"Seul, kita perlu ngomong sama lo."
Suara berat dan agak serak milik Kim Namjoon membuat Seulgi mengalihkan pandangannya dari gelas berisi jus jeruk. Raut wajah dan nada bicaranya terdengar sangat serius. Sepertinya Seulgi sudah mengerti kemana topik pembicaraan yang akan Namjoon arahkan.
Seulgi memutar bola matanya seraya berdecak. "Soal Jimin?" tanyanya dengan malas.
Sungguh, demi apapun Seulgi sudah malas menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi kemarin antara dua temannya ini dan Jimin. Jika saja Namjoon dan Hoseok bukan teman baiknya, mungkin Seulgi sudah memaki mereka habis-habisan. Tadi malam, setelah ia sampai di kost dan men-charger ponselnya, berbagai notifikasi bertaburan memenuhi ponselnya. Dari pesan singkat, chat, hingga dari aplikasi sosial media lainnya. Dan pemberitahuan terbanyak dimenangkan oleh mereka berdua.
Kedua temannya memaksa mengajaknya bertemu di tempat lain. Dan di sinilah Seulgi, Namjoon dan Hoseok. Sebuah restoran yang tak jauh dari tempat kostnya berada. Lumayan... hitung-hitung ia juga mengirit uang transportasi.
"Iya, soal cowok bajingan itu!" sahut Hoseok tak sabaran.
Seulgi menghentikan adukan sedotan pada jus miliknya. "Dia nggak bajingan, Hoseok... Kalian ini salah paham," belanya.
Mendengar pembelaan yang dituturkan oleh Seulgi, Namjoon menghela napas berat. "Seul, kita itu nggak mau lo kenapa-kenapa. Gue tau sendiri lo dilecehin sama dia... dan kemarin dia ngulangin hal yang sama."
"Mon, udah gue bilang ini salah paham. Jimin cuman nolongin gue yang kekuncian di Sekret!" sahutnya.
Nada suaranya sedikit naik dari biasanya. Seulgi memijit keningnya. "Nggak tau deh gimana jadinya kalo Jimin nggak ada waktu itu. Mungkin gue bisa loncat dari jendela."
Hoseok berdeham. "Ehem! Soal pintu Sekret yang dikunci itu.. gue sama Mon sengaja ngunci pintunya, Seul."
Kang Seulgi syok sejenak sebelum ia meledak. "Sialan lo berdua!! Gue hampir gila di dalam Sekret!!"
"Aaaa!!!"
Namjoon dan Hoseok meringis bersamaan setelah menerima serangan tiba-tiba pada rambut mereka. Seulgi dengan gemas menjambak dua temannya.
"Sumpah kalian nyebelin banget!! Bangke!!" maki Seulgi tak henti-hentinya.
Hoseok menyisir rambutnya ke belakang setelah Seulgi melepaskan cengkraman tangannya pada rambutnya. "Habisnya lo ngebo banget. Kita nggak enak bangunin lo, jadi kita kunciin aja Sekretnya daripada khawatir lo kenapa-kenapa pas kita tinggal buat beli makan," jelasnya.
"Lagian lo nggak telpon kita juga sih," timpal Namjoon dan ditambahkan dengan anggukan dari Hoseok sebagai persetujuan.
"Hape gue low-batt. Nggak bawa charger," sahut Seulgi seraya menghela napas.
Mereka diam sejenak. Tak ada yang berbicara. Seulgi kembali meminum jus jeruk yang ia aduk sedari tadi. Namjoon bersandar pada kursinya. Dan Hoseok terlihat sedang memikirkan sesuatu. Keningnya berkerut. Ia membenarkan duduknya lebih tegap.
"Seul," panggilnya.
"Apa?" sahut Seulgi.
Hoseok berhenti mengetukkan jemarinya ke permukaan meja dan berkata, "Mending lo jauhin Park Jimin. Kita nggak mau lo kenapa-kenapa. Kita tau bener gimana anak Mapala, apa lagi si Jimin itu."
Mendengar apa yang dihaturkan oleh Hoseok, Seulgi menghembuskan seluruh udara yang tersimpan dalam dadanya. Pertanda ia sudah lelah. Apakah mereka akan terus membahas tentang Park Jimin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Lust
Fiksi PenggemarBerawal dari ritual terkutuk yang dilakukan oleh Park Jimin bersama teman-teman penyamunnya, Kang Seulgi, cewek biasa bersuara merdu dan bersenyum manis harus tertimpa kesialan di malam itu. Kesialan tersebut terjadi akibat sebuah tantangan tolol ya...