mengenal mas Raka

11.4K 305 3
                                    

Hai, aku Inda Rahmadiny, anak bungsu yang terlahir dari keluarga sederhana.

***

Hidup menjadi "seorang aku", tidaklah mudah. Ketika aku berusia 14 tahun, mama mengalami kecelakaan beruntun, mama mengalami cidera berat, terutama dibagian tulang ekor.

" dreeetttt dreetttt dreeettt, handphone bergetar, panggilan tak terjawab "

pesan masuk, "dek, ayah lagi kemana yaa? kamu lagi disekolah yaa, kakak sama mama kecelakaan dek, kakak baik-baik aja cuma luka ringan, mama lagi ditolongin warga setempat.."

dari semenjak kecelakaan itu, hidup aku berubah, kehidupanku tidak seperti anak remaja lainnya.

pagi sampai siang hari adalah waktu aku untuk sekolah, siang sampai malam hari adalah waktu aku untuk keluarga.

"maaa.. mama mau makan apa? inda siapin yaaa, obat mama dimana?"

"iyaa sayang, apa aja boleh, obat mama diatas kulkas nak.." ucap mama

hancur rasanya, melihat mama yang tidak berdaya, hanya bisa bangun dengan bantuan alat penyangga, sejak itu, tidak ada lagi senyum mama setiap pagi, dan aku harus terbiasa apa-apa serba sendiri.

"dek, kakak pamit yaa, jaga mama baik-baik, sekolahnya yang bener!" ucap kakak aku, Rahman.

ka Rahman tidak tinggal bersama aku, mama dan ayah, ka Rahman tinggal di kost, kami berpisah sejak ka Rahman bekerja disalah satu perusahaan jepang yang berdiri dikota tempat kami tinggal.

(di sekolah)
" indaaa, pulang sekolah main yuuuk? ditempat biasa, seblak mama gilang. "

" enggak dulu yaa, lain kali. kayaknya mama aku udah laper deh.."

" yaudah deh, enggak apa-apa nda, kamu yang sabar yaa, yang kuat, pokoknya tetep semangat, kalau butuh apa-apa ngobrol yaa, mudah mudahan kita bisa bantu sedikit... " ucap sahabatku

" ndaa, kok dia ngeliatin kamu melulu sih hahahaha, jangan jangan dia suka sama kamu ndaaa, ciee cieee. " (melihat kearah taman depan kelas)

" ihhh apaansih, perasaan kalian doang kali, enggak ahhh, najis anjirrr. " (ucap bercanda sambil tertawa)

" aihhh, enggak boleh begitu ndaa, awas nanti kalian jodoh! najis najis, lama lama cinta, cieee cieee. "

aku dan mas Raka, kami satu sekolah, hanya berbeda kelas, tetapi kelas kami samping-sampingan. mas Raka selalu duduk dibawah pohon (taman kecil di depan kelas), sambil melihat aku yang sedang asik duduk di dalam kelas, aku berada di barisan tengah paling depan.

pertemuan kami, tidak hanya sekilas saling memandang dari depan kelas saja, tetapi kami juga sering bertemu di tempat les private yang sama.

aku selalu duduk dibarisan tengah paling depan, mas Raka selalu duduk dibagian pojok kanan bagian belakang.

aku berpikir, mas Raka itu laki-laki culun, mas Raka jarang bergaul, mas Raka pendiam.


***

" mama minta maaf yaa belum bisa normal lagi, kamu kalau mau main, main ajaa yaa, mama bisa kok sendirian juga.." ucap mama sambil mengelus kepala aku

" enggak apa-apa maaa, indaa seneng dirumah kok, mama jangan kepikiran nda yaa, mama harus sehat lagi.."

ayah hampir frustasi, mama tidak lekas membaik, mama harus selalu dalam penanganan dokter dan mama wajib minum obat atas resep dokter, terapi penyembuhan mama perlu biaya yang sangat besar, ayah kehabisan biaya. dokter bilang, mama harus operasi.

" kamu sekolah yang bener ya, biar jadi orang sukses, biar hidup enak.. " ucap ayah sambil memberikan resep obat

***

kirim pesan " kakak, indaa 2 bulan lagi Ujian Nasional, ndaa enggak berani bilang ayah kalau ndaa ditagih biaya les harus lunas sampai 2 bulan kedepan.."

"iyaa dek, kakak usahain yaa, kamu enggak usah kepikiran, belajar aja yang bener yaa.." balas kakak Rahman

semenjak mama kecelakaan, kami sekeluarga mengalami penurunan financial, hubungan ayah dengan mama tidak seharmonis dulu, ayah frustasi dan lebih sering emosional, apapun yang aku kerjakan selalu salah dimata ayah, hari-hari terasa berat untuk dilalui anak gadis berusia 15 tahun.

" kamu harus pinter, harus lulus dengan nilai yang baik, ayah mau masukin kamu ke sekolah kesehatan. " ucap ayah

" jangan yah, mama takut indaa berhenti ditengah tengah pendidikannya, sekolah kesehatan kan perlu biaya yang besar, indaa masuk sekolah biasa aja ambil manajemen perkantoran, biar indaa bisa kerja dikantor..." saut mama

hal-hal kecil menjadi besar, ayah dan mama selalu meributkan tentang masa depan aku, ayah selalu menginginkan yang terbaik untuk aku, tetapi mama selalu memikirkan resiko terburuknya jika ayah tidak mampu membiayai sampai akhir pendidikan.

pada akhirnya, aku lulus dengan nilai yang sangat kecil, setelah melewati masa-masa berat..

***

sekolah baru dan teman-teman baru, tidak ada lagi mas Raka yang selalu memperhatikan aku.

motivasi saat ini, semoga inda bisa jadi anak yang sukses untuk mama dan ayah, lulus 12 tahun pendidikan dan bisa lanjut kuliah beasiswa gratis 4 tahun, punya pekerjaan yang bagus, bisa ngerawat mama sampai sembuh total.

***


HELLO SEPTEMBER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang