:: Mati untuk Hidup ::
"Sebenarnya ada apa denganmu?" Yein melipat tangannya di dada menatap Jungkook yang sedang menyandarkan dirinya pada tembok pinggiran atap, "Apa kau sedang mencurigai Kim Jiyeon?"Jungkook nampak berpikir sejenak lalu menatap Yein, "Kau benar-benar tak dekat dengannya kan?"
Yein mengangguk pelan, "Bukankah dia selalu bersama dengan pacarnya itu?"
"Tapi sekarang, dia sudah putus dengan pacarnya. Dia mengunjungimu dan putus dengan Jimin, aku rasa itu bukan suatu kebetulan semata. Dia pasti tahu sesuatu."
Yein tampak menaikkan alisnya menatap Jungkook, "Tidakkah kau terlalu berlebihan mencurigainya?"
Jungkook menghela napasnya menatap Yein, "Bukankah kau meminta aku mencari tahunya? Siapa yang benar-benar tahu apa yang terjadi jika kita tidak mencurigai seorang pun? Satu-satunya tersangka di otakku untuk saat ini adalah Kim Jiyeon."
Yein tersenyum kecil menatap Jungkook, "Baiklah, aku percayakan padamu. Bagaimana pun, terima kasih."
"Bukankah sudah ku bilang katakan terima kasih itu dengan mulutmu sendiri? Sekarang, belum saatnya kau mengucapkannya, lagipula..." Jungkook menghentikan ucapannya sembari menatap manik mata gadis di hadapannya.
"Lagipula?" tanya Yein.
"Aku-"
"Kenapa?" tanya Yein sekali lagi.
"Ah... molla!" ujar Jungkook lalu dengan segera pergi meninggalkan Yein.
Yein memasang wajah bingungnya lalu beranjak mengikuti Jungkook, "Yak, Tunggu aku!"
.
.
.
Jungkook tampak menguap lebar, menatap buku matematika di depannya tanpa minat. Yein yang terduduk di samping lelaki itu hanya bisa menghela napas pelan, tangannya bergerak ke atas lalu dengan cepat menyentil dahi lelaki itu.
"Akh... Yak, Jung Yein. Sakit!"
Yein melipat dadanya kesal, "Bagaimana caranya kau menghadapi ujian tengah semester kalau terus malas-malasan?"
Jungkook kembali menguap, "Rumus-rumus ini membuatku benar-benar mengantuk!"
Yein berdecak pelan, "Nilai matematika dan fisikamu benar-benar anjlok semester lalu, walaupun yang lainnya baik tapi kau akan kesulitan masuk universitas dengan nilai seperti itu."
Jungkook memutar bola matanya malas mendengar penuturan gadis di hadapannya, "Lagipula aku akan masuk jurusan seni. Untuk apa mempelajari rumus-rumus menyebalkan ini? Bukankah di ujian tengah semester nanti, kau bisa memberitahuku jawabannya?"
Yein menjitak kepala Jungkook pelan membuat lelaki itu meringis, "Bagaimana caranya kau bisa berkembang, kalau harus aku terus yang memberimu jawaban? Bagaimana nasibmu kalau aku nanti mati?"
Jungkook sontak berbalik menatap Yein tajam, ia menegakkan tubuhnya membuat Yein menatapnya aneh, "Kenapa?"
"Kau masih bertanya kenapa? Sekali lagi kau mengatakan kata 'mati' di hadapanku, aku akan-"
"Kenapa kau malah marah? Aku hanya mengatakan kemungkinan yang akan terjadi nantinya"
Jungkook menghela napas, ia beranjak berdiri dari kursi meja belajarnya lalu berjalan menuju tempat tidurnya. Ia langsung saja menelungkupkan diri di salah satu sisi ranjang.
"Jangan pernah mengatakan hal itu lagi. Selama ini, aku mencari tahu siapa yang mendorongmu bukan untuk mengantarkan kematianmu. Tapi... aku ingin kau kembali sadar dari komamu," ujarnya pelan.
"Jeon Jungkook?"
Yein beranjak mendekati sisi ranjang satunya menatap Jungkook yang tengah memunggunginya, setelahnya ia menunduk pelan sembari memainkan jemarinya, "Seharusnya dari awal aku tidak membebanimu, maafkan aku!"
Jungkook terdiam tak mengatakan apapun.
"Aku tidak mengharapkan banyak hal... aku hanya ingin nama keluargaku tak tercemar karena kelakuanku. Saat aku menyadari bahwa kau bisa melihatku, aku benar-benar sangat senang dan berharap kau bisa melakukannya untukku. Tapi, sepertinya aku salah melangkah... tidak seharusnya aku meminta bantuanmu dan membuatmu terbebani. Aku tidak mengharapkan sadar dari koma dan seharusnya kau juga berpikir seperti itu. Aku memang terlihat menyedihkan, kau pasti kasihan padaku."
Jungkook bergerak dari posisinya, terduduk menatap Yein, "Aku tidak pernah kasihan padamu!"
Yein mendongak pelan sesaat setelah Jungkook melontarkan kalimat itu.
"Aku melakukan ini karena... aku ingin melihatmu!" gumamnya pelan diakhir kalimat.
"Aku bukan siapa-siapa. Sebelumnya, kita juga tidak pernah saling berbicara, tidak ada artinya jika kau ingin melihatku sadar."
Kedua tangan Jungkook bergerak menarik kedua bahu Yein mendekat padanya, "Bukan siapa-siapa? Setelah apa yang terjadi hampir dua minggu ini, kau mengatakan kau bukan siapa-siapa di mataku?"
Kedua mata itu saling menatap mengantarkan gelenyar-gelenyar aneh pada mereka, "Lalu... apa artinya diriku di matamu?"
Jungkook terdiam sejenak, ia menarik napas pelan, "Kau benar-benar ingin tahu?" Yein mengangguk tegas, "Kau adalah... gadis yang membuatku gila. Kau adalah gadis yang selalu membuatku kesal. Kau adalah gadis yang membuatku khawatir tanpa sebab. Kau adalah gadis yang membuatku bisa tersenyum. Kau adalah gadis yang sangat ingin ku lindungi. Kau adalah...kau adalah... gadis yang mampu jantungku berdetak dengan sangat keras."
"Jeon Jungkook?"
"Karena itu... aku ingin melihatmu sadar. Aku... aku benar-benar sudah gila karena mencintaimu."
Airmata gadis itu menetes dan setelahnya ia tersenyum senang, tubuhnya beringsut memeluk Jungkook erat menenggelamkan wajahnya di sana dengan kehangatan yang tercipta oleh rasa.
To Be Continue
Regard
veraciouSri98
KAMU SEDANG MEMBACA
Morts a La Vie ✅
Fanfiction[COMPLETE] Jeon Jungkook - Jung Yein Kehidupan Jeon Jungkook awalnya biasa saja, ia seorang siswa yang tak begitu cerdas namun tak bisa juga dikatakan bodoh. Walaupun ia cukup tampan, tapi ia tak begitu populer. Tapi siapa sangka ia akan mengalami k...