Setelah tama mengantarkan rayhan kesekolahnya, ia segera melajukan mobilnya menuju airport karna ada jadwal dinas mendadak untuk menggantikan temannya yang sedang sakit. Tama adalah seorang captain pesawat terbang yang sering bepergian untuk beberapa hari.
"Maaf aku pergi mendadak. Take care. Okay?" Tama mengecup kening fayna dengan penuh kasih sayang dan perasaan bersalah karna adanya jadwal mendadak ini.
Banyak orang yang berlalu lalang iri melihat mereka. Mereka seperti pasangan yang sempurna dan saling menyayangi. Tetapi bukan begitu kenyataannya. Mereka hanyalah seorang sahabat, dimana sang lelaki amat menyayangi sang perempuan melebihi seorang sahabat.
"I'll fine. Hati hati" Senyum manis fayna melepas keberangkatan tama untuk berdinas.
Tama pergi setelah menarik hidung fayna yang merupakan kebiasaannya sejak dulu.
Setelah lama menatap punggung tama yang semakin menjauh, fayna masuk ke dalam mobil tama yang akan ia kendarai karna jadwal dinas tama yang mendadak. Dan melajukannya ke butiknya untuk segera menyelesaikan tugasnya sebelum jam makan siang dan harus menjemput ray disekolahnya.
***
12.26 PM
Seorang anak lelaki berambut hitam dengan tas ransel biru muda yang berada dipundaknya, duduk termenung sendirian dengan raut wajah masamnya yang telah menunggu terlalu lama.
"Hai jagoan" Anak itu mengangkat kepalanya, melihat siapa yang memanggilnya dan berada di depannya.
"Ayaaaaaahhhh" Senyum di wajah anak itu kembali hadir, karena bertemu dengan orang yang selalu ia rindukan. Anak itu dengan cepat melompat kearah lelaki yang ia sebut sebagai ayahnya.
"Ray rindu ayah?" Lelaki itu mengangkat ray ke gendongannya dengan penuh kasih sayang.
"I miss you so much, ayah. Ray rinduuuu sekali dengan ayah." Lelaki itu mengecup kepala anak lelakinya dengan hangat dan penuh kerinduan. Bagaimana tidak, hari ini genap 10 bulan ia tak berjumpa dengan anak lelakinya itu.
"Mau makan ice cream?" Tanyanya pada anak lelakinya itu yang tak ingin turun dari gendongannya.
"Mau ayah mau. Ray sudah lama tidak makan ice cream dengan ayah"
***
"Tadi rayhan duduk dibangku pos satpam neng. Katanya menunggu jemputan,tapi tidak tau sekarang kemana"
"Terimakasih pak" Fayna dengan wajah khawatirnya tidak dapat menemukan ray disekolahnya yang sudah sepi, beberapa guru dan penjaga sekolah sudah ia tanyai dan jawaban mereka sama.
Fayna memutuskan untuk mencari ray ke taman dekat sekolah ray yang sering ia mereka kunjungi bersama tama.
Nihil.
Bahkan fayna telah mengitari taman itu berkali kali hingga kakinya letih. Dan ray sama sekali tak terlihat di taman itu.
Fayna mulai putus asa dan duduk dibangku kayu yang ada di taman itu ditemani dengan tetesan air matanya yang mulai menetes. Berusaha berfikir jernih, kemana kemungkinan ray pergi.
Handphone fayna berdering menandakan panggilan masuk.
Ray's dad is calling...
Fayna mengeryitkan keningnya bingung. Apa yang akan ia katakan jika niko menanyakan kabar ray. Atau bahkan ingin bicara dengan ray.
Fayna berfikir panjang. Bahkan terlalu panjang hingga panggilan masuk di handphone miliknya berhenti dengan sendirinya.
Fayna menghela nafas beratnya dan melangkah menuju mobilnya untuk kembali ke sekolah ray. Dan akan memutuskan untuk menunggu disana.
Ray's dad is calling...
Setelah memasangkan seat belt untuk dirinya, fayna menerima panggilan tersebut dengan rasa takut yang amat besar.
"Assalamualaikum bunda" Suara lucu yang saat ini sedang fayna cari dan rindukan terdengar dari ujung handphonenya.
"Astaga ray. Kamu dimana sayang? Bunda cari cari ray di sekolah. Kenapa ray meninggalkan sekolah sebelum bunda jemput?"
"Ray sedang makan ice cream dengan ayah, bun. Sebentar lagi ray dengan ayah akan ke butik bunda kok. Bunda di butik saja ya, jangan kemana mana, Ray dan ayah sudah siapkan makan siang kesukaan bunda. Okay bunda?" Celotehan panjang ray menyadarkan fayna bahwa ray tidak dalam keadaan bahaya. Bahkan ia bisa merasakan bahwa ray sedang bahagia.
"Iya sayang. Bunda tunggu di butik ya"
"Okay bunda. See you. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" fayna menutup panggilannya. Ia menghembuskan nafas lega karna ray tidak hilang, bahkan ray bersama ayahnya.
Tunggu. Ayahnya? Ray bersama niko? Ini akan menjadi sulit jika niko meninggalkannya lagi. Ray tidak akan mau berpisah dengan niko lagi. Ray amat sangat merindukan niko dan akan selalu bertanya kemana perginya niko. Bisa bisa ray tidak mau makan dan sekolah dan akan mengurung dirinya dikamar dan terus menanyakan keberadaan ayahnya.
***
Tama pov
"Aku sudah di palembang. Aku akan pulang lusa. Have you had lunch princess?" Meninggalkannya dengan tanpa persiapan seperti ini membuatku amat mengkhawatirkan mereka.
"Aku tidak akan menjawab, jika kau tetap memanggilku seperti itu" Ini yang selalu membuatku merindukannya, membuatku melupakan keletihan yang menimpaku.
"Hahaha baiklah baiklah. Aku tidak bisa lama, kau jangan lupakan makan siangmu. Dan tolong sampaikan pada jagoan kecilku, aku minta maaf tidak bisa menjemputnya hari ini. Aku harus terbang lagi sekarang. See you princess" Aku masih bisa mendengar omelannya sebelum mengakhiri panggilanku setelah aku memanggilnya princess. Memang aneh aku menyebutnya princess. Yang pertama, fayna bukan anak kecil. Dan yang kedua fayna sudah memiliki anak yang mengharuskan fayna disebut sebagai bunda oleh rayhan. Tapi menurutku fayna tetap saja princess, princessku.
Aku tak kan membuatmu bersedih princess. Batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surprise After Wedding
Romance"Aku akan selalu menjagamu, fay" Niko. "Aku bahagia. Asal kau bahagia" Fayna. "Aku mengiklaskannya bukan berati aku melepasnya. Aku mencintainya melebihi kau mencintainya" Tama. ="="="="="="="="="="="="="="="="="="="= Yang italic itu flashback ya, j...