Aku Pasti Bisa

61 6 0
                                    

Denting waktu menunjukkan pengujung malam. Maysha sepenuhnya masih terjaga. Hamparan sajadah yang terbentang di hadapannya kini terlihat memburam. Buliran-buliran bening mulai berkumpul di kelopak mata yang tengah menatap kosong ke arah sajadah. Perlahan, buliran itu jatuh bagai terjun bebas. Buliran-buliran air itu semakin deras seiring dengan bahunya yang bergetar hebat. Isakan yang keluar dari mulutnya pun tak dapat ditahannya lagi.

"Apalagi? Aku harus apalagi? Bagaimana lagi? Semua pengorbanan dan juga usaha telah kulakukan!" ucapnya seakan marah terhadap takdir.

Bagai mimpi buruk  atau bisa jadi mimpi terburuk yang pernah ia terima. Tapi, ini nyata. Ia benar-benar mengalaminya. 

"Aku gagal! Sia-sia!" rintihnya sembari mencengkeram erat mukena yang sedang ia kenakan. 

Matanya sembab, ekspresinya kacau. Buku-buku jarinya memutih seiring dengan bertambah eratnya cengkeraman tangan di mukena. Ia terisak lagi. Lebih keras dari isakan sebelumnya.  Bahunya bergetar hebat, hingga ia tersungkur, bersimpuh di hadapan sang Pemilik Skenario Terbaik-nya. 

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah hal'adzim..." ucapnya sembari bangkit mengganti posisi sujudnya menjadi duduk.

Kali ini ia masih terisak. Namun, tak seperti sebelumnya. Ia lebih tenang dan bisa mengendalikan emosinya. Hening. Ia terdiam cukup lama. Masih dengan tatapan kosongnya. Ia masih meratapi kegagalannya. Hingga ia teringat akan satu hal yang pernah diucapkan sahabat karibnya.

"Allahumma laa sahla illa maa ja'altahu sahlan wa anta taj'alul khazna idza syi'ta sahlan. Tiada kemudahan kecuali Allah yang permudahkan. Sedang yang susah bisa dijadikan-Nya mudah bila Dia menghendakinya. Bila hatimu sedih, ingatlah siapa yang memberi kesedihan itu. Allah yang memberi, dan Dia yang hilangkan kesedihan itu. Hanya sementara, jangan risau. Bangkitlah! Lan tarji'al ayyamul lati madhot. Tidak perlu ada yang disesali. Semuanya telah berlalu."  Ucapnya lirih meniru perkataan sahabatnya.

Ia mengangguk. Kemudian, mulai menyeka air mata dan mengusap wajahnya. Tangannya terkepal erat.

"Aku pasti bisa! Aku tak akan gagal lagi! Man jadda, wa jada[1]!" ucapnya pada diri sendiri.

• • • • •

[1] Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan dapat.

X - PeriencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang