Chapter 9

11.8K 1.2K 87
                                    

Ini gak saya edit sama sekali, ya. Harap maklum klo bahasanya acakadul dan bikin eneg.

Asal tau aja, ini crita ketiga bikinan saya setelah Tanggung Jawab Terberat (hapus) dan MDS. Masih newbie banget waktu itu. Hahai. Dialognya aja masih Indonesia merdeka. Haaa...

***

Cinta keluar dari kamar dalam keadaan yang tak baik. Dapat ia lihat dari ambang pintu kamar, jika Rama tengah membuka tudung saji di atas meja makan.

Tidak ada apa-apa di sana karena memang Cinta tidak bisa masak pagi ini. Tidak ada bahan mentah yang bisa diolah makanan. Rencananya kemarin, Cinta ingin mengajak Rama menemaninya ke pasar besar yang agak jauh dari rumahnya untuk belanja bulanan. Tapi tak menyangka jika keadaan mereka seperti ini.

"Kamu tidak masak?" tanya Rama, begitu menyadari Cinta mendekatinya, meskipun Rama tidak menatapnya.

Cinta tak menyahut. Dia hanya lewat begitu saja dan masuk ke kamar mandi. Moodnya benar-benar buruk sekarang. Jadi, mendiamkan Rama dan juga ibu mertuanya adalah solusi terbaik. Biar tidak ada percek-cokan lagi nanti.

Rama mengernyit. Dia menutup tudung saji dan menatap pintu kamar mandi yang telah tertutup, di mana Cinta ada di dalamnya.

"Apa dia merajuk?" gumam Rama. Lalu, menggedikkan bahunya tak peduli. Rama membuka rak dapur, mengambil se-sachet oat meal dan menyeduhnya dengan air panas dari dalam termos air panas.

"Kamu tidak kerja kan hari ini, Rama?"

Rama mengalihkan pandangannya dari oat meal yang sedang di seduhnya ketika ibunya bersuara. Ibunya sekarang sudah terlihat lebih segar setelah semalam membuat Rama khawatir padanya.

Rama tersenyum. "Rama hari ini tidak ke restoran, Bu. Mau memastikan Ibu sehat dulu hari ini, besok baru ke restoran setelah memastikan Ibu baik-baik saja."

Bu Tatik mengangguk paham. "Kamu buat apa tu?"

"Oat meal, Bu." Rama menyahut.

"Istrimu tidak membuatkan sarapan? Kenapa dia semakin menjadi-jadi saja? Apa dia sudah bosan jadi menantu?" Bu Tatik mulai kembali mengomel. Padahal dia baru saja sembuh.

Rama hanya menggeleng sebagai jawaban. Dia menyeruput sarapannya dan mengajak ibunya sarapan oat meal segelas berdua.

"Ayo kita sarapan ini bersama, Bu. Mungkin Cinta belum belanja, makanya dia tidak membuat sarapan." ucap Rama sembari menggiring ibunya menuju sofa di ruang tengah.

"Ah, istrimu itu memang dasarnya saja pemalas. Makanya dia selalu mencari alasan supaya tidak mengerjakan apa-apa."

Cinta baru saja keluar dari kamar mandi dan tak sengaja telinganya mendengar gerutuan ibu mertuanya menjelek-jelekkan dirinya pada Rama.

Cinta menahan geraman, mengabaikan keberadaan Ibu dan anak itu di ruang tengah. Ia melenggang menuju kamarnya dan Rama.

"Lihat itu, tidak ada sopan santunnya sama sekali. Sudah jelas-jelas kita ada di sini, bukannya nyapa kek, ini main nyelonong saja ke kamar. Lagipula, apa sih yang dilakukannya di dalam sana? Bersemadi?"

"Jangan begitu, Bu. Cinta mungkin hanya kelelahan saja. Semalam dia tidak bisa tidur, karena bayi dalam perut Cinta lagi rewel." Bohong Rama.
Tidak sepenuhnya bohong sih, memang semalam Cinta kan tidak bisa tidur nyenyak seperti biasanya karena kejadian yang terjadi semalam. Sebaiknya Rama tidak perlu memberitahukannya pada Bu Tatik tentang kejadian semalam.

Bu Tatik mendengus kasar. Memilih bungkam dan menikmati suapan oat meal dari Rama untuknya.

***

Bukan Menantu Idaman? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang