Summary : Draco berfikir hari ini akan berlangsung seperti biasa. Tapi, foto-foto yang dikirimkan oleh Harry mengubah harinya... dan mungkin hidupnya.
Sequel A Moment,jadi aq jadiin satu aja ya^_^
Harry menatap benda yang berada di tangannya. Lalu ia menutup kedua matanya, dan mengepalkan tangannya di sekeliling benda itu. Menarik nafas dalam-dalam, ia membuka matanya dan menatap bangunan di depannya dengan keyakinan di matanya.
"Kau yakin, Harry?"
Tanpa harus berbalik pun, Harry tahu kalau yang di sebelahnya adalah sahabat baiknya, saudara perempuannya, Hermione.
"Ya, 'Mione. Kalau aku tidak yakin aku tidak akan melakukannya, kan?"
Bisa ia rasakan Hermione tersenyum dan mendekatinya, meletakkan tangannya di pundaknya, menawarkan rasa nyaman.
"Kalau begitu, aku bahagia untukmu."
"I will, if he says yes."
"I know he will."
Harry hanya tertawa, tapi ada rasa sedih di sana. "Kau belum tahu pasti, 'Mione."
Yang disebut hanya tertawa, "oh, sebut saja itu intuisi wanita, Harry."
Harry tersenyum, lalu meraih jemari yang berada di pundaknya dan menautkannya dengan jemarinya, dan ia menarik sahabatnya itu ke arah bangunan di depan mereka, bangunan di mana semua ini berawal.
"Demi kalian berdua, aku berharap ia akan menjawab 'Ya'."
"Semoga, 'Mione, semoga."
Forever can never be long enough for me
To feel like I've had long enough with youDraco melirik ke arah layar handphone-nya. Sudah sepuluh menit. Harry kemana sih?
Menghela nafas, ia tersenyum kepada Kim yang mengantarkan pesanannya, Cappuchino a la Raven. Duduk di tempat biasa di pojok café, Draco meraih headphone dan memasangnya. Jemarinya meraih handphonenya, yang berhasil dibeli olehnya karena bujukan Harry. Mengingat pemuda raven itu, Draco kembali tersenyum. Bukan senyumnya yang dingin, bukan. Tapi senyum hangat yang sering terlihat setelah ia bersama Harry.
Tanpa terasa, sudah dua tahun ia bersama dengan kekasihnya itu. Ia masih mengingat. Di tempat ini, di tanggal yang sama, mereka berdua berbagi ciuman pertama. Orang selalu bilang yang pertama lah yang paling dikenang, dan Draco harus setuju dengan hal itu. Karena ia masih mengingatnya, sampai sekarang. Sentuhan lembut sepasang bibir yang berada di atas bibirnya, kehangatan yang dipancarkannya, rasa sayang yang menyentuh setiap inci tubuhnya, dan rasa cinta yang memenuhi mata hijau cemerlang itu.
Sungguh, enam tahun menunggu dan mencintai pemuda itu, tak sekalipun pernah terfikir di otaknya kalau Harry akan membalasnya dengan perasaan yang sama. Dan hubungan mereka terus berlanjut, walau sudah dua tahun terlewati.
Dan jujur, dua tahun ini adalah masa-masa yang paling membahagiakan bagi Draco.
Tapi sekarang...
Dua hari yang lalu, Harry mengatakan bahwa ada hal yang ia ingin bicarakan, dan ingin menemuinya di café hari ini. Draco sendiri tidak tahu kekasihnya itu ingin membicarakan tentang hal apa, tapi entah mengapa semakin jauh angka melewati waktu bertemu yang mereka sepakati, nerves merambat di tubuhnya.
Ia mempunyai firasat mengenai hal ini. Entah itu hal baik atau hal buruk, ia tidak tahu. Tapi semoga saja...
Draco tahu ketika ada seseorang yang berkata 'I wanted to talk to you,' hal itu sering berakhir tidak baik, atau tidak menyenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Moment
FanfictionAuthor oleh ScarletSky153 Harry Potter berhasil menjadi Auror. Pergi berlibur setelah setahun lebih bekerja keras untuk melupakan hubungannya yang berakhir dengan Ginny, ia mengikuti kemana sihirnya menuntunnya... yaitu ke sebuah cafe dimana ia...