Muhammad Zabran

8 0 0
                                    

Belum tahu cita-citanya pengen jadi apa, tapi dia paling ceriwis saat sudah bisa bicara. Cadel memang, tapi cukup bisa dipahami..

Jadi tadi pagi, ada sedikit obrolan diantara kami.. sebuah intermezzo sebelum berangkat kerja. Berawal dari menimbang berat badan.
Zabran turun dari timbangan sambil nyengir.

"Berapa Ban??"
"Enambeyas toma deyapan"
Maksudnya 16,8 kg

Gantian saya yang nimbang, dia mendekat, membaca angka yang tertera di timbangan.

"Auntie yimadua toma satu, berat setayi. Apa auntie maem nanas ndak pate ditupas?"
"Apa Ban?? Maem nanas ga dikupas?? Ya ngga lah, kan auntie udah bawa tas, berat lho tasnya"
"Tok beyat emang isinya apa?"
"Buku, dompet, pulpen, sendok..."
"Laah auntie mau teyja jadi dokter atau apa sih.. itu.."
"Apaa??"
"Itu lhoo... toti.. tok bawa sendok"

Ealaah Baan, Ban, kalo koki mah bawa pisau, bukan sendok.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kita kudu prepare, bawa sendok garpu sendiri. Gitu...

Kaliwungu 15032021
Based on a true story

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang