1. Awal Dari Sebuah 'AWAL'

11 4 1
                                    

Disini tepatnya dia berdiri,menghadap sebuah gedung menjulang tinggi. Yang sudah 2 tahun ini ia tempati,tempat yang disukainya,sebelum semuanya.

Di tempat itulah ia menjalani separuh kehidupannya. Berjuang melawan kerasnya hidup dizaman yang serba modern. Tempat dimana ia dapat meraih apa yang ingin dicapainya selama ini.

Didepan gedung itu ia berdiri,menatap kearah depan. Baju yang ia kenakan sama seperti orang yang berlalu lalang. Memasuki dan keluar dari gedung itu.

Yang membedakan hanyalah jumlah bintang yang ada di jas lengan kanan masing-masing siswa. Bintang yang ia punya berjumlah 3,menandakan bahwa di seorang senior disekolah itu.

Kakinya melangkah,matanya menari-nari menatap setiap papan yang ada disetiap atas pintu kelas. Guru-gurunya itu setiap tahun selalu memindah-mindahkan kelasnya. Membuatnya kesal jika pertama masuk sekolah. Ia harus mengelilingi sekolah itu dulu jika ingin menemukan apa yang ia cari. Kelas XII-IPA1.

Disepanjang jalan,setiap orang yang mengenalnya selalu tersenyum padanya. Walau sebenarnya ia tak mengenal mereka semua dengan baik. Membalas mereka dengan senyuman ramah merupakan kebiasaan baginya setiap ia berada disekolah. Ia sangat senang melakukan itu.

Akhrinya setelah mengelilingi sebagian sekolahnya itu. Ia menemukan kelasnya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya sekaligus.

Ia telah menemukan tempat duduk yang menurutnya bagus. Sambil menunggu bel masuk. Ia membaca novelnya.

Semua siswa sudah berkumpul,padahal bel belum berbunyi. Tak seperti biasa. Mereka biasanya malas berada dikelas jika tidak sedang KBM (kegiatan belajar mengajar).

Terlihat seorang guru dengan seorang siswa laki-laki memasuki kelas. Biasanya guru yang pertama masuk akan menjadi wali kelas mereka, dan yang masuk itu Bu Elli. Pantas sudah masuk. Guru IPA terdingin dan tegas,selalu masuk kelas sebelum waktunya.

"Selamat pagi. Kalian kedatangan murid baru. Perkenalkan dirimu"

"Hallo. Selamat pagi. Nama gue Elderan Steven. Senang bertemu kalian." lelaki itu tersenyum tulus.  Semuanya berbicara dalam diam. Mereka hanya takut dengan wajah datar seorang guru perempuan didepan mereka.

"Duduk"

Dikelas ini hanya ada 19 orang siswa. Wajar saja. Ini sekolah elite. Mereka hanya menerima siswa-siswi pintar.

Bu Elli pun memulai pelajaran setelah menata dan memberi pengarahan tentang semester sekarang. Bu Elli tipe orang yang sering bertanya dari pada menjelaskan. Jika siswanya tidak bisa menjawab baru dia akan menjelaskannya secara de-ta-il.

"Alderan kedepan. Jawab pertanyaan ini"

Tidak seperti biasanya. Bu Elli biasanya hanya memanggil Alviran kedepan,selalu Alviran. Tapi tidak untuk sekarang. Mungkin dia hanya mengetes anak baru itu.

Selama KBM berlangsung bersama guru yang menurut Alviran menyenangkan itu. Terjadi keheningan. Membuatnya dapat menangkap semua rumus-rumus fisika dengan benar.

Teet.. Teet.. Teet..

Bel berbunyi menandakan istirahat. Biasanya Alviran akan pergi kekelas temannya. Temannya ada dikelas XII-IPS3. Dan itu jaraknya jauh dari kelasnya.

Jadi setelah ia merapikan buku dan Bu Elli keluar. Ia ikut keluar,tapi ada seseorang yang menahan tangannya.

"Hai. Gue boleh ikut?" tanya laki-laki itu.

"Boleh" tanpa diduga lelaki bernama Elderan itu menarik tangannya keluar kelas. Setelah didepan pintu ia berhenti.

"Kita mau kemana?gue gak tahu tentang sekolah ini. Hehe"dia menunjukan deretan giginya yang rapih.

"Suruh siapa narik-narik tangan?dasar,ayo" Alviran berusaha melepaskan genggaman tangannya. Tapi cowok disebelahnya malah mengeratkan. Padahal mereka baru kenal. Tapi lelaki disebelahnya itu seakan telah mengenal Alviran lama.

"Gue gak mau tersesat". Bisik cowok itu. Ia hanya mencari alasan agar dia bisa berpegangan tangan dengannya.

"Apa?ck" Alviran menghentikan langkahnya. Ia mendecak sebal. Bagaimana mungkin hanya karena ia melepaskan genggamannya dia tersesat.

Saat ini namanya mulai disebut-disebut oleh setiap bibir. Bertemakan 'cewe ramah disekolah yang selalu menghindar cowo-cowo sekarang berpegangan tangan dengan murid baru seorang COWO' Mereka menjadi pusat perhatian.

Itu agak sedikit aneh. Memang Alviran selalu dikenal sebagai cewe ramah,pintar,dan tidak dekat dengan lelaki manapun.

"Aduh udah ya,gak enak diliat orang"gadis itu melepaskan tangannya secara halus. "Ini kantin. Lo makan disini dan dapetin temen baru. Kalo mau ke kelas. Dari sini  belok kanan,lurus diujung belok kiri lurus. Sampai. Gue pergi" jelasnya. Ia hanya ingin terlepas dari murid baru ini. Ia pun melangkah pergi menuju kelas sahabatnya.

"Vir!! Ehh.. Hebat banget lo udah dapet gebetan,baru masuk sekolah juga" Cindy. Perempuan itu melirik kearah belakang yang menampakan seorang pria dengan senyumannya yang manis.

""Gebetan?" Alviran sontak mengikuti arah pandang Cindy–sahabatnya itu.

Ya, Lelaki itu berada dibelakangnya. Ia tidak menuruti Alviran untuk tinggal dikantin. Ia lebih memilih mengikuti kemana gadis itu pergi.

"Hai,gue Elderan,anak baru disekolah ini"

"Kenapa ngikutin?perlu bantuan?" tanya Alviran. Ia sangat kesal dengan cowok SKSD dengannya itu.

"Hm.. Vir gue duluan ya,udah lapar nih perut gue,hehe" kemudian Cindy lari-lari kecil meninggalkan kedua anak adam dan hawa itu.

"Cin,tungguin dong" baru saja Viran ingin menyusul Cindy. Tapi tangannya ditarik oleh.. Oleh siapa lagi kalo bukan Deran.

"Bawa gue keliling sekolah ini dong" ajak lelaki itu. "Ayolah".

"Huft,ayo deh" gadis itu memulainya dari kantor. "Oh ya nama gue.."

"Gue udah tahu nama lo" potong Deran.

"Ini kantor,itu ruang bk,di sebelah kanannya ada ruang osis,uks"remaja perempuan itu melirik setiap ruangan yang ia lewati.

"Jelasin dong,kenapa cuma disebutin nama tempatnya aja"keluh Deran. Ia hanya ingin melihat gadis yang pernah memenuhi masalalunya itu beceloteh panjang.

Viran mendecak sebal. Dia ini pintar atau idiot sih. Mengerjakan soal fisika saja bisa. Mana mungkin,masalah sekecil ini ia tidak tahu.

"Kenapa? Harus gitu?lo bukan anak kecil lagi lo pasti tahu fungsi setiap ruangan. Gue masih baik bawa lo keliling. Masih aja ngeluh" Viran melanjutkan tur kecil-kecilan itu. Ia menyebutkan nama tempat-tempat yang ia lewati.

"Dan ini tempat kesukaan gue,taman belakang" gadis itu melangkah menuju pohon yang berdiri tegak dipinggir danau buatan. Seakan berharap air yang ada didanau itu dapat menyentuh batang pohon agar tidak terlihat kering.

Duduk dibawahnya dengan punggung bersandar pada batang pohon itu,membuat hati Alviran tenang. Perlahan Ia memejamkan matanya merasakan angin yang berhembus.

"Udah lama ya kita gak kaya gini lagi".

Because Of You,BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang