"Oh Tuhan, kapan semuanya akan berubah?" tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
"pasti Kim ahjumma." Tebakku
"Yikyung-ah" panggilnya. Benarkan tebakkanku.
"Ne...sebentar!" sahutku sembari berjalan dari serambi kamar.
"Maaf non, waktunya makan malam. Yang lain sudah berkumpul dibawah." Ucap Kim ahjumma saat pintu kamarku terbuka.
"heum aku tidak sabar mencicipi masakanmu ahjumma, pasti rasanya sangat enak." Candaku padanya.Kim ahjumna adalah seseorang yang merawatku sejak lahir. Bagiku, ia sudah seperti Ibu kandungku. Dirumahku, hanya Kim ahjumma yang peduli dengan keadaanku. Disaat aku sakit, hanya ia yang selalu repot menyiapkan obat untukku, hanya ia yang selalu tahu betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai Jikyung eonni. Hanya ia yang tahu betapa inginnya aku menjadi Jikyung eonni, saudara kembarku.
**
Sesampainya aku di meja makan. Aku langsung berdecak kagum dengan menu masakan Kim ahjumma malah ini. Dengan melihatnya saja membuat air liurku hampir menetes.
"wah bibimbab." ucapku seraya menduduki kursi favoritku.
"dasar tidak punya sopan santun" sindir appa padaku.
"seharusnya seorang gadis bersikap lebih sopan saat baru saja datang." Timpal kakak laki-lakiku, Jeonghan oppa, sambil menatapku tidak suka. Bukan hanya Jeonghan oppa tapi appa, eomma dan Jikyung eonni juga menatapku tidak suka.
"iya Jikyung, kau duduk dulu baru berkomentar, terlebih lagi disini ada appaa dan eomma. Jadi sopanlah sedikit." Tambah Jikyung eonni.
"benar kata eonnimu.Coba kau contoh dia." timpal Ibu sambil tersenyum manis ke arah Jikyung eonni.Senyum itu. Bahkan aku tidak pernah melihat eomma tersenyum seperti itu padaku. Aku iri. Sangat iri. Apa yang membuatku berbeda dengannya?
Karena tidak tahan aku memilih untuk beranjak dari ruang makan dan mengabaikan rasa laparku.
"ok, aku pergi. Silahkan makan!!" ucapku dengan sinis.
"YOON YIKYUNG!" teriak appa.
Akupun bergegas naik menuju kamarku tanpa sedikitpun menyentuh makanan disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.
**
Disekolah aku hanya diam menahan sakit. Perutku tiba-tiba saja merasa sakit. Aku mendongak saat tiba-tiba seseorang memberiku sebungkus roti dan susu.
"terimalah aku tahu kau lapar" ucapnya seraya duduk disebelahku.
"gomawo wonwoo-ya" aku tersenyum padanya lalu memakan roti pemberiannya.Jeon Wonwoo, dia adalah sahabatku. Dia mengetahui semua masalah yang aku alami karna aku selalu menceritakan keluh kesahku padanya. Aku menyukainya? Tentu saja. Dia namja yang baik walaupun terkesan dingin dan cuek. Wonwoo lah yang selalu memperhatikanku, mengingatkanku untuk makan, dan selalu menyemangatiku saat aku putus asa. Tapi ternyata Jikyung eonni juga menyukainya. Ia munyukai wonwoo saat pria itu datang kerumah untuk mengerjakan tugas bersamaku dan secara terang-terangan Jikyung eonni mengancamku jika aku juga menyukai wonwoo. Pada akhirnya aku mengalah dan mencoba menghilangkan perasaanku pada lelaki jakung itu.
Disekolah aku memiliki banyak teman yang perduli padaku seperti wonwoo. Jujur jika boleh memilih aku lebih memilih tinggal disekolah dibandingkan rumah mewah itu. Disini aku mendapatkan kasih sayang yang tak pernah ku dapat saat dirumah.
**
Waktu seakan berjalan dengan sungguh cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan, aku dan Jikyung eonni berbeda sekolah. Appa sengaja menyekolahkah Jikyung eonni dan Jeonghan opla di sekolah terkenal dan terfavorit di seoul. Sedangkan aku disekolahkan di sekolah yang didalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami. Alasannya simple, karena nilaiku tak sehebat nilai Jikyung eonni dan Jeonghan oppa. Mereka memiliki IQ yang jauh lebih tinggi daripada aku.
"appa, hari ini appa bisakan mengambil raportku?." Pintaku
"Yikyung sudah berapa kali ku tegaskan padamu panggil diriku dengan sebutan abeoji, mengerti?" tegasnya padaku.Mengapa aku harus memanggil abeoji? Sedangkan Jikyung eonni dan Jeonghan oppa leluasa memanggilnya appa? Kenapa?
"ah ne mianhamida abeoji" ucapku sambil membungkuk hormat.
"abeoji sudah janji dengan Jikyung kalau hari ini abeoji yang akan mengambilkan raportnya. Jadi aku tidak bisa mengambil raport milikmu. Kalian kan berbeda sekolah." Jawab pria paruh baya itu. Aku menghela napas pasrah. Lalu berjalan menghampiri eomma.
"ah pasti eomma yang akan mengambil raportku ya" pintaku lagi pada wanita paruh baya yang sedang sibuk merapihkan pakaiannya.
"Mianhae Yikyung, eonma sudah janji dengan oppamu untuk ngambili raportnya, dia kan sudah kelas tiga jadi harus diwakilkan. Kau minta Kim ahjumma saja ne" Jawab eomma lalu melengos pergi.
"hmmm baiklah." gumamku dengan kecewa sambil melihat punggung wanita itu yang sudah hilang dibalik pintu.Aku hanya bisa menangis sendirian didalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terakhir adalah Kim ahjumma. Dan tentu saja ia sangat mau mengambilkan raportku. Toh sejak kecil dialah yang selalu mengambil raportku. Orang tuaku tidak persuli dengan nilaiku disekolah. Yang mereka prioritaskan hanyalah Jikyung eonni dan Jeonghan oppa.
"ahjumma bagaimana hasilnya?" tanyaku dengan penasaran. Wanita yang sudahku anggap sebagai ibuku itu tersenyum dengan manis.
" anda mendapat juara 1 non." Ucap Kim ahjumma dengan semangat.
"jinjja? Ommo jinjjayo?" sahutku tak kalah semangat. Kim ahjumma mengangguk. Huaaa aku senang sekali. Ternyata usahaku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi Jikyung eonni.
"ahjumma aku ingin bertemu dengan wonwoo sebentar" pintaku dan dijawab anggukan dari Kim ahjumma.Aku berlari menyusuri koridor memcari sosok jakung itu. Dan aku menemukannya. Ia duduk bersandar dibawah pohon. Tempat favorit kami.
"wonu-ya!" teriakku membuatnya membuka mata.
"ck, ya kyung-ie kau menganggu tidurku" ia berdecak sebal sambil melepas earphone putih yang menyantol di kupingnya.
"kau tahu, aku mendapat peringkat satu dikelas" ucapku girang sambil memeluk tubuhnya.
"ya! Kau ingin membunuhku" teriaknya.
"ishh kau ini aku sedang bahagia, kau merusak suasana hatiku" aku mempoutkan bibirku sebal.
"uhhh uri Yikyung marah hmm?" ia memggodaku sambil menusuk-nusukkan jarinya dipipiku.
"baiklah aku minta maaf. Chukkae aku senang melihatmu bahagia" ucapnya, ia tersenyum kearahku. Membuatku ikut melebarkan senyumku.
"lalu bagaimana denganmu?" tanyaku penasaran.
"tidak bagus" ucaonya singkat lalu memejamkan matanya.
"ya aku penasaran wonu-ya beritahu aku" desakku. Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya gemas. Tapi ia terkekeh melihat tingkah kekanakanku.
"peringkat 1 paralel" jawabnya santai membuatku manggut-manggut."mwo!" pekikku.
****
Setibanya dirumah, semua orang yang sedang tertawa ria melihat hasil belajar Jeonghan oppa dan Jikyung eonni menjadi terdiam disaat kedatanganku dan Kim ahjumma.
"bagaimana hasilnya? pasti jelek kkkk...." Ucap Jeonghan oppa menyindirku.
"ani, aku juara 1." Ucapku dengan semangat.
"ckk, juara 1 disekolahmu pasti juara terakhir dikelas Jikyung" Ledek Ayah padaku. Bahkan appa saja meledekku.Kenapa usahaku benar-benar tidak dihargai?
Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak penah dihargai sama sekali. Dengan kecewa aku berlari menuju kamarku, kuratapi semua ketidakadilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua haripun tak ada yang peduli. Semua orang dirumah hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak terkecuali Kim ahjumma yang hampir setiap jam membujukku untuk keluar. Bahkan ia menyuruh wonwoo untuk membujukku. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari yang biasanya.
"oh Tuhan, kuatkan aku!" pintaku
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Happy, Please! [Jeon wonwoo]
FanfictionYoon Yikyung Jeon Wonwoo Yoon Jikyung