DUA

111 3 0
                                    

Part II.

Aldo mulai membuka mulut di kantin. Tiba-tiba ia menceritakan kehidupannya yang dulu dan yang sekarang yang jauh berbeda. Dulu ketika ia masih berumur 5 tahun, Aldo mengalami kecelakaan tragis dan menyebabkan kedua orang tuanya meninggal, Aldo juga mengaku bahwa ia mempunyai saudara kembar, banyak yang berkata bahwa ia hilang dan sebagian lagi berkata bahwa saudaranya itu meninggal tapi tidak ditemukan jasadnya. Dan sekarang Aldo hanya tinggal bersama paman dan bibinya, yang hidupnya sangat sederhana. Untungnya Aldo sudah mempunyai pekerjaan sambilan yang ia tidak menyebut apa pekerjaannya.

---

Gue memperhatikan wajah Aldo setiap ia bercerita. Dia cukup tampan untuk dibilang, wajahnya putih, asli Indonesia, dengan kacamata  yang sedikit memperlihatkan tampang “kuper” tetapi hanya sekilas. “Ya itu ajasih, Kien. Gue harap lo bisa jadi sahabat gue..” Kata Aldo sambil membenarkan kacamatanya. Gue tersenyum dan mengangguk, tulus menerima perkataan Aldo. Aldo langsung nyengir kuda dan berkata “Terima kasih banyak!”

Siang itu, gue dan Aldo pulang bareng. Gue tadi pagi dianter sama Ayah, jadi ya terpaksa gue pulang dengan angkutan umum. Gaada salahnya juga sih, karena gue juga lagi penghematan, hehe. “Do, rumah lo dari perempatan besar itu kemana? Gue ke kanan.” Kata gue sambil masuk kedalam angkutan umum. “Gue ke kiri Kien. Tiap pulang sekolah kita pulang bareng aja yuk? Terus misah di perempatan ini? Gimana?” Usulnya. Gue diam sebentar dan mengangguk.

---

“Gimana tadi disekolah Kien?”

Raihan tiba-tiba masuk kedalam kamar tanpa permisi. “AELAH! NGAGETIN AJASIH LO!” Teriak gue, dan melemparkan bantal ke wajah Raihan. “Ye maaf deh” Raihan langsung mengacak-acak rambut gue. “Hoakak iye. Disekolah? Ya kakak-kakanya sadis banget, tapi gue udah nemu sahabat dong Kak. Hebat kan gue?” Tanya gue sambil bertopang dagu. “Anjai deh. Siapa?”

Gue pun menceritakan soal Aldo. Kak Raihan cuma manggut-manggut. “Hmm.... Aldo ya? Dari soal tadi kok lo bisa percaya langsung sih sama Aldo?” Tanya Kak Raihan yang membuat gue heran. Bener juga sih ya? Tapi,  gue gak ngerasain rasa heran sama Aldo sekalipun. “Yaudahlah kak, mungkin dia emang gak seburuk itu kali. Gue biasa aja tuh dideket dia.”

---

“Aldooo!”

“Kienan? Pagi-pagi udah semangat aja atuh”

“Hari ini kan pembagian kelas! Kita sekelas gak ya? Takut gak nih gue.”

“Oh iya! Cek aja yuk mendingan.”

Aldo menarik tangan gue kencang, dan gue gak ngerti apa yang ngebuat dia sesemangat ini.

Ketika melihat deretan nama kelas X-1

Gak ada.

Ketika melihat deretan nama kelas X-2.

Gak ada juga!

Ketika melihat deretan nama kelas X-3.

Ada nama Aldo!

Anandra Aldo

ADA NAMA GUE!

Syafara Kienanti Nasution.

“DOOO!! KITA SEKELAS!!” Tanpa disadari gue langsung memeluk Aldo, begitupun juga Aldo. “Yaampun norak banget kita sampe peluk-pelukkan gini. Udahan yuk, sekarang kita masuk ke kelas aja.”

Kita masuk kedalam kelas, dan memilih untuk duduk di deretan kedua di tengah, tepat dibawah projector. “Gua takut kejatohan projector deh.” Kata Aldo yang membuat gue langsung tertawa. “Hahaha anjir, udahan ah. Hari ini belum ada pelajaran kan?” Tanya gue, berhenti tertawa. “Belum lah, kan masih perkenalan.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yours Truly (Indonesian Friendzone Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang