tengah berciuman dengan wanita lain. Pedih, hanya itu yang Wullan rasakan.

"Ndi, pulang yuk udah malam kamu mabuk banget nih," ucap Wullan tulus.

"Loe ngapain sih ke sini ganggu gue aja. Loe bukan siapa-siapa gue lagi mending pergi sana." Wullan memang bukan pacar Andi lagi tapi Wullan masih sangat menyayangi Andi.

"Ndi mending loe pulang deh ntar loe bikin ulah lagi kek tadi. Gak ingat loe tadi hampir di pukulin orang karena ganggu pacar dia," ucap Chiko sedikit berteriak namun Andi tidak peduli. Andi masih terus bermesraan bersama wanita jalang yang ada di sebelahnya.

Wullan yang melihat hal itu tentu saja menangis. Tapi dia tidak menyerah diraih nya tangan Andi untuk mengajak Andi pulang namun di tepis dengan kasar oleh Andi.

"Mending kalian per... hoeeeks." Belum sempat Andi menyelesaikan ucapannya Andi sudah muntah di baju Wullan dan tiba-tiba pingsan.

Wullan yang tidak peduli dengan bajunya yang kotor langsung membopong Andi keluar dari club. Chiko yang melihat Wullan kesulitan lansung saja membantu Wullan.

"Thanks yah Ko," ucap Wullan sambil tersenyum saat Andi sudah masuk ke dalam mobilnya.

"Nope Wul, loe hati-hati yah di jalan." Balas Chiko tidak lupa juga dengan senyuman khasnya yang direspon anggukan oleh Wullan. Kemudian Wullan masuk ke dalam mobilnya dan mulai memecah keramaian jalanan kota Bandung.

***********

Bel istirahat telah berbunyi. Dengan tangan yang memegang kotak makan Wullan berjalan menuju kantin. Sepanjang koridor banyak yang menyapa Wullan. Wullan memang cukup terkenal karena kebaikan hatinya.

Wullan mengedarkan pandangannya saat dia telah memasuki pintu kantin. Wullan sekarang sedang mencari satu orang dan orang itu tepat duduk di salah satu kursi yang berada di pojok kantin bersama teman-temannya.

Dengan senyum yang terpahat indah di bibir mungilnya Wullan melangkah menghampiri Andi.
"Hai Ndi, ini nasi goreng buat kamu." Wullan menyerahkan nasi goreng yang berada di kotak makan yang sedari tadi dia bawa. Melihat itu Andi langsung saja menepis tangan Wullan membuat nasi goreng itu tumpah dan berserakan di mana-mana.

"Loe udah tau kan kita udah putus gak usah sok perhatian lagi." Wullan yang mendengar makian Andi hanya bisa tertunduk. Dia sudah biasa seperti ini dimaki di hadapan orang banyak. Tapi Wullan tidak menyerah. Dia selalu berharap dan menunggu kalau Andi akan berubah menjadi Andinya yang dulu lagi.

"Wul, mending loe pergi dari sini dari pada loe malu banyak yang liatin," ucap Chiko sambil menarik tangan Wullan keluar dari kantin.

Wullan terus saja menunduk sambil menahan tangisnya. Selalu di saat seperti ini Chiko yang selalu membantunya. Chiko adalah teman Wullan sejak kecil.

"Wul, loe gapapa kan?" Tanya Chiko saat mereka telah sampai di taman belakang sekolah. Chiko memang sengaja membawa Wullan ke sini karena dia tau Wullan sedang ingin menangis Chiko tidak akan membiarkan Wullan menangis di depan orang banyak makanya Chiko tidak membawa Wullan ke kelas.

"Ko, kenapa sih Andi berubah jadi kek gitu?" Tanya Wullan miris.

"Dia cuman salah bergaul aja Wul, kalau loe sayang perjuangin kalau udah lelah mundur aja."

Wullan memeluk Chiko dan menangis tersedu-sedu di pelukan Chiko.
"Nangis aja Wul, tumpahin semuanya jangan dipendam."

Wullan melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang membasahi pipinya.
"Thanks yah Ko, gue ke kelas dulu udah mau bel."

"Gue anter loe ke kelas yah."

Wullan menggeleng. "Gapapa kok gue bisa sendiri," ucap Wullan lalu beranjak pergi meninggalkan Chiko.

**********

Hari ini badan Andi terasa sangat lemas. Sebenarnya sudah beberapa hari ini Andi merasa tidak enak badan. Sudah hampir dua minggu dia tidak sekolah setiap hari dia merasa mual dan muntah-muntah. Berat badannya juga menurun drastis.

Setiap hari pula Wullan selalu datang merawat Andi. Wullan juga sering mengajak Andi ke rumah sakit tapi tetap saja Andi menolak.

Andi yang merasa haus berniat pergi ke dapur untuk mengambil air. Namun tiba-tiba

Bruuukkk
Andi jatuh pingsan. Untung saja saat itu Wullan datang di waktu yang tepat. Dengan wajah panik Wullan mencoba menelphon ambulance.

Sekitar lima menit kemudian ambulance telah datang dan membawa Andi pergi ke rumah sakit terdekat. Wullan sekarang sedang menangis tersedu-sedu melihat keadaan Andi.

Wullan mengambil handphone nya di dalam Tas dan mencoba menghubungi seseorang.
"Ko, Andi pingsan dan sekarang gue lagi bawa dia ke rumah sakit. Loe datang yah."

"Oke Wul, gue langsung ke sana sekarang. Loe jangan panik dan jangan lupa hubungi bonyok Andi." Wullan langsung memutus sambungan telephone dengan Chiko dan kembali mengotak-atik handphone nye mencoba menghubungi orang tua Andi yang sudah sebulan ini berada di luar kota.

"Halo Tan, Andi masuk rumah sakit tante bisa pulang gak?" Tanya Wullan ke pada tante Sonia mama Andi.

"Astagfirulah al'azim iya Wul tante akan pulang secepatnya." Ucap tante Sonia yang mulai terisak.

Sekarang Wullan telah sampai di rumah sakit Chiko juga telah sampai dan Andi telah di tangani oleh dokter.
Selang beberapa menit dokter keluar setelah selesai memeriksa Andi.

"Siapa keluarga dari Andika Geonardi?"

"Saya pacarnya Dok," ucap Wullan.

"Ikut saya ke ruangan." Wullan yang mendengar itu langsung mengikuti dokter tersebut.

******

Andi membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk. Hari ini tepat seminggu Andi di rawat dan ini kali pertama Andi sadar setelah dia pingsan.

Andi mengedarkan pandangannya. Semuanya telah berkumpul. Di ruangan itu ada Sonia mama Andi, Aryo papa Andi, dan juga Chiko. Tapi, Andi merasa ada yang kurang. Wullan? Iya Wullan tidak ada di ruangan itu.

"Ma, Wullan ke mana?"

"Ini surat dari Wullan kamu baca yah." Sonia memberikan surat itu kepada Andi lalu keluar bersama Aryo.

"Ndi, Wullan hanya yang yang terbaik buat loe. Gue keluar dulu kalau ada apa-apa panggil gue aja." Ucap Chiko yang di balas anggukan oleh Andi.

Andi mulai membuka surat itu dan membacanya.

Teruntuk Andi

Hai Ndi, apa kabar? Kamu baik kan.
Maaf yah saat kamu sadar bukan aku yang pertama kali kamu liat.
Tapi Ndi aku selalu ada di samping kamu tepatnya di hati kamu.

Maaf Ndi aku pergi, aku pergi buat kamu.
Jangan kangen aku yah Ndi hehehe.

Teruntuk Andi
Aku harap kamu bisa berubah Ndi jadi Andi ku yang dulu.
Dan aku minta maaf sekali lagi karena ninggalin kamu tapi aku lakuin ini buat kamu.

Aku gapapa kok Ndi di sini aku bahagia asal kamu bahagia karena aku mencintai mu dan selamanya akan begitu.

Your heart
Wullan

"CHIKOO," teriak Andi memanggil Chiko.

"Ada apa?" Tanya Chiko saat masuk ke ruangan Andi.

"Di mana Wullan?"

"Wullan di hati loe."

"Gue serius Ko, di mana Wullan?" Tanya Andi lagi.

"Wullan udah tenang Ko dia udah di atas sana bersama tuhan."

Kening Andi berkerut menandakan dia sedang bingung. Melihat ekspresi Andi Chiko mulai bercerita lagi.

"Loe sakit kanker hati dan demi nyelametin loe Wullan rela donorin hatinya buat loe dan Wullan udah meninggal."

"LOE BOHONG KO, GUE TAU LOE BOHONG KAN KO. JAWAB CHIKO KALAU LOE BOHONG WULLAN BELUM MENINGGAL KAN?" Teriak Andi frustasi. Tanpa sadar air mata Andi telah jatuh membasahi pipinya.

"Gue gak bohong Ndi, mulai sekarang loe harus berubah demi Wullan."

"Loe harus nganterin gue ke makam Wullan!". Chiko membantu Andi bangkit dan mengantarkan Andi ke makam Wullan.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di pemakaman dan terlihat sebuah nisan yang bertuliskan 'Wullan Pratiwi'.

"Wul, kok loe ninggalin gue sih Wul. Kalau loe gak ada siapa yang bawain gue makanan, kalau loe gak ada siapa yang rawat dan bantuin gue kerjain PR. Loe kok gitu sih Wul......" Andi mengusap air mata yang terus mengalir membasahi pipinya yang pucat. "Gue janji Wul bakal buat loe bangga di atas sana dan jaga hati ini buat loe. Gue sayang ama loe wullan. I LOVE YOU"

End


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita TeenfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang