Chapter 1

39.4K 1.4K 67
                                    

Di sebuah apartemen yang berdiri tegak di tengah kota Jakarta pagi ini tampak lengang.
Sang empunya rumah -ah lebih tepatnya, sang wanita- tampak masih asik mendengkur di atas tempat tidur super empuk mereka setelah semalam puas bertarung di sana.
Pasangan suami-istri yang sudah sah di mata agama dan hukum sejak satu tahun lalu itu memang tengah berusaha untuk mendapatkan kabar baik, berharap di dalam perut sang istri akan tumbuh si jabang bayi yang sangat pasangan itu impikan.

Bukan hanya mereka saja yang mengimpikan itu, bahkan Ibu sang suami sudah berkoar-koar menyuruhnya cepat memberikannya cucu. Bahkan ketika baru 6 bulan mereka menikah, sang mertua malah menyuruh mereka memeriksakan kondisi rahim sang menantu.

Ia bilang pada Rama,
" Siapa tau istrimu mandul dan tidak bisa mengandung cucu Ibu."

Apa maksud Ibu mertuanya dengan berkata seperti itu?

Cinta mengernyitkan matanya ketika dengan nakalnya sang mentari menusuk langsung pupil matanya melewati jendela kaca kamar mereka di mana gordennya sudah tersibak rapi.

Ia rentangkan tangannya ke sebelah kiri, kosong. Cinta kemudian melenguh. Ia menggeliatkan tubuhnya sebelum nanti ia bangkit.

Sisi kiri ranjangnya kosong ketika ia terbangun bukanlah sesuatu yang baru menurut Cinta. Ia sudah terbiasa dengan hal itu karena Rama, -suaminya, memang selalu bangun awal untuk melaksanakan kewajiban mereka, Sholat.

"Mas??" Panggilnya dengan suara serak.

Sedangkan yang dipanggil tidak menyahut sama sekali. Entah apa yang sedang suaminya kerjakan di luar sana.

"Uh, badanku pegal semua. Ini semua gara-gara Mas Rama, nih. Kemana sih dia?" Cinta bermonolog sendirian di atas ranjang mereka yang bisa di katakan amat sangat berantakan. Merenggangkan lehernya ke kiri dan ke kanan hingga terdengar bunyi krek yang lumayan membuatnya nyaman.

Cinta mendengus.
Ia kemudian bangkit dari ranjang, melilitkan handuk yang ia ambil dari penyidai handuk dan kemudian melangkah keluar kamar, mencari keberadaan sang suami yang tak terlihat sejak tadi. Bahkan suaranya pun tidak terdengar.

"Mas Rama??" Cinta kembali memanggil, tapi masih tidak ada sahutan.

Cinta melangkah menuju dapur minimalis mereka, tapi Rama juga tidak ada di sana. Biasanya dapur adalah tempat favorit Rama kalau ia ada di rumah.

Karena apa? Karena Rama sangat hobby dan mahir dalam bidang masak memasak. Makanya, di antara banyaknya job yang ada di Jakarta, suaminya itu lebih memilih menerima tawaran menjadi Chef di sebuah restoran bintang lima.
Awalnya hanya koki biasa di sebuah cabang restoran yang mana Direkturnya sama dengan Direktur restoran bintang lima yang menjadi tempat suaminya mencari nafkah sekarang. Tapi, lama kelamaan ia di angkat juga menjadi kepala koki di restoran induknya, karena melihat kinerja Rama yang sangat bagus dan berhasil menarik pengunjung lebih banyak. Makanya sekarang ia mendapat posisi menguntungkan itu.

Masalah bagaimana mereka bisa bertemu?

Dulu Cinta adalah seorang waiters di restoran induk, otomatis mereka sering bertemu. Apalagi, Cinta adalah waiters yang mendapat tugas untuk memberikan langsung daftar pesanan pembeli ke ketua koki, Rama.

Di situlah cinta lokasi antara Rama dan Cinta bermula. Hingga sekarang mereka telah di satukan dalam ikatan suci pernikahan, meskipun sempat di debat oleh sang Ibu mertua.

waiters, tinggal kenangan, karena waiters hanyalah pekerjaan sampingan untuk mengisi kekosongan jam kuliahnya.
Sekarang ia sudah bekerja sebagai teller Bank swasta.

Setelah lelah mencari sang suami di mana-mana, Cinta memilih ingin kembali ke kamar untuk mandi. Rama tidak ada di rumah mungkin saja dia sedang keluar untuk jogging.

Bukan Menantu Idaman? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang