02;; Kenyataan

217 15 7
                                    

How Long Will I Love You - Ellie Goulding


____


Aku tidak tahu sampai kapan aku mengagumimu secara diam-diam seperti ini.

____

"Lo berangkat sendiri dulu ya hari ini. Motor gue lagi dibengkel." Ucap Ariq ditelepon.

"Kan ada mobil gimana sih?" Jawab seorang cewek disebrang sana.

"Males gue bawa mobil." Kata Ariq datar.

"Ya terus aku berangkat naik apa? Kamu juga. Kamu naik apaan ke sekolah?"

"Naik delman."

"Serius!"

"Naik bus bawel! Udah ah lo tinggal naik bus atau angkot kek, taksi kek, ojek kek, atau lo minta anterin aja sama supir lo. Susah amat." Ariq langsung mematikan sambungan.

Ariq mendengus kesal. Kadang pacarnya, Lydia selalu bersikap manja. Ia sangat tidak suka itu.

Bus berhenti menandakan ada yang baru saja naik. Ariq melihat seorang gadis berseragam mirip dengannya tengah mencari tempat duduk kosong.

Mata gadis itu tertuju pada satu tempat duduk kosong. Dan matanya melebar ketika melihat siapa penghuni tempat duduk disebelahnya. Ia menimbang-nimbang untuk duduk apa tidak.

Tidak ada pilihan lain. Ia harus duduk, karena perjalanan masih jauh. Tidak mungkin ia terus-terusan berdiri sampai kesekolah.

Aruna. Gadis itu duduk disamping Ariq. Mimpi apa ia semalam sampai bisa duduk bersebelahan dengan Ariq. Pedahal seingat Aruna mimpinya tadi malam adalah ia dan Zara dikejar-kejar oleh orang gila, lalu apa hubungannya dengan kejadian sekarang?

Hening. Hanya suara jantung Aruna yang berdegup kencang sampai terdengar oleh telinganya sendiri.

Sumpah ini adalah moment yang sangat absurd. Ingin sekali mulut Aruna mengatakan sesuatu, tapi ia urungkan.

Tiba-tiba suara berat terdengar di indra pendengaran Aruna dengan jelas. "Ekhm. Lo anak Sma Nugraha?"

Siapa lagi pemilik suara itu kalau bukan Ariq.

Aruna menoleh lalu mengangguk sebagai jawaban.

Mata coklat itu. Akhirnya Aruna bisa melihatnya lagi. Walaupu hanya sekejap. Ariq langsung mengalihkan pandangannya dari Aruna.

"Oh." Ucap Ariq singkat.

Hanya 'Oh'? Aruna harap Ariq melanjutkan lagi bicaranya. Aruna tidak bisa memulai percakapan. Jadi ia harap Ariq menanyakan sesuatu lagi padanya.

"Kok muka lo serasa familiar ya?" Akhirnya sebuah pertanyaan keluar lagi dari mulut Ariq.

"Masa sih 'kak?"

"Tapi ... entahlah. Muka lo pasaran kali ya." Ceplos Ariq.

Aruna mengerutkan dahi. "Enak aja!" Ingin sekali Aruna memukul tangan Ariq, tapi sekali lagi niatnya terurungkan, memangnya seberapa dekat dia dengan Ariq? Baru kali ini mereka berbicara.

Si PemaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang