Paris, Desember 1997...
Tidak ada alasan untuk meninggalkan kota Paris di hari natal. Inilah tempat terbaik untuk menghabiskan akhir tahun, berkumpul bersama anggota-anggota keluarga, menikmati keindahan kota di akhir tahun bukanlah hal yang diharapkan oleh Arnold dan Jeny, beserta anak mereka Niki untuk ditinggalkan. Mereka harus meninggalkan Paris karena sang ayah, Arnold, yang seorang pianis, pindah bersama keluarga mereka kembali ke tempat kediaman orangtuanya di Afrika.
Pesawat mereka berangkat keesokan paginya tepat di tanggal 24 Desember. Mereka banyak menghabiskan waktu dengan bersenda-gurau satu sama lain. Akhirnya, mereka tiba di tempat tujuan mereka.
Jeny, bertanya kepada ayahnya,"Ayah, mengapa kita harus pindah kemari. Bukankah lebih mengasyikkan tinggal di Paris?"
Arnold tersenyum mendengar pertanyaan anaknya tersebut, lalu denan senang hati menjawabnya,"Penghasilan ayah sebagai pianis di gereja tidak dapat memenuhi kebutuhan kita bila terus tinggal disana, apalagi ditambah biaya hidup yang amat sangat tinggi bila kita tinggal di Paris."
Memang, Pertama kali menginjakkan di tempat yang sama sekali belum pernah dikunjungi adalah hal yang sangat sulit dilalui, sama seperti apa yang dirasakan oleh Jeny.
Karena kebiasaannya tinggal di kota besar, layaknya Paris, ia menjadi seperti buta akan Afrika.
Mereka pun berangkat ke rumah baru mereka di Afrika menggunakan taksi. Sesampainya di rumah baru mereka, disambut dengan raut wajah gembira orangtua Arnold.
"Selamat datang di Afrika!" sambut ibunya, Rose, sembari memeluk Arnold yang berlari ke arahnya.
Di rumah baru mereka, pemandangan yang jauh berbeda dari rumah lama mereka di Paris. Hal sama yang masih ada dan sangat terlihat adalah piano masa lalu sang ayah.
Arnold mendatangi piano itu, memainkan piano itu sebentar, melihat berbagai trofi yang pernah diraihnya dari berbagai ajang yang berhubungan dengan piano.
Keahlian sang ayah pun menular kepada Jeny. Jeny dapat memainkan lagu-lagu yang bisa dibilang sulit dengan lancar. Itu karena ayahnya rajin mengajarkannya, dan bahkan terjadwal. Setiap ayahnya pulang latihan untuk mengiringi gereja, ia selalu menyempatkan siri untuk melatih Jeny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pianist
Non-FictionHidup adalah sebuah perjuangan. Ini merupakan salah satu kisah dari perjuangan itu.