Part 3

84.9K 4.1K 49
                                    

Dave berjalan dua langkah lebih cepat ke arah parkiran, sedangkan Eva sendiri berjalan di belakangnya dengan tubuh yang terus bergetar.

"Aw..."

Eva merintih ketika tubuhnya menubruk tubuh Dave. Lelaki itu berhenti tanpa tanda apapun.

Kemudian, Dave berbalik dan wajah mereka bertatapan sekali lagi.

"Untuk sekarang, kau hanya perlu istirahat yang banyak. Untuk Dion, biar aku yang mengurusnya."

Hanya itu, dan Dave langsung berjalan menjauh lagi.

Eva sendiri tengah sibuk dengan pemikirannya mengenai ucapan Dave. Tidak mungkin ia membiarkan Dave menanganinya sendiri, lagi pula Dave tidak bisa mencampuri urusannya. Ia bisa mengurusnya sendiri.

"Jangan lakukan apapun!" pinta Eva.

Dave langsung menghentikan langkahnya, dan sekali lagi, ia berbalik menghadap Eva.

"Ini adalah masalahku. Ini adalah kesalahan ku. Jadi, jangan melakukan apapun atas apa yang ku perbuat." ucap Eva yang berusaha setegar mungkin.

"Tapi..."

"Aku akan mengurusnya! Kau hanya perlu mengurus pernikahanmu dengan Ka Diana."

Eva langsung berjalan dengan cepat, dan sekarang gilirannya untuk meninggalkan Dave.

***

Setibanya di rumah, Eva tidak segera turun, karena ia masih menetralkan napasnya yang tidak teratur. Setelah menetralkannya, ia turun dari mobil dan memasuki perkarangan rumah dengan langkah yang berani. Dave sendiri masih berdiam di dalam mobilnya sambil melihat punggung Eva yang sudah menjauh.

Ia tidak menyangka bahwa gadis itu bisa bersikap tenang dan tegar seperti itu. Ia benar-benar kagum dengan gadis yang dulu pernah tinggal di hatunya.

Dave menghembuskan napasnya, kemudian ia turun dari mobil dan mengikuti Eva dari belakang.

"Selamat siang, semua." sapa Eva ceria. Ia berusaha kuat untuk menutupi kesedihannya.

"Kau darimana saja? Aku menghubungi kalian, tapi telepon kalian tidak ada yang aktif." ujar Diana cemas.

"Jangan cemas, Ka. Eva dan Ka Dave hanya keasyikan belanja." balas Eva tenang.

Akhirnya, kecemasan di wajah Diana mulai hilang karena ucapan Eva. Dan wajahnya menjadi lebih baik lagi ketika Dave mulai menampakan dirinya di hadapan Diana.

"Oiya, Mama dimana?" tanya Eva.

"Mama lagi arisan." jawab Diana sambil berjalan ke arah Dave dan memeluk lelaki itu.

"Baiklah, Eva ke kamar dulu." ucap Eva sambil melangkah menuju kamar atas- dimana kamarnya berada.

Setibanya di kamar, Eva langsung merebahkan tubuhnya di ranjang king size nya dan matanya ia pejamkan dengan kuat.

Lalu, bulir kristal mulai mengalir dari pelupuknya dan sudah membasahi pipi meronanya. Ia menangis, tapi tangisannya tidak mengeluarkan suara.

"Kenapa ini semua harus terjadi?" isaknya.

Ia tidak pernah membayangkan bahwa kejadian seperti ini akan terjadi pada usianya yang masih dini. Ia masih delapan belas tahun, dan ia masih seorang pelajar. Ia tidak bisa menerima ini semua dengan mudah.

Mata Eva terbuka dengan lebar. Ia bangkit dan mulai mencari ponselnya untuk menghubungi Dion.

"Halo."

"Ada apa, sayang?"

"Kau dimana?"

"Aku ada di Bandung, ada apa?"

DAVEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang