Criss libur. Rechine baru selesai memanggang roti untuk sarapan. Lesy duduk sambil membuka buku tebal berisi kalkulus, fokusnya tidak terpecah walau Felyn berulang kali lewat di depannya. Hari ini sangat tepat untuk kumpul keluarga, dan tentunya sangat tepat juga untuk membahas masa depan.
"Minggu depan seharusnya pendaftaran Silian sudah dibuka, bukankah begitu Lesy?"
Lesy tidak bergeming. Ia masih tenggelam dalam bacaannya.
"Lesy?" Criss mengulang panggilannya.
"A-ah ya? Pendaftarannya seharusnya sudah dibuka." Lesy tidak sadar jika pembicaraan telah dimulai. Ia menutup bukunya. "Jika Felyn cepat mendaftar aku rasa ia akan mendapatkan kelas bagus."
"Silian sudah terkenal, bahkan orang dari luar kota sering mendaftar di sekolah itu. Prestasi akademik dan non akademiknya juga unggul. Lulusan Silian sudah pasti diterima di universitas manapun yang ternama sehingga pasti lulusannya memiliki karir yang baik."
Felyn hanya termenung mendengar ayahnya begitu membanggakan Silian. Tentu saja karena kakaknya diterima disekolah itu dan menjadi siswi berprestasi. Tetapi pikirannya dipenuhi hal lain.
"Hmm, ayah. Jika boleh aku ingin memilih sekolahku sendiri."
Criss menatap Felyn. Felyn agak ragu, tetapi ia harus mengungkapkan pendapatnya.
"Kau mau sekolah di mana? Metrita? Kau ingin tetap bersama Sera?"
"Bukan ayah." Felyn buru-buru menyela. "Aku ingin ke Glowingdors."
Mendadak mata Criss terbalak. Rechine yang mendengar itu buru-buru meletakan nampan teh seduh di meja dengan kasar. Lesy memandang kedua orang tuanya dengan aneh. Seketika suasana canggung menggantikan keakraban.
"Haha, kau bercanda Felyn?" Criss tiba-tiba tertawa. "Kau ingin bersekolah di tempat yang terdengar hanya mitos?"
"Beberapa hari yang lalu ada kelompok yang menawariku kesana. Salah satunya bahkan memberiku kartu perak. Malam itu aku mengalami kejadian yang sangat tidak biasa. Sampai sekarang aku bahkan ingat setiap detailnya. Bagaimana seekor kucing tiba-tiba berubah menjadi monster dan nyaris membunuhku."
"Felyn, kau berkhayal lagi? Aku pikir penyakit halusinasimu telah sembuh, ternyata tambah parah." Lesy meletakan bukunya di meja kasar. "Ini pasti efek dari ketakutanmu pada pembunuh berantai itu."
Criss tiba-tiba gemetar. Ia meremas ujung sofa. Jelas sekali ayah dari dua orang puteri ini sedang gelisah. Felyn dan Lesy tidak pernah melihatnya seperti itu karena ayahnya selama ini tampak tenang dan humoris.
"Apa ingatanmu tidak dihapus?" tanya Criss pelan.
Felyn mengangguk. "Aku yang memintanya. Aku tidak ingin ketidaktahuanku membuatku dalam situasi yang sama. Jadi aku melarang mereka menghapusnya. Walaupun aku tidak tahu apa cara seperti itu dapat berhasil dilakukan."
Lesy menatap ayahnya. Ia sama sekali tidak mengerti. Mengapa pikiran tidak logis Felyn tiba-tiba diterima oleh ayahnya? Kemudian ia menatap ibunya. Rechine juga tampak cemas. Hanya dia satu-satunya yang tidak mengerti situasi ini.
Criss memegang bahu Felyn dengan kedua tangannya. "Apapun yang terjadi kau harus melupakan semua yang kau lihat malam itu. Jangan terlibat apapun. Ayah akan mencari cara untuk menghilangkan ingatanmu secara alami."
"Tidak ayah, ini kemauanku! Kenapa aku harus melupakan kejadian itu? Selama ini apa yang ayah sembunyikan padaku dan Lesy?" Felyn tanpa sadar meninggikan suaranya.
"Kau tidak mengerti. Keingintahuanmu hanya akan membuatmu semakin terjebak. Semakin kau tahu semakin jauh kehidupan normalmu." Criss terpancing amarah. Tidak pernah sebelumnya Criss berbicara dengan nada setinggi itu.
"Lalu bagaimana dengan ayah? Ayah diam-diam melakukan penelitian dimensi ruang bukan? Jika itu berbahaya mengapa ayah melakukannya? Apa ini suruhan pemerintah kota? Jika benar artinya pemerintah kota terlibat langsung." Felyn tidak mau kalah. Ia merasa harus tahu kebenaran itu dari mulut ayahnya sendiri.
"Apa untungnya bagimu jika kau tahu?"
Felyn mengepalkan tangannya. Ia hampir lepas kendali. Ia mengela napas lalu menurunkan ritme suaranya. "Belakangan ini aku sering bermimpi aneh, bahkan sebelum kejadian buruk itu menimpaku. Hanya saja tadi pagi aku merasa sangat tenang setelah makhluk kecil memberitahuku tentang pemanggilan jiwa pemilik kemampuan."
"Jangan-jangan jiwamu terpanggil?" Rechine mengucap tiba-tiba mendengar pengalaman puterinya itu. Lalu seketika mata Criss menatap Rechine dengan tajam.
"Ibu tahu tentang pemanggilan jiwa?" Felyn langsung memandang ibunya dengan mata sangat ingin tahu. Rechine kebingungan dengan tatapan keduanya. Criss ingin dia tutup mulut, sedangkan Felyn ingin dia mengutarakan apa yang dia ketahui.
Rechine lalu menghela napas berat. "Criss, seperti yang kau bilang. Dia tidak bisa menghindari takdirnya. Jiwa yang terpanggil itu adalah bukti dia terpilih. Jika kau terus menekannya, ia akan semakin menderita. Sudah cukup kau tekan ingatan masa kecilnya. Terlebih jika bakat yang dimilikinya adalah sesuatu yang besar. Maka jika ia tidak bisa mengendalikannya, psikologisnya akan terganggu. Kau tahu ini bukan? Kau ingin itu terjadi pada puteri kita?"
Criss langsung diam. Ia menatap lantai dengan tubuh bergetar. Ini tidak semudah menghindarkan Lesy dalam bahaya. Lesy bukan hanya cerdas, tapi juga penurut. Sedangkan Felyn sejak dulu sudah memiliki kemampuan yang tinggi. Enam tahun yang lalu Criss menghilangkan ingatannya sekaligus menyegel kemampuannya karena sebuah peristiwa yang hampir merenggut nyawa puteri bungsunya. Tetapi tampaknya kemampuan itu mulai muncul kembali.
"Aku terlambat! Seharusnya aku segera mencari cara untuk menghilangkan sama sekali kemampuannya." sesal Criss amat dalam.
"Tidak. Setiap orang memiliki jalan hidup sendiri. Dia sudah punya takdir sendiri. Kau tidak bisa menghilangkan apa yang sudah ditakdirkan." Rechine mendekati Criss yang masih terpukul. Ia menatapnya dengan nanar seperti ingin mengungkapkan hal-hal yang berat.
Sementara itu Felyn hanya bisa diam. Dari situasinya saat ini ada banyak hal yang tidak ia ketahui dan sepertinya orang tuanya sengaja menyimpannya sejak mereka menikah. Ia sangat ingin tahu, tetapi ia tidak bisa buru-buru. Melihat reaksi ayah dan ibunya rahasia yang mereka simpan pasti memiliki cerita yang menyakitkan.
Lesy sungguh tidak bisa berkata apa-apa. Ia benar-benar tidak mengerti apapun yang dibicarakan pada perkumpulan keluarga hari ini. Ia sengaja pulang dan ikut diskusi keluarga seperti ini bukan untuk mengedengarkan omong kosong yang tidak bisa ia pahami.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Glowingdors - Book 1 [REVISI]
FantasyFelyn Zellen, seorang gadis dengan kehidupan normal, harus terjebak oleh kejadian-kejadian tidak wajar yang membuat hidupnya berubah drastis. Namun, ia sama sekali tidak menyesal mengenal Glowingdors, sekolah yang terdengar hanya mitos benar-benar...