When I was younger I saw
My daddy cry
And curse at the wind
He broke his own heart And I watched
As he tried to reassemble it
And my mama swore
That she would never let herself forget
And that was the day that I promised
I'd never sing of love
If it does not exist
-The Only Exception, Paramore
Duh, kenapa lagu ini sih yang mengalun luas diruangan ini? Kayak ga ada lagu lain aja deh. Lagu ini selalu berhasil bikin aku kembali terdampar ke kenangan terburuk dalam hidupku.
Flashback
"Darl, please don't leave us. Don't leave me. I need you, our girl needs you. She just a babygirl, darl. Why you do this to us? Remember, janji kita saat pernikahan? Kamu akan selalu stay bersamaku, darl. Aku ga bisa hidup tanpamu. I can't. Please don't do this. I love you so much, darl"
"Don't touch me, Erick! I don't need you in my life anymore! Kamu bangkrut! Aku menderita! Kalau kamu memang cinta sama aku, just leave me alone! Jangan pernah hadir lagi di hidupku! Aku ga butuh kamu lagi untuk menopang kehidupanku kedepannya!"
"But, how about our Cia?"
"I don't care with that girl! Dia hanya akan menyusahkanku! Sekarang dia tanggung jawabmu sendiri! Beberapa hari lagi pengacaraku akan datang membawa berkas perceraian kita"
"Please Livia, don't leave us! Don't leave me! I love you so much, Livia"
Tapi perempuan itu tetap melangkahkan kakinya keluar dari rumah, tanpa memperdulikan lelaki yang menangis sesunggukkan di lantai dingin ini, tanpa memperdulikan anak perempuan yang shock melihat semuanya. Perempuan kejam! Dan aku tak menyangka telah lahir dari rahim seorang bitch seperti dia!
Beberapa hari kemudian, aku menemukan badan lelaki itu terbaring kaku di lantai kamarnya. Banyak darah disekitarnya. Aku ketakukan. Aku tak bisa melakukan apa-apa, bahkan berteriak minta tolong pun aku tak mampu. Air mataku perlahan turun, setelah beberapa saat, terdengar sesunggukkan yang semakin lama semakin terdengar pilu. Melihat orang yang paling aku sayangi terbaring kaku adalah hal terburuk dalam hidupku. Umurku bahkan baru 10 tahun saat itu.
"Sorry babe, I'm late" suara Nath membuyarkan potongan kenangan burukku. Akhirnya nih bocah dateng juga. Untung aja lumut belum membungkus penuh tubuhku. Bagaimana tidak, hampir 1 jam aku menunggunya disini. Di sebuah restaurant salah satu hotel berbintang, seorang Felicia Banks duduk sendiri dan hanya memesan segelas minuman? Apa yang akan dikatakan orang nantinya?
"1 jam" balasku dengan nada yang terdengar tidak bersahabat. Tentu saja, aku marah.
"I'm so sorry baby. Ada meeting penting mendadak"
"I'm really sorry, Fel" melihat ketulusan di binar matanya, aku pun tidak tega. Dengan tidak ikhlas, aku menganggukkan kecil kepalaku.
"Thankyou babe" melihatnya begini, mau tak mau senyumku pun bangkit. Dia meraih lembut tanganku dan menatap lekat mataku. Jika aku gadis-gadis di luar sana, aku yakin mukaku akan memerah dan salah tingkah dibuatnya. Pesona seorang Nathan Xanders tentu saja tidak diragukan lagi. Perlahan, dia membawa tanganku menuju mulutnya, dan cup. He kiss my hands.
Seorang pelayan mendatangi meja kami tepat setelah Nath menurunkan tanganku, tapi tetap menggenggamnya. Tanpa menyentuh menu, dia memesan makanan untuk kami berdua. Yah, salah satu sifat seorang Nathan. Kalo udah menggenggam tanganku, pasti enggan melepasnya. Weird but I like when he does it.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feliz Navidad!
RomanceTerkadang apa yang kita pikirkan atau bayangkan tidaklah sesuai dengan apa yang terjadi pada kenyataan. Pilihan demi pilihan datang menghampiri, memberi warna pada hidup yang abu-abu. Tapi melepas apa yang sudah digenggam bukanlah hal mudah. Memperc...