"Oke, sekian deh rapat proker sekaligus briefing kita buat ngisi acara Sastra Cina. Udah hampir jam delapan. Hati-hati di jalan. Buat yang cewek, mending nebeng atau minta bareng sama anak-anak cowok biar aman ya." Namjoon menutup forumnya.
Semua mahasiswa yang tergabung di UKM Seni mulai merenggangkan otot-ototnya. Akhirnya rapat selama empat jam ini selesai juga. Kang Seulgi menyandarkan sebentar punggungnya pada tembok bernuansa kayu yang ada di belakangnya. Di sebelahnya Seokjin tengah menghisap batang rokoknya tanpa beban. Setelah mengeluarkan asap dari paru-parunya, ia menyengir pada cewek manis di sampingnya. Baru tersadar akan keberadaan Seulgi.
"Sorry, Seul." Katanya sambil mengibas-ngibas asap rokok agar tidak melewati wajah cewek manis itu.
"Kebiasaan banget," tanggap Seulgi, wajahnya merengut nampak lucu.
Seokjin tertawa, meminta maaf lagi. "Eh, kamu nggak pulang?"
"Iya, bentar lagi deh. Masih rada capek dikit," cengir Seulgi.
"Pulang sama aku aja, gimana?" tawar Seokjin.
Hanya dengan sebuah tawaran kecil seperti itu saja membuat Kang Seulgi semakin menyukai cowok berbutuh jangkung ini.
"Nggak usah, Kak. Ngerepotin aja. Aku bisa naik taksi," tolak Seulgi halus, tapi dalam hatinya ia berteriak meminta senior tampan itu untuk memaksanya. Sebagai cewek harus jual mahal bukan? Memang harus begitu.
"Nggak kok. Kalo ngerepotin ngapain aku nawarin, Seul."
Seokjin tersenyum. Ikut menyandarkan tubuhnya pada tembok seraya memandangi wajah cewek manis di sebelahnya.
"Abis ini ya," Seokjin mengangkat tangan kanan yang terdapat sebatang rokok diapit oleh jari telunjuk dan jari tengahnya, "tanggung. Dikit lagi abis," lanjut Seokjin.
Seulgi hanya diam saja tidak membalas ucapan Seokjin. Hanya mengangguk kecil. Malu. Iya, benar malu. Ditatap seperti itu oleh cowok yang disukai membuat Seulgi salah tingkah dan memilih mengambil ponselnya dan memainkan game kesukaannya.
"PHP-in Seulgi mulu lo, Bang. Kasian," celetuk salah satu anak Seni berjenis kelamin sama dengan Seulgi sambil cekakan. Menggoda keduanya.
"Sapa yang PHP? Ya elah... belom saatnya aja," sahut Seokjin santai. Sedangkan Seulgi rasanya ingin melemparkan botol minum kosong yang ada di sebelahnya pada cewek itu—Son Seungwan.
"Buru tembak kek, Bang! Cemen," cibir Hoseok menimpali.
Takk!!
Tepat sasaran. Akhirnya Kang Seulgi melempar botol minuman itu tepat mengenai kepala Hoseok. Sebelum Hoseok makin menjahilinya dan juga Seungwan yang ikut-ikutan menggodanya. Lebih baik hentikan saja upaya mereka untuk membuat situasi semakin canggung.
Hoseok mengelus-elus kepalanya yang tidak terlalu sakit, "Pantes... Bang Seokjin nggak nembak-nembak lo, anaknya kasar gini!" cibirnya.
"Mau lagi?" Ancam Seulgi.
"Udah... Yuk, pulang, Seul," ajak Seokjin setelah mematikan rokoknya dengan senyum geli di wajahnya.
"Eh, Kunyuk, pulang duluan, ye... jangan ngerjain yang aneh-aneh kalo Sekret sepi," pamit Seokjin seraya menggoda Hoseok dan Seungwan.
Mengingat keadaan ruang kesekretariatan yang sudah sepi dan yang lain kemungkinan sedang mencari makan atau sudah pulang. Seokjin jadi agak khawatir pada Hoseok dan Seungwan yang hanya berada berdua di ruang Sekretariat Seni. Kemungkinan apapun dapat terjadi.
"Pulang dulu, Nyet!" pamit Seulgi seraya menjulurkan sedikit lidahnya pada dua temannya.
"Iya, cebong!" Sahut Seungwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Lust
FanfictionBerawal dari ritual terkutuk yang dilakukan oleh Park Jimin bersama teman-teman penyamunnya, Kang Seulgi, cewek biasa bersuara merdu dan bersenyum manis harus tertimpa kesialan di malam itu. Kesialan tersebut terjadi akibat sebuah tantangan tolol ya...