Nabil Adalah...

21 0 2
                                    

Seorang anak laki-laki berusia enam setengah tahun dan sekarang duduk di bangku kelas dua Madrasah Ibtidaiyah, atau setingkat SD. Dia anak yang pemberani, tetapi juga cengeng, perpaduan sifat yang sangat aneh bukan? Sayang pada kakaknya, Nadia, dan Kafa, adiknya. Tipikal anak tengah.

Sehari setelah Idul Fitri, Nabil dan Nadia diajak jalan-jalan oleh Yangkung. Tanpa Ayah, Bunda dan Kafa. Tak lupa, mereka berdua dibekali air minum dan baju ganti oleh Sang Bunda. Maklum, Nabil kadang mabuk kalo naik mobil dan jalanan yang dilalui berkelok-kelok. Saat mereka berdua dijemput, mobil sudah penuh, tersisa kursi penumpang di belakang. Royyan yang duduk sendirian di belakang meminta mereka berdua masuk lewat pintu bagasi.

"Kak Nabil ma Kak Nadia lewat bagasi aja masuknya, lompat gitu," kata Royyan.
"Eh iya, bener juga Roy. Biar ga kelamaan ya.." jawabku.
Nadia dan Nabilpun melompat lewat bagasi karena kalau lewat tengah Yangti mesti turun dulu, terus melipat kursi, dan itu sangat tidak praktis, hehehe..

Walhasil, sampailah kami di pemancingan "Pondok Alam" milik Bang Kohar yang terletak di Bandungan Kabupaten Semarang. Karena waktu telah menunjukkan pukul 12.45 wib. Kami pun memutuskan untuk sholat Dhuhur terlebih dahulu setelah memesan dua porsi gurame bakar, dua mangkuk sayur asam, seporsi cah kangkung dan seteko jeruk hangat serta sebakul nasi.

Seusai makan, Nadia, Nabil dan Royyan ingin memancing, jadi mereka menyewa alat pancing dan sekaligus membeli umpan. Setelah setengah jam memancing, akhirnya dapat juga seekor ikan. Itu pun Om Hari yang memancing, hehehe

"Roy, cepet sini. Pegang gagangnya" begitu katanya.
"Aah, takut Yah," jawab Royyan sambil mendekat.

Nah lo, si Royyan yang paling ngebet mancing, giliran dapat ikan malah takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nah lo, si Royyan yang paling ngebet mancing, giliran dapat ikan malah takut. Akhirnya, ikan hasil pancingannya dikasihkan ke mas mas yang sedang memancing di situ. Dan kami pun pulang karena hari sudah sore.

Sesampainya di rumah, Nadia dan Nabil yang ikut pulang ke rumah Yangkung, langsung naik ke lantai dua. Nabil yang terlebih dahulu sampai di atas, langsung masuk ke kamar mandi.

"Auntie..Auntie..." panggil Nadia panik.
"Ada apa Kak?"
"Dipanggil Nabil,"

Aku bergegas masuk dan baju yang baru kuangkat dari jemuran langsung kutaruh di meja setrika. Aku berlari ke arah kamar mandi, di mana terdengar suara Nabil memanggilku sambil menangis.

"Kenapa Bil?" Tanyaku sambil membuka pintu kamar mandi.
"Nabil mau buka kancing celana ga bisa, pipisnya terlanjur keluar.."
"Ooh, gapapa. Sini, dibukain kancingnya."

Hadeeeh kirain terjepit atau terpeleset, ternyata cuma pipis di celana. Nabilpun menurut dan celana jeansnya berhasil dilepas.
"Celananya taruh di sini ya, besok Auntie cuci," kataku sambil memasukkan celana tersebut ke dalam ember dan memberinya detergen serta air. Aku pun keluar dari kamar mandi dan membiarkan Nabil untuk mandi sendiri.

#based on a true story

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang