Sorry for typo & happy reading
Nabilah POV
Aku yang pusing dan kelabakan melihat Gaby gak berhenti menangis daritadi akhirnya membawanya naik ke kamarku.
Daripada nanti Kak Mel dan Tanju pulang lalu melihat Gaby menangis, nanti malah aku yang disangka menangisinya.
"Gaby.. kenape sih? Kok tiba-tiba nangis". Tanyaku bingung. Ia tak menjawab pertanyaanku malah memeluku sambil menangis. Aku pun mengelus-elus punggungnya untuk memberi ketenangan.
"Gaby... cerita sama gue, lu kenapa nangis gini?".
Ia mengelap air mata dipipinya kemudian menatapku. "Aku...".
"KUBIIILLL!!!". Teriak Shania, ia main masuk saja ke kamarku tanpa mengetuk dulu.
"Eh tante girang! Lu ngetok dulu kek! Kebiasan dah tu mulut udah kayak petasan cabe". Geramku.
"Ehehe maap maap, gue lagi seneng nih...".
"Kenape?".
"Tadi....Boby....nembak aku! Romantis banget....". Girangnya.
Jadi gara-gara itu lo nangis Gab...
"Eh itu si Gaby kenapa? Kamu nangis Gab?". Tanya Shania.
Aku memperhatikan Gaby dengan susah payah menahan air matanya. "Aku gak apa-apa Shan, cuma kangen mama aja...". Bohongnya sok tegar.
"Emang mama kamu dimana?".
"Mama di Manado". Shania hanya mengangguk-angguk lalu meninggalkan kamarku tanpa permisi.
Dasar Tanju datang tak dijemput, pulang tak diantar
"Hebat banget bohongnya Gab". Gumamku. Ia hanya menghela nafasnya kasar.
Air mata kembali menetes ke pipinya yang memang sudah basah. Aku langsung memeluknya mencoba memberinya ketenangan yang ia cari.
tenang Gab, gue bakal buat lo move on
---------------
"Dek kamu ngapain? Jangan main-main pisau, kalo tangan kamu luka gimana?". Oceh Kak Melody saat memergokiku sedang memotong apel.
"Sini, aku aja". Ia langsung mengambil alih pisau dan apelku.
"Kak gak usah over gitu deh, cuma motong apel doang kok".
"Kamu juga ngomong gitu ke mama waktu kamu SMP, terus jari kamu luka terus kamu pingsan dan gak sekolah seminggu". Yang dikatakan Kak Melody memang sebuah fakta. Bahkan waktu aku kecil aku pernah koma selama 6 bulan karena terjatuh saat sedang bermain ditaman.
Setelah selesai mengupas apel Kak Melody menyuapiku layaknya anak kecil.
"Dek, muka kamu... kok pucet". Kak Melody terlihat meneliti setiap inci wajahku dengan matanya menyipit.
"Kamu... gak ikut kegiatan macem-macem kan di sekolah?". Selidiknya.
"Eng.. enggak kok". Jawabku gelagapan.
"Awas ya sampe kamu bohong". Ancamnya lalu pergi meninggalkanku.
Aku bergidik ngeri.
--------
Autor's POV
"Bil.. udahlah gak usah basket lagi, aku takut kamu sakit lagi". Ucap Sinka khawatir.
"Gak bisa Dut... ini hobi, gak bisa dilarang".
"Kamu liat muka kamu pucet gitu? Aku gak mau ditinggal kamu lagi".