Prolog

41 7 0
                                    

Aku tidak pernah mengetahui hal ini akan terjadi. Tak seorang pun akan tahu pula. Lelaki itu masih menatapku tajam tanpa memberi sedikit senyuman. Aku mulai merasa risih terhadapnya.

"Kenapa lu nggak negur dia aja?" senggol Kayla membuyar lamunanku yang dari tadi hanya memikirkan keberadaan lelaki itu saja.

"Apa? buat apaan? gue gamau kenalan sama stranger ya di tempat beginian"

"Ihh Mi.. kebiasaan lu deh nggak pernah pede kenalan sama orang lain" balas temanku itu kemudian pergi meninggalkan toko souvenir.

Aku masih belum selesai memilih souvenir yang imut dan lucu di negara ini sehingga membiarkan Kayla pergi dahulu. Pasti akan cocok sekali jika barang-barang ini dipajang di kamarku nanti.

Ratusan barang tertata rapih, dan cara penyimpanannya cukup unik dengan menyusun tiap barangnya berdasarkan pada warnanya. Aku sedang bersemangat mencari miniatur kayu dan kumpulan bunga pajangan.

Ketika aku sampai di rak bunga, aku bisa melihat berbagai ragam jenis bunga. Ku genggam bunga yang sudah ku pilih dan segera pergi ke kasir.

"11 dollar.." ucap pelayan kasir itu. Ketika ku hendak mengeluarkan dompet, uang merah asal negaraku terjatuh dan seseorang telah menggenggamnya. Dengan cepat ku menatap siapapun itu karena bisa saja uangku dibawa pergi olehnya.

Namun tidak, Orang itu hanya terdiam. Lelaki yang menatapku sejak kemarin menggenggam uangku, dan ia terlihat marah.

Air, Bintang, dan KetenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang