Lingkaran hitam sangat jelas terlihat disekitar mata Sasuke. Beberapa kali juga pemuda raven itu menguap sepanjang perjalanannya menuruni tangga. Secangkir kopi pahit yang beberapa saat lalu diminumnya sepertinya tidak berpengaruh mengusir kantuk yang betah menyerangnya.
Semalaman Sasuke tidak bisa tidur, tepatnya setelah dia tidak berhasil mengejar orang yang mengganggunya dengan melempari pintu apartementnya dengan kerikil. Sasuke tidak bisa menduga siapa orang yang telah berbuat iseng padanya. Seandainya dia tahu, Sasuke bersumpah akan mengulitinya karena sudah membuat lelucon yang benar - benar tidak lucu.
"Kau okey?''
Sasuke menoleh ke belakang dan matanya mendapati sosok Naruto menatapnya dengan pandangan khawatir.
"Humm'' jawabnya singkat.
"Wajahmu pucat. Kau sakit?'' Naruto kini sudah berjalan tepat di samping pemuda raven itu.
"Tidak. Aku hanya kurang tidur''.
"Masih memikirkan yang tadi malam?'' Tebak Naruto ''Ayolah sudah kubilang kau hanya lupa mengunci pintu. Tidak ada apa - apa''.Sasuke menghentikan langkahnya, menatap tajam Naruto yang juga ikut berhenti.
"Aku tidak minta pendapatmu dan aku bukan pelupa. Aku yakin ada orang yang masuk ke apartemenku. Seseorang bahkan melempari pintu dengan batu'' ucap Sasuke dengan nada geram.
"Melempar batu?'' Naruto menaikan alisnya."Ya'' jawab Sasuke keras ''aku melihat orangnya''.
"Kau melihat orangnya? Siapa?'' Naruto mencondongkan badannya lebih dekat dengan Sasuke.
"Aku tidak tahu. Aku tidak melihat wajahnya'' suara Sasuke berubah lirih.
Naruto terdiam, menatap serius wajah Sasuke yang kini terlihat gelisah. Hal itu terlihat jelas di mata hitam Sasuke.
"Mungkin orang iseng. Tenanglah'' Naruto menepuk bahu Sasuke pelan coba menenangkan namun segera di tepis keras oleh pemuda raven itu.
Sasuke tidak terlalu memperdulikan komentar pemuda pirang itu dan melenggang pergi dari hadapan Naruto.
Naruto memandangi punggung Sasuke yang semakin menjauh. Ekspresinya berubah sendu. Jujur, masih ada rasa untuk pemuda raven yang kini kian menjauh, di hati Naruto. Meski sudah lama, dia tidak bisa begitu saja melupakan perasaannya, tapi mungkin memang tidak ada harapan.
"Kau belum berangkat?'' Tepukan keras di bahunya membuat Naruto terlonjak kaget, sepasang mata birunya melotot galak pada orang yang sudah membuatnya hampir jantungan.
"Ckk... menyebalkan sekali kau terus memperhatikannya dan melupakanku'' komentar seorang pemuda berambut merah dengan tatto di dahinya.
"Sejak awal kita hanya patner, tidak lebih dari itu. Sudahlah aku berangkat dulu'' Naruto mengacak rambut merah pemuda itu ''sampai jumpa nanti malam. Aku ingin yang lebih darimu, Gaara'' tambahnya dengan kedipan mata kirinya.
Tanpa berbalik lagi, Naruto meninggalkan Gaara sendiri. Kini giliran Gaara yang memandangi punggung Naruto yang menjauh. Tidak ada pergerakan apapun dari si pemuda merah hingga sosok Naruto sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya.
⚫⚫⚫
"Sasuke...!''
Derap langkah kaki berlari cepat terdengar dari arah belakang Sasuke yang sedang asyik duduk di bangku panjang dekat taman di kampus. Di bawah pohon maple yang daunnya mulai memerah.
"Kau kebiasaan tidak pernah menyahut saat kupanggil'' Kiba masih terengah sambil memegangi lututnya sekedar mengurangi sesak yang dirasakannya akibat kelelahan sehabis berlari. Di tangannya terdapat sebuah kotak merah berukuran sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide And Seek
FanfictionSemua berawal saat Sasuke memutuskan untuk tinggal sendiri di apartement sederhana dekat kampusnya. Bertemu dengan teman lama yang dulu pernah menyatakan cinta. Semuanya baik - baik saja, sampai sosok itu datang mengganggu hidupnya. Sosok yang be...