Chapter 20

23.4K 1.7K 436
                                    

Gak diedit.

***

Hari ini adalah hari ke sembilan Cinta dirawat di rumah sakit. Tabung oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya sudah digantikan dengan jarum infus di tangan kirinya.
Itu menandakan bahwa kondisi Cinta sudah lumayan membaik.

Setelah beberapa jam sadar dua hari lalu, Rama sempat merasa heran karena Cinta tidak menanyakan apapun mengenai bayinya atau mengenai berapa lama ia tertidur. Wajahnya tidak menunjukkan kesedihan apapun. Malahan, orang pertama yang ditanyakannya adalah Bu Tatik.

"Ibu di rumah, siapa yang menjaganya? Siapa yang membantunya mandi? Siapa yang memasakkannya? Siapa yang membantunya membersihkan rumah, mencuci, menyiram tanamannya?"
Dan banyak pertanyaan lainnya lagi.

Mendengar Cinta mengkhawatirkan Ibunya, sedikit banyak membuat Rama sedih dan merindukan ibunya. Tapi disisi lain, ia kecewa berat pada ibunya akibat perlakuan buruknya pada Cinta, hingga membuat istrinya keguguran dan hampir meregang nyawa.

Rama keluar dari kamar mandi di ruang rawat istrinya, ia baru saja selesai keramas, mengelap rambut basahnya menggunakan handuk kecil.

"Sarapannya sudah datang?" T
tanyanya ketika melihat ada semangkuk bubur dengan kuah kaldu, susu, dan juga buah apel dalam nampan di atas nakas.

"Hu'um. Baru saja diantar perawat tadi." sahut Cinta. Ia sedang duduk menyandar di atas ranjang sembari menonton film star wars di salah satu channel tv kabel yang ada di ruang rawatnya.

"Film ini keren juga, ya?"

Rama mengalihkan pandangannya pada tv. "Oh, star wars? Kan waktu itu Mas ada ngajak kamu nonton di bioskop. Kamunya tidak mau." sahutnya kemudian.

Cinta menatap Rama dengan kening mengkerut. "Kapan sih? Perasaan Mas tidak pernah mengajak Cinta nonton di bioskop."

"Sudah lama. Waktu itu kita masih pacaran. Belum nikah. Kamu bilang, tidak suka nonton film bergenre seperti itu." Rama duduk di kursi sebelah ranjang Cinta, membuka plastik pembungkus makanan rumah sakit menyuruh Cinta untuk memakannya.

"Bismillah. Buka mulut, aaa..."
Cinta membuka mulutnya. Melahap bubur nasi yang disuapkan Rama.

"Cinta kan tidak tau kalau filmnya sekeren ini. Kalau Cinta tau, pasti mau dong diajak nonton. Kapan kita nonton ke bioskop lagi?" Cinta memasang wajah antusias, berharap suaminya akan menuruti keinginannya yang satu itu.

"Gampang itu. Yang penting kamunya sembuh dulu. Dan kalau mau sembuh, makan yang banyak. Biar bisa cepat keluar dari rumah sakit." J
jawab Rama. Ia menyodorkan sesendok bubur lagi pada Cinta dan Cinta menerimanya dengan mulut yang terbuka lebar.

"Tumben makannya lahap? Biasanya banyak alasan kalau disuruh makan makanan rumah sakit."

Cinta cemberut. Ia melipat tangan di dada, serba salah dengan kemauan Rama.

"Tadi katanya kalau mau sembuh, harus makan banyak-banyak. Giliran Cinta sudah makan lahap, malah dibilang tumben. Cinta mau ngambek sajalah, tidak mau makan." rajuknya.

Rama terkekeh. Semenjak sadar, istrinya berubah sangat manja. Berbeda sekali dengan Cinta yang dulu, yang selalu membantah dan banyak protes.

"Ih lucunya istriku. Jadi pengen cium." goda Rama.

Cinta mendengus. Ia mengalihkan wajahnya ke arah berlawanan.

"Jangan marah doong. Kan Mas cuma bercanda. Sayangkuuu, cintakuuu...jangan ngambek, ya?"
Rama melepaskan sendok buburnya, mulai menggerakkan jari-jari tangannya dan menggelitik pinggang istrinya hingga membuat sang istri tertawa kegelian.

Bukan Menantu Idaman? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang