Author pov
Tok tok tok
Ketukan pintu rumah membuat fay harus bangkit dari tempat duduknya dan menggendong ray untuk membukakan pintu untuk tamunya. Dengan tak sedikitpun menghapus senyumnya diwajah mungil miliknya.
"Niko ada?" Perempuan itu yang membuat ray kehilangan kasih sayang ayahnya. Yang membuat fayna terpuruk dan hampir melupakan ray. Perempuan yang sedang berdiri diambang pintu rumah keluarga fernando dengan mengusap usap perutnya yang membuncit, menandakan perempuan itu sedang hamil besar. Ini bukan pertama kalinya perempuan itu memunculkan wajahnya dihadapan fayna, itulah alasan mengapa fayna menanggapinya bagaikan tamu seperti biasanya.
"Ada didalam, ayo masuk. Akan ku panggilkan" Tak sedikitpun fayna melunturkan senyumnya itu. Semua orang yang melihatnya akan menilai bahwa ia adalah wanita paling bahagia. Tetapi tidak, fayna benar benar pandai merapatkan perasaan hatinya.
Setelah mempersilahkan perempuan itu duduk dan menunggu fayna melangkahkan kakinya menuju ruang kerja dimana nik berada.
"Fina mencarimu dear, dia ada didepan sedang menunggu." Fayna benar benar menyampaikan hal ini bagaikan tamu yang menunggu nik adalah teman baiknya. Tidak sama sekali fayna menampakan bahwa ini mengganggunya, walaupun hanya sedikit. Bahkan fayna tampak sangat menyayangi nik, tak.ada kebencian sedikitpun dari tatapan matanya.
***
Fayna pov
"Aku sudah mengatakan berapa kali padamu? Jangan pernah kau muncul dihadapan fayna. Aku mencintainya, aku tidak ingin menyakitinya lebih dalam lagi."
"Tapi kau ayah dari anak yang ku kandung nik. Kau melupakannya? Aku juga istrimu. Bukan hanya perempuan itu. Kau juga mencintaiku nik. Kau selalu mengatakannya." Pertahananku hancur. Bahkan aku tak bisa menahan tetesan air mata yang sedari tadi aku tahan.
"Ya. Aku mencintaimu" Aku mendengarnya dengan jelas. Itu suara nik. Aku tidak salah. Itu suara lelaki yang selama ini aku cintai, yang menjadi ayah dari anak tercintaku.
Aku tak tahan lagi. Aku harus pergi. Aku tak bisa terus berpura pura seperti ini.
"Aku akan tinggal bersamamu. Kau hanya menunggu. Aku juga akan mendampingimu yang sedang hamil tua seperti ini. Aku lelaki yang bertanggung jawab. Tetapi kau jangan lagi muncul dihadapan fayna. Ia bisa mengetahui semuanya" Semuanya? Apa ini belum semuanya? Apa nik masih menyimpan sesuatu lagi di dalam pernikahan ini? Apa ini semua belum cukup? Oh tuhan aku ingin pergi dari rumah ini. Aku tak sanggup jika harus terus bertemu dengannya.
Air mataku menetes deras, membasahi sedikit rambut ray yang sedang tertidur dalam gendonganku. Aku menatap wajahnya, wajah yang tenang. Sama sekali tak mengerti apapun dari wajahnya.
Tidak.
Aku tidak boleh pergi meninggalkan rumah ini. Dirumah ini semuanya dimulai, dan tidak akan pernah ada akhir. Dirumah ini ray pertama kali mendapatkan kasih sayang. Jika memang nik akan meninggalkan kami, aku harus membesarkan ray dirumah ini. Agar ray dapat merasakan kasih sayang nik yang ada dalam setiap sudut rumah ini.
Aku menghapus air mataku yang jatuh diwajah ray, dan menghapus air mata yang mengalir di kedua pipiku. Aku pergi meninggalkan nik dengan kekasihnya itu. Bukan. Fina bahkan bukan hanya kekasih nik. Ia istrinya, aku baru saja mendengarnya.
Lagi lagi nik menyembunyikan sesuatu. Atau jangan jangan memang masih banyak hal yang akan ku ketahui lagi darinya didalam pernikahan ini? Seperti perkataannya tadi. Aku bahkan belum mengetahui semuanya menurut nik. Ini baru awal.
Aku akan tetap mendampingimu nik, demi ray. Batinku
***
Air mataku menetes mengingatnya. Bahkan sampai detik ini nik tidak pernah mengetahui bahwa aku pernah mendengar pembicaraannya kala itu dengan fina.
"Kau banyak melamun sekarang, kau tidak apa?" Dengan cepat aku menghapus air mataku yang sepertinya tidak terlihat oleh nik. Aku menoleh padanya, memberikan senyumanku menandakan aku tidak apa apa.
Nik membalas senyumku dengan senyumnya yang selalu mampu melambungkan hatiku dengan tanganya yang mengacak acak rambutku. Ah aku merindukannya.
"Maafkan aku fay" Lagi lagi hal yang seperti itu yang ia ucapkan. Setahun yang lalu ia menemuiku dibutik dan hanya untuk meminta maaf dengan mengantarkan sebuket lily putih yang aku temukan di sofa kantorku dengannya yang sedang tertidur. Aku menghembuskan nafas beratku. Aku tak menginginkan maafnya, aku hanya ingin ia bisa selalu bersama ray. Kebahagiaan ray bertambah berkali kali lipat jika bersamanya.
"Apa yang harus aku maafkan? Kau selalu mencintaiku nik" Aku bisa melihat wajah nik yang menjadi bingung saat aku mengucapkannya. Apa aku salah? Aku benar. Ia selalu mencintaiku. Nik selalu berkata seperti itu padaku.
Ia menepikan mobilnya dan menggenggam tanganku dengan erat. Nik mengecupnya lama, dan beralih menatapku dengan intens.
"Aku mencintamu dear. Sungguh. Kumohon maafkan aku." Manik matanya itu memang tak pernah mengatakan kebohongan. Selalu ketulusan yang aku dapat setelah melihat manik matanya. Atau aku yang tidak bisa membaca pandangannya. Aku tak mengerti.
"Aku sudah memaafkanmu nik. Jalankan mobilmu. Kau tidak kasihan melihat ray tertidur dengan posisi seperti ini? Tubuhnya akan sakit jika ia sudah bangun nanti" Aku tidak bohong atau mengalihkan pembicaraanya. Karna aku sudah menjawabnya. Lagipula aku benar. Ray tertidur dengan posisi duduk dan menyandar pada tubuhku, ini akan membuatnya pegal pegal nanti. Aku sudah merasakan betapa tidak enaknya tertidur dengan posisi duduk seperti ray saat ini.
Nik mengecup keningku dengan kasih sayangnya. Aku bisa merasakan itu. Aku tidak akan menangis lagi. Aku menyukai ini, karna aku mencintai nik. Dan nik juga mencintaiku, bukankah ia baru saja mengatakannya.
Nik menjalankan mobilnya menuju rumahku. Tidak. Ini juga rumah nik. Jadi ini rumah kami.
Nik keluar membukakan pintu penumpang agar aku dan ray bisa keluar. Aku keluar dari mobilnya dengan menggendong tubuh ray yang akan ku bawa kedalam kamarnya. Tetapi langkahku terhenti saat melihat dua orang yang sedang duduk didepan rumah kami.
Aku sudah lama tak berjumpa dengannya. Saat ini ia duduk di depan rumah kami. Aku sudah yakin, ia pasti akan kembali. Dan saat ini aku sudah menyiapkan hatiku dihadapannya. Bahkan aku sudah lebih dari siap untuk menghadapinya. Dan tentu tidak akan pernah aku tampakan luka luka yang ada didalam hatiku karnanya.
It's will be start. Aku menghembuskan nafasku setelah mengetahui nik menggenggam tanganku menuju pintu yang ada didepan kedua orang tersebut yang sedang menatap kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surprise After Wedding
Romansa"Aku akan selalu menjagamu, fay" Niko. "Aku bahagia. Asal kau bahagia" Fayna. "Aku mengiklaskannya bukan berati aku melepasnya. Aku mencintainya melebihi kau mencintainya" Tama. ="="="="="="="="="="="="="="="="="="="= Yang italic itu flashback ya, j...