Part 5

3.5K 186 2
                                    

Aye guys! It's part 5. Hope you enjoy it and happy reading.😀

Maybe you wanna give me some voment or something?

**********************************

Ellen Point Of View

Aku duduk di tepi ranjang, memandangi sebuah kotak sedang yang terdapat sebuah jam tangan keluaran terbaru. Tidak, aku sedang tidak memperhatikannya saat ini. Bukannya tidak suka atau semacamnya, hanya saja pikiranku memikirkan yang lain. Menoleh ke arah jendela, bermaksud agar air mataku tidak tumpah tetapi mungkin karena tidak mampu lagi menampungnya, mereka terjun begitu saja membasahi pipiku. Aku mencoba untuk mengusapnya dengan jari-jariku, namun tetap saja mereka kembali terjun. Aku enggan keluar dari kamar ini setelah kejadian malam tadi bersama laki-laki itu, entahlah, tidakkah aku bodoh? Seharusnya aku senang dia memintaku untuk kembali. Aku bisa menghabiskan waktuku lagi mengingat saat ini aku masih terlalu merindukannya.

Aku sempat berfikir masih mencintainya. Entahlah dari sikapku padanya dan juga perasaanku memanglah begitu, namun aku masih takut. Bagaimana jika perasaan itu hanyalah perasaan penyesalan? Hanya sebatas rasa iba karena aku dulu meninggalkannya. Bukannya tidak mungkin aku akan menyakitinya lagi jika ia tahu aku menerimanya hanya karena aku ingin menebus kesalahanku. Dan kupikir hubungan yang tidak dilandasi rasa semacam itu tidak akan bertahan lama dan salah satunya akan kecewa, atau mungkin keduanya.

Dan aku juga tidak suka cara bicaranya yang kasar padaku tadi malam, ia sampai harus memaksaku untuk tidur dengannya dan itu membuatku menjulurkan lidahku. Menjijikan! Aku tidak harus seperti jalang atau semacamnya bukan? Katakan aku tidak seperti lainnya yang kebanyakan sudah tidak virgin lagi. Aku normal, tentu saja, namun aku masih akan memegang prinsipku sampai menikah nanti. Bukannya itu sebuah bonus besar untuk suamiku? Haha.

Sibuk dengan pikiranku, ponselku berbunyi. Aku mengambilnya di sampingku, menatap layarnya dan aku segera menghapus air mataku. Sebuah panggilan video dari Louis. Tidakkah ia bisa hanya dengan panggilan suara seperti biasanya? Jika sudah seperti ini aku harus apa? Mengatakan jika sceneku terdapat adegan menangis? Aku segera menjawab panggilannya dan mengarahkan kamera depannya tepat di wajahku.

"Hey, sweety" wajahnya begitu ceria. Aku tersenyum, menatapnya yang sedang berada di sebuah restoran masih mengenakan kemeja kantor lengkap dengan dasinya.

"Hai! Kau tampan sekali hari ini" ucapku. Oh ya tuhan, suaraku jadi sedikit aneh layaknya sedang terserang flu. Louis tertawa, lihatlah, dia tidak pernah murung, lelah, atau apapun itu. Dia bisa mengatasi semua bebannya tanpa harus murung sepertiku.

"Bagaimana dengan hari yang lainnya? Apa aku hanya tampan hari ini saja?"

Aku terkekeh, "Tidak" balasku seraya menggeleng. "Tidak biasanya kau menggunakan panggilan video"

Louis meminum jus jambunya, "Aku hanya ingin memastikan apa hadiahku sudah sampai dan apakah itu pas untukmu"

Mengangkat kakiku, aku menempatkan mereka untuk bersila. Aku menunjukkan jam tangan itu padanya. "Well, terimakasih, aku sangat menyukainya"

Dia tersenyum lebar, begitu puas saat aku mengatakan itu. "Kau tidak apa-apa bukan?"

Aku merangkak menuju bantalku, menyandarkan ponselku di sana dan kembali duduk bersila. Aku mencoba mengenakan jam tangan itu, "Memangnya aku kenapa?"

"Perasaanku tidak enak malam tadi, dan kurasa kau baru saja menangis. Ada apa?"

Benar kan, dia memperhatikan wajahku. Aku menunduk, bertingkah seolah sibuk dengan jam tangan mahal itu. Louis tidak memanggilku atau semacamnya, ia menunggu hingga aku siap untuk mengatakannya. Sedangkan aku berfikir harus berbohong bagaimana lagi untuk menutupinya,

[END] Behind The Camera [Justin Bieber]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang