Meraga Sukma

27 2 0
                                    

Aku sadar, dalam tidurku. Sensasi yang begitu nyaman, tapi menakutkan. Bayangkan ketika kamu memakai pakaian yang berlapis-lapis dan sangat berat, kemudian kamu melepasnya sekaligus! Seperti kesemutan pada ujung-ujung tubuhku. Dan akhirnya tanpa sadar aku sudah disini. Di tempat yang tidak seharusnya aku berada.

"Jika sudah disini, aku hanya sendiri..." Pikirku. Keadaan gelap ini, begitu dingin. Sangat nyaman. Tapi agak menakutkan, karena kau tidak bisa melihat apa-apa. Biar ku jelaskan sedikit tentang dunia dunia ini. Disini kau bisa melakukan apa saja. Apa itu Iman, singkatnya itu adalah kepercayaan kita. Semakin kuat iman seseorang, maka semakin kuat pula kekuatannya dalam dunia ini. Disini bukan seperti dunia kita yang menggambarkan fisik. Di dunia ini kamu melepas fisikmu seutuhnya. Hanya Astral yang bisa masuk ke dunia ini. Astral Projection, atau biasa kita sebut dengan Meraga Sukma. Istilah untuk pelepasan ruh sadar pada jasadnya. Apakah itu jiwa? Apakah itu rasa? Entahlah. Aku bukan ahli dalam bidang ini. Tetapi yang ku tahu jika aku sudah berada disini aku hanya harus bertarung.

Aku kembali merangkak kepermukaan, gelapnya perut bumi bukanlah sesuatu yang bisa kau nikmati. Dan tibalah aku di permukaan. Kalian pasti berfikir, kenapa aku ada di perut bumi. Jawabannya simple, aku harus kabur dari mereka. Aku berada di suatu tempat lapang, berumput. hanya beberapa pohon yang terlihat. Setelah aku terangkat dan masuk ke perut bumi, kemudian merangkak kembali ke permukaan, kadang cara itu juga tidak berhasil. Mereka masih menemukanku. Terkadang sosok putih yang hanya menabrakku dan tersadar dari ini, atau sebaliknya sosok hitam itu yang mengejarku dan melukaiku. Sialnya malam ini, bukan sosok putih itu yang menemukanku. Walau tanpa wajah dan tubuh yang terlihat, hanya seperti bayanganmu. Tapi aku tahu, dia menatapku. Sosok itu melayang-layang sembari mengeluarkan energi hitam di sekitarnya. "Sialan, aku harus bertarung!" Pikirku. Aku tahu dia tersenyum sembari melihatku, senyuman yang selalu tidak mengenakkan. Dengan gemetar, ku angkat tanganku, sambil menggambar sebuah pedang sepanjang sikuku. "Dengan Iman  kepada kuasa-Mu yang Maha Pengasih, ku pinta dari ketiadaan menjadi nyata!" Teriakku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang