Chapter 16

20.2K 1.8K 368
                                    

"Stop! Stop! Capek...."

Semua empat kepala segera menoleh ke belakang. Termasuk Seulgi dan Jimin. Ya, kini posisi mereka terbalik. Justru Seulgi yang berada di barisan kedua. Tepat di belakang Jungkook dan diapit oleh Jimin yang terus menjaganya.

Ah, ternyata Son Seungwan sama saja. Justru rempongnya lebih parah dibandingkan Kang Seulgi. Cewek itu sudah meminta untuk berhenti dan beristirahat entah keberapa puluh kalinya. Padahal mereka baru mendaki selama dua jam. Dihitung-hitung, kemungkinan belum sampai seperempat dari pendakian yang harus mereka tempuh. Harus dimaklumi karena mereka telah membawa dua cewek amatiran yang jarang olahraga. Begitulah akibatnya. Para cowok-cowok bertenaga cadas itu harus bersabar dengan segala sungutan dan keluhan manja dari dua cewek itu. Terutama Son Seungwan, pacarnya Ketua UKM Mapala Universitas HwaYangYeonHwa.

Beruntunglah Seulgi karena ada Son Seungwan. Berkat sahabatnya yang cerewet setengah mampus itu, ia tak perlu banyak mengeluh dan meminta waktu untuk beristirahat. Dia bisa menjaga image di hadapan Jimin dan teman-temannya. Seulgi tidak ingin dianggap sebagai cewek rempong walau pada dasarnya sifat itu tercipta untuk para kaum hawa.

"Istirahat bentar, please. Ini dengkul gue rasanya mau copot... Jantung gue rasanya mau meledak..." keluh Seungwan.

Gadis itu tak sanggup lagi membawa mini carrier berukuran empat puluh liternya. Tanpa pikir pangjang, ia menurunkan tas yang membebani pundaknya itu. Keringat juga membanjiri tubuhnya. Yoongi menatap pacarnya dengan wajah datar. Memperhatikan wajah Seungwan yang kekelahan seraya menyodorkan handuk kecil dan air mineral.

"Minum dulu, Sayang."

Melihat interaksi sepasang kekasih itu membuat Kang Seulgi tersenyum di sela-sela napasnya yang juga memburu. Benar kata Seungwan, jantung rasanya benar-benar hampir meledak, berdegup keras hingga terdengar di telinga dengan tempo yang sangat cepat. Keringat membanjiri tubuh. Dari kulit kepala hingga jempol kaki yang terbungkus sepatu boots pemberian Jimin. Lutut rasanya bergetar, tak mampu lagi menahan berat tubuh dan tas yang membebaninya.

"Seul, tahan ya... Jangan duduk. Kalo kamu duduk nanti makin capek. Berdiri aja. Atur napas..." kata Jimin.

Seperi intruksi yang Jimin berikan, Seulgi terpaksa mengangguk, menahan lelahnya agar tidak menjatuhkan dan mendudukkan diri. Ia hanya dapat mengikuti langkah Seungwan dengan melepas tasnya dan menaruhnya di tanah.

"Capek banget, Jim..." keluh Seulgi seraya menyeka Keringat yang mengalir dari pelipis menuju dagunya.

Jimin tersenyum lembut. Maklum. Dengan perhatian yang agak berlebihan untuk status teman, cowok itu membantu Seulgi menyeka keringat yang membasahi wajah cewek itu. Jimin juga membukakan botol minum untuknya.

"Minum dulu, Seul."

Seulgi menerimanya seraya tersenyum. "Makasih, Jim."

"Ya udah, kita istirahat bentar. Kasian cewek-cewek," putus Yoongi setelah melihat keadaan pacarnya dan Seulgi yang sudah mulai agak pucat.

"Yaelah, Bang. Kita udah keseringan istirahat," keluh Jungkook.

Taehyung mengeluarkan kotak rokok dari saku jaketnya. Mengambil satu batang lintingan tembakau itu dan menyelipkannya ke bibirnya. Menyulut ujung rokok tersebut dengan Zippo-nya.

"Fix, kita kemaleman." Ia melirik jam tangannya. "Udah jam sebelas lewat. Kita belum sampai seperempatnya nih."

Jungkook berdecak. "Anj--" desisnya. Ia juga mengambil sebatang rokok dan berkata pada Taehyung, "Api dong."

Melihat dua temannya yang asyik mengisi paru-parunya dengan nikotin, Jimin mulai tergoda untuk membuka kotak rokoknya yang masih baru dan tersegel. Dalam hatinya ia mengutuk dua sahabat sesama pecinta alam dan pecinta wanita itu. Karena melihat kepulan asap dari hidung dan mulut mereka, Jimin merasa mulutnya mulai terasa asam. Diam-diam ia meneguk air liurnya.

Lost In LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang